KenNay || Bagian sepuluh✔

579 32 1
                                    

"Bayu.." Jawab Dylan mendramatiskan keadaan yang ada.

Jangan dulu marah, yang kalian kira tadi adalah Dylan dengan seseorang yang misterius maka kalian salah besar. Yang tadi menyapa cowok tampan ini adalah Bayu. Iyap! Bayu yang tadi memilih keluar dari ruang UKS karena usiran Ken berlalu menuju kelas dan membawa Alfian, cowok yang berdiri sambil terkekah menyaksikan tingkah keduanya.

Jika kalian bertanya-tanya siapa Alfian maka akan segera kalian tahu jawabannya sekarang. Alfian adalah siswa dari kelas yang sama dengan Ken, Dylan, dan Bayu. Bahkan Alfianlah yang menjadi teman satu bangku Bayu karena Dylan yang duduk bersama Ken. Mereka ber-empat cukup dekat, tapi tidak ada ikatan persahabatan, hanya sebatas teman. Tidak lebih.

"Dari mana saja kamu, Roma?" Tanya Bayu belaga melakonkan peran Roma Irama.

"Ah, Anni! Aku dari gorong-gorong!" Jawab Dylan mengikuti alur permainan Bayu.

"Anjing! Babi! Najis lo berdua! Kelakuan udah kaya laki-laki homogen aja!" Tawa Alfian meledak, tak tahan laki cowok berparas tampan itu menahan tawanya. Jangan lupakan tangannya yang sedari tadi menabok lengan kekar Bayu.

"Eh kuda beranak! Ketawa boleh, tangan lo ini gak usah sembarangan tabok-tabok lengan seksi gue ya!" Semprot Bayu yang merasa kesal lengan seksinya di tabok secara bruntal oleh Alfian. Cih, seksi katanya.

"Halah! Lengan lembek aja bangga lo!" Cetus Dylan.

"Sembarangan aja tuh mulut kalo ngomong! Ini lengan bersejarah asal kalian tau! Bikinnya pake proses beberapa ronde. Persatuan antara sel sperma bokap sama ovariumnya nyokap yang saling beradu membentuk zigod yang tampan seperti gue."

"Mulut lo anjing! Ngakak gue!" Alfian kembali tertawa disusul dengan Dylan yang sudah memegangi perutnya yang terasa kaku mendengarkan penuturan Bayu tadi.

"Ngapain lo pada ketawa? Sinting kalian berdua?"

"Lagian tuh mulut kalo ngomong seenak jidat. Bersejarah gundulmu lah, Bay! Tinggal bilang sakit, secara lo kan lembek." Cecar Dylan pedas.

"Eh eh! Sembarangan ya lo!"

"Apa? Emang bener kan?" Tantang Alfian yang justru membela Dylan.

"Dedek kan jadi tersakiti." Kembali lagi dengan otak gesreknya Bayu bertingkah layaknya anak gadis orang yang terbuang.

"Najis gaya lo udah kaya banci kurang belaian."

"Gue emang kurang belain. Secara gue belum kawin, siapa coba yang mau belai-belai gue? Oh lo mau Al? Gak deh, gue masih doyan yang montok-montok." Jawab Bayu sekenanya.

"Jadi lo mau nih dibelai-belai?" Bayu mengangguk antusias. "Yang montok ya!"

Dylan dan Alfian berpandangan sebelum akhirnya tersenyum miring. Mereka sudah mirip dengan mafia saja. "Tutup mata lo!" Perintah Dylan.

"Lo mau kasih gue yang mantap-mantap?"

"Otak lo! Udah buruan! Nanti lo nyesel!" Perintah Alfian sambil menarik Bayu dengan bantuan Dylan kearah seseorang.

Nampaklah seorang gadis dengan tubuh gempal, berambut keribo, dan jangan lupakan tanda lahir yang melekat jelas pada kedua pipinya. Mumun namanya, gadis tak berdosa yang sering menjadi ejekan antara Dylan dan Ken untuk meledek Bayu.

"Sekarang lo duduk." Dengan polosnya Bayu mengikuti perintah Dylan. Tak tahu saja bahwa dirinya sedang dalam keadaan kritis. haha

Dylan dan Alfian berpandangan sebelum akhirnya berteriak. "MUMUN! BAYU MINTA LO BELAI-BELAI!"

Mereka berdua lari terbirit-birit sambil tertawa kencang, meninggalkan Bayu yang sudah merah padam menatap Mumun dengan pandangan Jijiknya. Jangan lupakan tangannya yang sekarang tengah di genggam erat oleh Mumun.

"DYLAN! ALFIAN! SIALAN LO BERDUA!" Teriak Bayu nyaring.

"Eh gajah lepasin tangan gue!"

"Gak mau, katanya Bayu mau dibelai-belai Mumun."

"Najis ya gusti! Gue masih doyan yang montok-montok! Bukan modelan begini! Lepas kagak?" Mumun menggeleng tegas.

"Kan Mumun juga montok."

"BUKAN MONTOK YANG ADA LO ITU JONTOR!" Teriak Bayu sebelum akhirnya menghempaskan tangan Mumun secara kasar hingga gadis itu jatuh dengan mengenaskan karena terjengkang bangku yang tidak seimbang.

"A'a Bayu! Tunggu Mumun."

"Bodoamat gajah!" Teriak Bayu sambil berlari cepat menghindari Mumun.

***

"Sialan lo Al!" Tawa Dylan kembali pecah saat mengingat kembali air muka Bayu yang masam.

"Gimana? Ide gue cemerlang kan?" Tanya Alfian dengan bangganya.

"Haha! Boleh juga lo!"

"DYLAN! ALFIAN! KURANG AJAR YA LO!" Nampaklah Bayu yang berlari dengan bercucuran keringat.

"Hosh..hosh..dasar temen kampret ya lo berdua. Demen..hosh..hos..banget bikin gue sengsara."

"Wew, sans aja dong pak." Jawab Alfian di sela-sela tertawanya.

"Yuk kantin dah." Ajak Dylan.

"Bayu yang bayar." Lanjutnya. Kemudian merangkul Alfian berjalan menuju kantin.

"Sialan lo pada."

"Kalau gini namanya udah jatuh tertimpa tangga pula. Duh gusti." Gerutu Bayu sebal namun tak ayal mengikuti langkah kedua temannya.

Sesampainya di kantin, mereka duduk bersama dengan Bayu yang meletakan kakinya dengan sembarangan di atas meja.

"Eh anjing, kaki lo bangsat." Gerutu Alfian sebal pasalnya kaki Bayu tepat beerada didepan wajahnya.

"Capek gue. Habis dikejar-kejar sapi betina." Ujarnya yang membuat Alfian dan Dylan tertawa renyah.

Ngomong-ngomong tentang waktu, memang ketiga laki-laki itu sengaja membolos jam pelajaran terakhir. Bel sudah berdering sejak sepuluh menit yang lalu. Namun namanya saja berandalan, mereka bertiga jusyru berada di Kantin sekarang ini.

"Pesen gih, Bayu yang bayar!" Ucap Dylan enteng.

"Enak aja lo babi kalo ngomong!" Seru bayu tak terima sambil membulatkan matanya.

Mereka serempak menertawakan nasib Bayu yang malang.

TBC

Maaf untuk keterlambatannya:)

KenNay ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang