Malam itu, sang rembulan terpaksa harus mengalah dengan langit yang sebentar lagi akan runtuh. Ia tidak menampakkan sinar cantiknya malam ini. Sinarnya tergantikan oleh awan mendung yang sudah menurunkan air yang terbilang sangat deras.
Dingin, ya, di sini memang sangat dingin.
Kendaraan yang biasanya selalu memadati perkotaan seakan bersembunyi di balik hangatnya rumah. Hanya satu atau dua saja yang terlihat.
Hal ini membuat seorang pemuda tinggi bermata coklat tua mengerucutkan bibirnya. Ia merapatkan jas hujan kebesaran yang dikenakannya. Kakinya menendang-nendang kecil bebatuan di sepanjang jalan.
"Persetan dengan ini semua. Shit! Aku dilupakan!"
Pemuda itu mengumpat. Ia tampak sangat marah. Terlihat dari tingkah lakunya yang benar-benar aneh. Ia terkadang duduk begitu saja di trotoar sambil memeluk lutunya. Lalu kembali berdiri sambil terus mengumpat. Ia berjalan sempoyongan. Sangat kacau.
Drtt .... Drrttt ....
Sebuah panggilan menarik perhatiannya. Ia merogoh sakunya, lalu mengangkat panggilan itu dengan wajah memerah. Menahan kesal.
"Ha—"
"HEY KEPARAT! SUDAH KUKATAKAN BERKALI-KALI UNTUK MENJEMPUTKU BRENGSEK!!! OH TUHAN!!! KAU MEMBUATKU SEPERTI ORANG BODOH. CEPAT SEKARANG JEMPUT AKU! DI-ARGHHH SIAL AKU TIDAK TAHU NAMA TEMPATNYA. YANG JELAS TIDAK JAUH DARI KAMPUS. CEPAT!!! SEBELUM AKU MENCAKARMU ADIK DURHAKA!!!"
Seonghwa mengeluarkan emosinya yang sedari tadi tertahan. Ia mematikan sambungan telepon tanpa sedikitpun mendengarkan penjelasan sang adik. Alhasil, di seberang sana sang adik hanya melongo, terkejut dengan reaksi sang kakak. Sang adik mengusap wajahnya kasar.
"Park Seonghwa, kau akan sangat menyesal karena tidak mendengarkanku. Lihatlah, bahkan sebentar lagi hidupmu akan berubah 180 derajat,"
Nightmare
Sudah setengah jam sejak Seonghwa mengomel kepada adiknya di telepon, namun tidak ada satupun pertanda bahwa adiknya itu menjemputnya. Ingin menelepon, pulsa saja tidak ada. Spam media sosial juga ia tidak memiliki kuota internet. Hari yang sial menurutnya.
Karena sudah lelah berdiri sedari tadi, ia pun berinisiatif duduk selonjoran di pinggiran trotar dengan keadaan setengah basah kuyup. Mantel kebesarannya ternyata tidak cukup melindunginya. Terbukti celana dan sepatunya sudah basah kuyup. Ia menggil kedinginan.
"Oh ayolah, aku hanya ingin sampai di rumah,"
TIN~
Dari kejauhan. Terlihat siluet mobil yang asing di mata Seonghwa. Ia mengernyit. Melihat siapa yang ada di dalam mobil itu. Tidak mungkin itu mobil adiknya bukan? Jangankan mobil, rumah saja mereka masih mengontrak dengan tagihan yang sangat banyak.
"Ck, aku tidak yakin itu dia,"
Tiba-tiba pintu kemudi di buka. Menampilkan seorang pria berjas dan berkacamata hitam menghampirinya. Badannya sangat kekar. Seonghwa sempat ternganga melihatnya. Sejurus kemudian ia berteriak panik saat pria itu mendekat.
"Jangan bergerak atau aku ikat kau agar tidak bisa lari,"
Seonghwa reflek berlari menjauh, namun itu tidak berlangsung lama karena ia tergelincir. Wajahnya sedikit kotor karena cipratan bekas air hujan.
"Kau tidak akan bisa pergi adik manis,"
Seonghwa dapat melihat senyum pria itu. Senyum pedofil yang terlihat sangat menjijikkan di matanya. Sedetik kemudian ia merasakan pria itu mengangkat tubuhnya. Tak ada perlawanan yang dilakukan. Ia sudah kehabisan tenaga.
"Ah tidak. Aku akan tamat." batinnya
Nightmare
"Kau sudah berhasil membawanya?" ujar seorang pemuda yang duduk di meja kebesarannya. CEO KIM HONGJOONG
"Sudah tuan," ucap seorang pria berbadan kekar.
"Bagus. Bawa dia ke hadapanku sekarang. Aku akan mempertemukannya dengan pria miskin itu untuk terakhir kalinya. Sebelum ia benar-benar menyesal,"
"Baik tuan, di mana tuan harus bertemu dia?"
"Ruang bawah tanah. Di mana hanya aku, kau, dan keluarga itu yang tahu."
Hongjoong tersenyum licik.
Nightmare
"Di mana aku?" tanya Seonghwa kepada sekelilingnya. Ia kesulitan berbicara. Ada yang sesuatu yang menghambat mulutnya. Tidak ada siapa-siapa di sana. Ia bergerak ke depan, namun semua pergerakannya terkunci. Ia diikat. Bahkan pemuda manis ini baru manyadari bahwa mulutnya diikat dengan kain.
"Shit!" umpatnya dalam hati. Ia berteriak namun tertahan oleh benda itu. Kaki panjangnya digerakkan. Sulit. Ikatan ini sangat sulit untuk dilepas.
Setelah melakukan bermenit menit perlawanan, ia menyerah. Pemuda manis itu sudah kehabisan seluruh tenaga yang tersisa. Napasnya tidak teratur.
Kriekkkk
Terdengar pintu itu terbuka. Seonghwa memejamkan matanya. "Oh, ada apalagi ini,"
Park Seonghwa
Pemuda biasa yang hidupnya tidak akan 'biasa' lagi. Selamat tinggal pada kehidupanmu yang dulu.
Kini kau akan dihadapkan oleh pilihan.
Bertahan
Atau
Pergi?
Dengan cara yang tidak semudah yang dibayangkan.
—668 words—
![](https://img.wattpad.com/cover/208672470-288-k361536.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightmare | seongjoong / joonghwa [✓]
Fanfiction[REPUBLISHED] Mimpi buruk. Bertemu dengannya benar-benar sebuah mimpi buruk. Iblis berlagak malaikat itu berhasil menipu semua orang hanya dengan tatapan matanya. Suaranya dan juga senyuman manisnya. Dosa apa aku sehingga harus berhadapan dengan man...