KenNay || Bagian Satu✔

2.1K 79 19
                                    

Awal dari kehidupan yang sempurna, adalah ketika kamu memiliki seorang sahabat sejati untuk menemani antara hidup dan mati.

--------
♡ FRIEND SHIT ♡

Happy Reading

***

Pagi menyapa langit dengan awannya yang biru. Menandakan keceriaan untuk tumbuh disetiap diri manusia pagi ini.

Cahaya matahari telah memunculkan sinarnya dengan percaya diri. Hangat dan damai tercipta karena kehadirannya.

Pagi yang baru untuk hari yang baru.

Begitupun dengan seorang gadis bermanik mata coklat terang yang akan memulai harinya yang baru hari ini. Setelah satu bulan penuh menikmati masa libur semester, akhirnya hari ini tiba, dimana rutinitas baginya untuk bersekolah kembali dimulai.

"Welcome back" Gumamnya sambil menghadap cermin.

"Gue memang cantik badai. Pesona dari mama Eveline Mauren emang gak ada duanya, hehe" Lanjutnya masih berguman yang ia akhkri dengan kekehan singkat.

"Naya... My Princess udah siap sayang?" Teriak seorang wanita paruh baya dari arah bawa dengan lantang.

"Bentar!" Jawab gadis tersebut tak kalah lantang.

Rapih dengan seragam sekolah kebanggaanya--SMA Pancasila gadis itu menuruni tangga dengan ceria. Senyum yang terukir di bibirnya seolah menandakan bahwa tiada senyum untuk hari esok.

"Selamat pagi semuanya."

Denaya Fidelya Barsha Marioline. Gadis cantik berusia tujuh belas tahun yang kerap disapa dengan panggilan Naya. Putri dari pasangan Mario dan Eveline yang lahir dibawah rintikan hujan. Dengan rambut hitam sebahu serta kulit putih bersih turunan dari sang mama. Dan mata minimalis berbola mata coklat terang turunan dari sang Papa. Kedua orangtuanya--Mario dan Eveline adalah anak blasteran. Ibunya Eveline, wanita cantik berdarah Indo-Spanyol. Dan Mario, laki-laki tampan berdarah Indo-Korea. Bisa dibayangkan betapa cantiknya gadis tersebut.

Menarik kursi yang berhadapan dengan Mario, gadis itu duduk dengan tenang. Menyantap satu kepal roti dan satu gelas susu coklat kesukaannya.

"Semangat banget yang mau masuk sekolah lagi." Ucap Mario pada sang putri.

"Jelas dong."

"Halah, besok aja paling malas lagi buat bangun pagi." Celetuk Eveline, dari arah dapur.

"Gak usah buka kartu dong ma, gak etis banget." Gerutu Naya dengan mengerucutkan bibirnya lucu.

Mario hanya tersenyum simpul, melihat tingkah anak istrinya yang sudah beradu mulut dipagi-pagi seperti ini.

"Udah-udah, cepat habisin makanan kamu dan berangkat! Mama biar papa yang urus."

Naya tersenyum puas mendapat pembelaan dari papanya. "Naya menang nih."

"Halah, bapak sama anak sama aja. Suka banget bikin mama kalah."

"Udah ya sayang." Ucao mario sambil mengusap rambut istrinya yang kini sudah duduk manis disebelahnya.

"Gak usah mesra-mesraan deh, tolong! Tolong banget nih masih pagi. Udah ya, Naya berangkat. Dah ma, pa." Pamitnya kemudian keluar rumah sambil bersenandung kecil.

"Hati-hati!" Balas keduanya.

Naya membuka knop pintu rumahnya dengan perlahan. Gadis itu berjalan menuju area pekarangan rumahnya. Terlihat jelas, seorang laki-laki tengah bersandar pada motor besar miliknya sambil menseluncurkan jemarinya di ponsel dalam genggamannya.

Kenzieo Mahaprana Hayden. Putra pertama dari Hayden dan Riana. Sahabat sekaligus tetangga Naya. Laki-laki berbahu lebar dengan wajah tampan bak Dewa Yunani. Dengan garis rahang yang tajam, serta alis tebal bak ulat bulu yang menambah kadar ketampanan laki-laki tersebut.

"Hay beby." Sapa Naya dengan ceria.

Ken memutar bola matanya malas tanpa membalas sapaan Naya.

"Say hay dong Ken, sombong banget."

"Buruan naik! Gue tinggal nih. Dari mana aja sih lo? Dari subuh gue nangkring di sini nungguin tuan putrinya bapak Mario yang terhormat sampe kurus digigit nyamuk." Celoteh Ken.

Naya menutup telinganya, seolah tak mendengar ucapan Ken barusan. Ucapan Ken benar-benar membuat telinganya panas sepagi ini.

"Gak usah Lebay ya tuan Kenzieo!" Gadis itu menaiki motor milik Ken dengan berpegangan pada bahu milik Ken. Memeluk laki-laki itu erat, sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran ternyamannya yaitu punggung milik Ken.

"Jalan pak!"

Ken berbalik, menyerahkan helm berwarna pink yang memang khusus milik Naya. "Enak aja lo kutil! Pake nih, gue gak tanggung jawab kalo lo jatuh dan amnesia karena gak pake helm."

"Pakein dong sayang!" Rayu Naya sambil mencondongkan kepalanya ke arah Ken.

"Dasar manja!" Walaupun menggerutu, laki-laki tersebut tetap memasangkan helm dikepala Naya.

Setelah dirasa sudah, Ken menyalakan mesin motornya. Sesegera mungkin Naya berpegangan, pasalnya Ken akan selalu mengajaknya pada pilihan antara hidup dan mati apabila sudah berurusan dengan motor.

Memeluk Ken dengan erat, hatinya menghangat memiliki sahabat seperti Ken, laki-laki yang sifatnya dewasa--pelindung dan sandaran untuk Naya.

TBC










Kita bertemu lagi di halaman selanjutnya.



KenNay ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang