06

669 82 0
                                    

Hari ini Seungyoun dengan segala niat baiknya sudah menyusun jadwal date-nya dengan sungguh-sungguh dan sangat rinci. Berhubung hari kemarin ia sudah selesai dengan ujian tulis yang membuatnya pusing tujuh keliling atas soal-soal yang ditugaskan oleh para dosen, ia pikir dua hari ke depan adalah hari-hari tenang yang dapat dinikmati sebelum kembali digempur oleh serangkaian uji praktek.

Sekaligus menebus lima harinya absen dari kehidupan si pacar, begitu pikiran Seungyoun. Respon Chaeyeon? Perempuan itu iya-iya saja dengan rencana Seungyoun, toh tidak salah juga kan kalau sesekali mereka pergi dan membuang-buang uang mereka untuk rehat dari kegiatan padat keduanya?

"Iya bby, bentar. Ini mau otw" ujar Seungyoun sambil mengalihkan sebentar fokus awalnya pada ponsel yang ia berdirikan di buffet sedang dekat cermin, sebenarnya pria Cho satu itu masih sibuk menata rambutnya agar nampak rapih.

Wajah Chaeyeon terkikik disana membuat Seungyoun menoleh lagi karena heran, "Kenapa ketawa bby?" Heran Seungyoun dengan wajah polos-polos bodoh, tapi gemesin itu inner Chaeyeon yang diam-diam menghafal seluruh ekspresi kekasihnya.

"Enggak, udah sih ngaca terus. Kaya yang ganteng aja"

Seungyoun menyengir diikuti gerakan menaruh sisir dan menghampiri ponsel dalam sambungan vidcall itu sambil mengambilnya lebih dekat, "Emang ganteng aku tuh, bby" Seungyoun kembali narsis.

Disebrang sana Chaeyeon berdecih, mengutarakan rasa sebal akan tingkat percaya diri pacarnya yang memang patut diacungi jempol. Walau benar sih, tampannya Seungyoun itu natural. Tapi tetap saja bodohnya lebih natural. Terserah Chaeyeon saja, memang tsundere akut perempuan satu ini.

"Ini pagi banget gak sih? Aku masih ngantuk"

Ucapan Chaeyeon dapat jawaban segaris senyum kecil lawan bicaranya, "Enggak lah, jam segini aku otw kamu. Nanti pasti sampe mall jam 10an" jelas Seungyoun, untuk urusan bahagia atau pergi bersama Chaeyeon dirinya orang yang paling tepat waktu atau bahkan terlalu awal mungkin.

Pernah dulu-dulu Seungyoun datang pukul setengah 6 pagi, membuat Chaeyeon mencak-mencak dengan mata berair dan merah pasalnya perempuan itu baru tidur 4 jam sudah dibangunkan dengan alasan ingin lari pagi bersama.

"Lari aja sendiri, Ya Tuhan. Aku udah bilang kan Kak, aku capek abis latihan dance sampe malam. Baru tidur pukul setengah dua pagi. Puas banget emang gangguin hari liburku?"

Meski omelan panjang itu membuat kuping Seungyoun panas. Tapi tetap saja tidak ada kapok, justru ia selalu berhasil membujuk Chaeyeon yang menghujatnya dengan puluhan kata kasar untuk mengikuti rencana berdua yang ia susun.

"Bby, aku tuh begini supaya hubungan kita enggak jenuh. Emang enak yaa cuma dikabarin lewat ponsel? Perhatiannya juga ketimbang ketikan, 'iya aku sayang kamu' terus pakai emot hati. Enggak akan kerasa kali, itu kan cuma dunia chatting. Aku juga yakin kalau kamu kirim emot ketawa ngakak belum tentu beneran ngakak, kalau ketemu langsung kan beda. Ngobrol bareng, bagi cerita bareng seru bby. Lebih kerasa nyata, tulus atau enggaknya juga kita bakal tahu"

Itu ungkapan jujur Seungyoun dari banyaknya ungkapan-ungkapan lain yang mampu membuat Chaeyeon tercenung diam. Cho Seungyoun lagi-lagi berhasil membuat Chaeyeon tidak mau melepas genggaman dari pemuda Cho itu. Enggak, Seungyoun punya Chaeyeon, begitu juga Chaeyeon yang punya cuma Seungyoun. Jangan ada yang lain, dan seluruh usaha kecil Seungyoun untuk menjaga kehangatan hubungan mereka, Chaeyeon adalah orang terdepan yang selalu merasa dihargai kehadirannya.

"Kamu belum mandi bby?" Itu Seungyoun bertanya seusai jeda menit mereka berdiam diri. Seungyoun melontarkan dugaannya bukan tanpa alasan, penampilan Chaeyeon jauh dari kata rapih, hanya kaos pendek warna putih dan rambut yang dikuncir asal, latar tempat disana juga semakin mempertegas kebenaran dugaan Seungyoun. Well, headboard dan cat biru yang menjadi pewarna dinding kamar si sulung Lee.

Chaeyeon menyengir, "Nunggu giliran mandi. Chaeryeong nyalip tadi" keluhnya buat decakan terlalu paham milik Seungyoun mengudara.

"Bby, nanti telat lho"

Merengut, "Kak, ya aku mana tahu bakal direbut kamar mandinya sama Chaeryeong. Kan tau sendiri, keran air di kamar Yeong lagi mati belum sempat diberesin"

"Kenapa enggak bangun lebih awal?" Ditatapnya lebih intens sosok Chaeyeon di ponsel.

"Udah-udah jangan marah dulu. Itu Chaeryeong udah keluar. Udah yaa, kamu otw duluan aja. Nanti kamu sampe juga aku udah rapih" serunya, "Bye, ketemu di rumah yaa pacar"

Kissbye ala Chaeyeon cukup buat dada Seungyoun menebar kupu-kupu banyak. Pacarnya ini akan manis kalau punya kesalahan saja, selebihnya? Manis juga sih.

Bucin detected.

Layar yang menggelap, memutuskan Seungyoun untuk beranjak dari kamar terburu ke arah dapur. Menyeduh kopi dan mengambil dua lembar roti yang teroles nuttela kesukaan Seungyoun.

"Bibi Kang?" Panggil Seungyoun pada perempuan yang tengah repot bergelut dengan kain pel lantai.

"Iya den?"

Seungyoun menggeleng, "Lain kali kalau bibi sibuk, jangan sediain roti begini. Repot di bibi dong"

Bibi Kang menggeleng pelan, "Enggak den, enggak repot. Lagian bibi kesini kan satu kali seminggu, buat rapihin apartement aden doang. Kalau misalkan nyiapin roti isi gitu sih enggak merepotkan kok den Seungyoun" aksen jawa milik Bibi Kang dihadiahi Seungyoun angguk-angguk saja.

Tingtong~

Baru mendudukan diri untuk mengunyah roti, Seungyoun harus dihadapkan bunyi bel tempat tinggalnya. Tamu siapa kali ini? Perasaan Seungyoun tidak membuat janji manapun, ia sudah benar-benar membuat harinya akan penuh dengan Chaeyeon.

Melihat tubuh paruh baya itu hampir bangkit, ia lantas mengangkat tangan untuk digoyang-goyang ke kanan-kiri tanda tidak perlu.

"Biar aku aja bi" disusul langkah menuju tamu paginya.

.
.
.
.

"Mah, enggak bisa lah. Aku ada jadwal jalan sama Chaeyeon" ucap Seungyoun agak keras. Pemuda itu nampak gusar dan frustasi.

Kehadiran –mantan–Nyonya Cho disini dengan menggandeng seorang anak berbalut seragam SMP membuat mood Seungyoun jatuh drastis. Mamahnya disebrang sofa mengukir wajah semelas mungkin, Seungyoun tambah pusing.

"Mamah titip dua hari aja, Youn. Adikmu enggak ada yang jaga" pinta sang ibu.

Seungyoun mendesah berat, "Ayolah mah, aku aja dari SD sering mamah tinggal dulu. Kenapa sih?" Sewot Seungyoun.

Nam Do Hyon nama lengkapnya. Pemuda berumur 6 tahun dibawah  Seungyoun itu menatap kakak tirinya dengan pandangan lurus. Dohyon seberani itu pada anak pertama mamahnya.

Mamah Seungyoun membuang nafas lumayan panjang, bebannya keluar. Dengan Seungyoun mengungkit kesalahan masa lalunya buat ia seakan ditampar rasa bersalah lagi, perlakuannya tidak cukup adil untuk Seungyoun.

"Mamah mohon, dua hari. Lalu mamah akan bawa Dohyon lagi. Dua hari aja, papah Nam harus hadir keluar kota bareng mamah"

Seungyoun yang keras, harusnya tetap keras. Akan tetapi, ia malah mengangguk pasrah.

"Terserah mamah"

Keluarga Seungyoun itu banyak. Selain sanak saudara dari papah-mamahnya, ia juga memiliki dua orang tua lainnya. Atas pilihan papah-mamahnya sendiri, pilihan mereka yang menghentikan ikatan pernikahan. Menyisakan Seungyoun seorang, semata-mata untuk mencari kebahagiaan masing-masing dari sisi egois orang tuanya.

Seungyoun paham, ia sudah dewasa. Chaeyeon yang membawa ia untuk dewasa.

06—selesai.

a f f e c t i o n -seungyoun ft. chaeyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang