37

408 62 37
                                    

Sebelum membaca, siapkan kantung kalau mau muntah. Siapkan jajan kalau takut laper, siapin bantal kalau udah enggak kuat gemas mau tabok orang. Oh iya, silahkan di play lagu di mulmed siapa tau kepake sesuai feel ya.

1,9k+ kata. Huaaa pencapaian yang baik.

Happy reading❤

●●●

Seungyoun berdiri di sini, di kedai es krim yang pernah menjadi tempat Chaeyeon menghiburnya dulu. Hari minggu pagi, bermodalkan mandi kilat dan setelah jeans serta kaos pendek berwarna putih polos lengkap dengan topi yang menutupi hampir seluruh anak rambutnya, Seungyoun duduk sambil mengaktifkan macbook.

Ia pikir menunggu pacarnya datang bisa dilakukan berbarengan dengan mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Perempuan Lee itu sempat mengirimnya e-mail dalam tiga belas jam yang lalu, untung mata sipit Seungyoun melihat isi pesan permintaan untuk bertemu.

Kling.

Lonceng pintu kedai berbunyi, tanda ada pelanggan baru masuk ke dalam kedai. Di sana Seungyoun melihat sosok Chaeyeon sudah mengumbar senyum tepat ketika netra perempuan itu bertubruk pandang dengan mata rubah milik Seungyoun.

Dalam hati, Pemuda Cho mulai berisik mengolah tanya tentang keadaan Chaeyeon, perempuan itu masih bisa tersenyum setelah perlakuan aneh darinya hampir dua bulan belakangan. Dia bahkan masih sempat-sempatnya memasang wajah ramah ke arahnya. Lee Chaeyeon, seberapa pintar kamu menyembunyikan luka?

"Kak?" Panggil Chaeyeon seraya melambaikan lima jarinya di depan muka Seungyoun, dia heran dengan pacarnya yang lebih pilih asyik dengan alam bawah sadar pemuda itu, "Are you okay?"

Otak Pemuda Cho termangu tidak terima, apakah kamu baik-baik saja? Harusnya itu yang ditanyakan Chaeyeon terhadap dirinya sendiri. Oh ayolah, sekian minggu raga Seungyoun menghilang dari sisi Chaeyeon dan sekarang harusnya anak sulung keluarga Lee itu mudah melempar caci bahkan membuang seluruh pukulan, tamparan atau kegiatan fisik lainnya yang membuat kesalnya akan sikap Seungyoun tersalurkan.

Harusnya begitu, kenapa Chaeyeon malah bertanya keadaan Seungyoun. Jelas-jelas perempuan itu yang pasti lebih banyak tergores luka.

Seungyoun meringis, "Baik, kamu?" Tanyanya dengan nada kelewat canggung.

Dilihat iris sekelam jelaga Chaeyeon sempat memindai tubuh lawan bicaranya lalu mengangguk-angguk, "Iya betul, kakak baik. Syukurlah, kirain sakit. Kita bisa ketemu lain waktu kalau memang kakak enggak lagi fit." Tukas Chaeyeon agak gamang di bagian akhir, pantas dan tepat dipikir juga kapan lagi mereka bertemu.

Seperti orang jahat atau memang sudah masuk ke daftar tokoh jahat, Seungyoun pilih mengulas senyumnya senatural yang ia bisa, "Enggak, kakak baik-baik aja kok. Kamu gimana? Kita lama enggak ketemu." Jujur Seungyoun sambil melihat Chaeyeon tidak enak.

Yang ditatap lama justru berani mengumbar tawa renyahnya, "Aku sempat enggak baik," kali ini Chaeyeon benar-benar mengisahkan keadaan dirinya, "Tapi semua berangsur membaik kok. Aku harus dewasa kan, satu masalah jangan sampai merusak seluruh yang udah ditargetin. Jadi aku mencoba mengatasi sebaik mungkin." Dari nadanya perempuan Lee itu tidak ada maksud menyindir tapi Seungyoun sendiri yang merasa tersindir. Cerita Chaeyeon cukup mengolok dirinya sebagai si biang masalah utama kesulitan Chaeyeon.

Mengedarkan pandangan ke seliling kedai yang masih sepi, Chaeyeon menghembuskan nafasnya tenang harga pantas dirinya datang ke sini pukul 9 di hari weekend. Bahkan para pegawai kedai masih menyiapkan hal-hal kecil, berlalu lalang mengisi kekosongan kedai. Ada yang sedang membersihkan kaca, membawa kue-kue dari oven ke etalase, kegiatan di kedai terlihat sibuk.

a f f e c t i o n -seungyoun ft. chaeyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang