4. Menara Kebijaksanaan

633 65 9
                                    

Lein berkeringat dingin ketika melihat angka 1 pada kolom nyawanya. Satu nyawa sama dengan satu detik, berarti itu 1 detik sebelum kematiannya!

Pria pirang itu melihat ekspresi Lein yang terlihat jelek,

"Ada apa? Apakah nyawamu hanya berjumlah jutaan? tenang saja dari ribuan planet yang pernah masuk ke dalam tempat perlindungan ini, paling banyak hanya mati ratusan ribu kali."

Pria pirang itu menepuk bahu Lein dan tidak sengaja melihat hologram nyawanya.

"...!" dia terdiam dan menatap Lein dengan kasihan.

Lein tidak tahu apakah dia beruntung atau sedang sial. Seluruh kelompoknya sedang berbicara satu sama lain dan saling membandingkan nilai nyawa mereka, hanya dia sendiri yang tidak.

"Ok cukup membahas tentang itu, aku akan memberi kalian peringatan sebelum pintu ruangan ini terbuka, disana kalian tidak boleh membunuh siapapun dan jika kalian dengan sengaja membunuh seseorang, pelakunya akan langsung dibunuh, disiksa, dan total nyawa mereka akan dikurangi sebanyak 1 milliar."

Semuanya mengangguk dan menatap pria pirang itu dengan hormat.

"Kalau begitu apakah masih ada yang memiliki pertanyaan?" pria pirang itu memperhatikan seluruh anggotanya.

Seorang gadis mengangkat tangannya, "Tuan, apa yang harus pertama kali kita lakukan?"

"Pertama bergabunglah dengan guild dan pelajari semua skill yang tersedia, kedua bentuklah party dan kerjakan quest untuk mendapatkan uang, dan yang ketiga jangan pernah menyia-nyiakan waktu, disini satu detik sangat berharga karena itu tumbuhlah menjadi kuat dengan cepat." Pria pirang itu menjelaskan semuanya tanpa mengeluh.

Kali ini gendut yang bertanya, "Kenapa kita harus mengumpulkan uang jika kita memiliki makanan yang tidak ada habisnya?"

"Untuk tempat tinggal, apa kalian yakin ingin tinggal di jalanan?"

Setelah beberapa pertanyaan akhirnya tidak ada yang bertanya lagi, Lein merasa sangat cemas karena dia hanya bisa hidup sekali di tempat perlindungan ini.

"Kalau begitu aku ucapkan selamat datang di tempat perlindungan!" Pria pirang itu membuka pintu lalu cahaya terang masuk menyinari ruangan.

Sama seperti di bumi, tempat perlindungan ini memiliki langit biru yang cerah dan matahari di atasnya, tapi ada juga sedikit perbedaan yaitu udara yang mereka hirup terasa sangat segar, sangat berbeda dengan udara bumi yang penuh polusi.

Tanpa diperintahkan semua anggota kelompok mulai membubarkan diri dan berjalan ke berbagai arah, kecuali Lein.

Pria pirang itu menatap Lein yang masih berdiri disana,

"Pergilah, aku tahu kau seperti orang sekarat saat ini, tetapi jika kau terus mengeluh itu tidak akan ada gunanya, jika kau tidak bisa bertarung kau masih bisa belajar! percayalah, selalu ada hasil di balik kerja keras!"

Lein terdiam sejenak lalu mengangguk, "Tuan, bisakah kau memberitahu namamu?"

Pria pirang itu sedikit terkejut karena tiba-tiba ditanya begitu, "Panggil saja aku Frem."

Lein menunduk, "Terima kasih tuan Frem, aku berjanji untuk tidak akan mengecewakanmu."

Frem mengangguk, "Lalu pergilah, dan sedikit saran dariku, jangan terlalu naif dan tingkatkan kepercayaan dirimu!"

"Baik!" Lein berlari meninggalkan Frem sendirian, kata-kata Frem terus terngiang di kepalanya.

Frem yang saat itu ditinggal tersenyum, "Sungguh bocah yang menarik, kuharap dia tidak mati terlalu cepat."

* * *

Lein sudah sampai di pusat kota, dia berencana melihat semua guild yang tersedia tetapi keadaannya saat ini tidak memungkinkan, ribuan manusia sedang berjalan disini sampai-sampai dia merasa pusing melihat jumlahnya.

Semua penuh dengan manusia, dari papan Quest, jalanan, gedung guild, semuanya sangat penuh dan tidak ada ruang untuknya lewat.

Dia duduk di tepi jalan sambil memakan rotinya, untung saja stock roti ini tidak terbatas kalau tidak, mungkin dia sudah mati kelaparan.

Dengan roti dan air yang tidak terbatas Lein menyimak obrolan dari orang-orang yang sedang beristirahat.

"Kau bergabung dengan guild mana?"

"Aku belum memilihnya, tempat ini terlalu ramai untuk dimasuki! Kau sendiri bagaimana?"

"Tentu saja aku sudah, aku memasuki guild penyihir!"

"Kau pasti bercanda, guild penyihir dikabarkan sebagai guild yang paling diminati."

"Hahaha, kau tidak percaya? lihat ini Fire Ball!" api kecil keluar dari tangannya.

Lein selalu terkagum dengan skill para penyihir, dia hanya perlu menunggu waktu sebelum pergi ke guild penyihir dan mempelajarinya.

Jalanan bukannya menjadi sepi tapi malah semakin ramai, bahkan tempat istirahatnya juga sudah terinjak-injak oleh orang yang mengantri.

Karena keadaan sudah seperti ini, Lein merasa tidak ada gunanya jika terus menunggu lautan manusia yang tidak ada habisnya, Lein lebih memilih untuk pergi dan berjalan mengelilingi kota.

Lein berjalan dan memperhatikan rumah-rumah disekitarnya, dia baru menyadari kalau rumah disini sangat indah dan mewah jika dibandingkan dengan rumahnya di bumi mungkin rumahnya akan terlihat seperti gubuk.

Berjalan dan terus berjalan, Lein sudah berjalan selama berjam-jam, namun yang dilihatnya masihlah rumah, dia memperhatikan kalau rumah-rumah ini tersedia untuk disewakan kepada manusia bumi.

Lein mulai tertarik untuk melihat apa yang ada di ujung tempat ini, apakah disini ada dinding yang membatasi mereka atau tidak.

Dengan langkah kaki yang santai, Lein melanjutkan perjalanannya. Puluhan menit berlalu dan sekarang dia melihat sebuah menara yang besarnya jauh lebih besar dari gedung guild.

Menara itu sangat tinggi sampai-sampai Lein tidak bisa melihat ujungnya.

"Menara apa itu?" Lein memperhatikan menara dan karena rasa penasaran dia berjalan masuk ke dalamnya.

Menara itu memiliki pintu yang sangat besar dan ketika Lein masuk buku-buku yang tak terhitung jumlahnya memenuhi pandangannya.

"Ini perpustakaan? ...ini luar biasa!" Mata Lein berbinar.

Di dalam menara memang terlihat seperti perpustakaan, Lein menggelengkan kepalanya dan tersenyum,

"Bahkan di dunia ini sekalipun, aku masih tertarik dengan pengetahuan-pengetahuan baru."

Lein berjalan mengitari buku-buku, dia mengambil sebuah buku dan mengamatinya, buku itu tertulis dengan bahasa yang aneh dan itu bahkan bukan bahasa bumi.

Tuk tuk tukk!

Suara langkah kaki terdengar dari belakang Lein, tetapi dia tidak terkejut karena tidak mungkin perpustakaan yang rapi ini tidak ada yang menjaganya.

Lein berbalik dan melihat seorang gadis kecil berkacamata berjalan menghampiri dirinya, dia tidak tahu harus bagaimana apakah gadis ini manusia dari bumi atau bukan.

"...Halo." Lein memberikan senyum terbaiknya.

Ketika berjarak 2 meter dari Lein, gadis kecil itu berhenti.

"Selamat datang di menara kebijaksanaan, karena kau adalah orang pertama yang memasuki menara ini, kau mendapatkan kartu kebijakan." Gadis itu mengeluarkan kartu dari sakunya dan memberikannya kepada Lein.

Lein paham dengan apa yang terjadi dan tanpa ragu langsung mengambil kartu tersebut,

"Terima kasih.. perkenalkan namaku Lein, bisakah aku mengetahui tempat apa ini? dan apa fungsi dari kartu ini?"

Gadis kecil itu dengan wajah polosnya menatap langsung ke mata Lein, "Sudah kubilang kalau tempat ini adalah menara kebijaksanaan dan untuk kartu itu kau bisa memeriksanya sendiri."

Gadis kecil berkacamata itu berbalik dan seketika menghilang dari pandangan Lein.

"... Itu bukan hantu kan?"

PlayGodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang