• 7iOY || 01. Asrama Lantai 2 •

978 58 0
                                    

"Gue nggak mau tau ya, adek si Harsa nggak boleh dititip di sini lagi!" omel Renjana sambil duduk di sofa ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue nggak mau tau ya, adek si Harsa nggak boleh dititip di sini lagi!" omel Renjana sambil duduk di sofa ruang tengah.

Bergabung bersama Nael yang masih duduk suntuk di depannya. Biasanya, jam sepuluh saja, pemuda itu sudah tidur. Tapi karena kamarnya diberantaki Leo--adik Harsa, Nael jadi kehilangan mood untuk tidur.

"AKU BUKAN PUTRI DUYUNG! AKU BUKAN IKAN!"

Nael dan Renjana kompak menghela napas berat mendengar teriakan histeris bocah TK itu. Pasti Leo sedang dimandikan oleh Jeano.

"Si Harsa tu bener-bener, ya! Udah tau adeknya suka tantrum, malah dititipin ke kita. Dianya malah asik pacaran!" Renjana menyambung omelannya.

Cowok keturunan China itu mungkin sudah mengeluhkan soal adik Harsa hampir setiap hari. Tapi, pada akhirnya dia tetap mau-mau saja saat dititipkan Leo. Nael jadi bingung kenapa Renjana paling rajin mengeluh soal bocah nakal itu.

"Kak, kembalikan mataharinya, Kak! Kok udah malam? Aku mau pergi main sama Bimo!" Nael dan Renjana kompak menoleh pada Leo yang digendong Jeano.

Bocah itu masih dililit handuk pink milik Renjana. Pertanda bahwa Leo baru selesai mandi.

"Ren, potongin kukunya Leo nih. Udah panjang," pinta Jeano sambil mendudukkan bocah itu di pangkuan Renjana.

"Ogah! Emang gue emaknya?" tolak Renjana meski tak ayal meraih gunting kuku di laci bawah meja.

Beberapa saat kemudian, Harsa pulang. Disusul Matheo, Cello, dan yang terakhir Jidan. Begitu menyadari seluruh penghuni lantai 2 sudah pulang, Nael segera ke dapur dan memasak makan malam.

"Eh ... Nael nggak marah, kan? Bisa-bisa nggak makan enak seminggu kita kalau dia ngambek," tanya Harsa panik begitu melihat Nael sudah menghilang di ambang pintu dapur.

"Tadi sih ngambek, soalnya kamarnya diberantakin Leo. Lo tau kan si Nael nggak suka kasurnya diusik," sahut Renjana jujur.

"Tapi kalau dia masih mau masakin kita, berarti nggak ngambek-ngambek amat lah." Jeano menimpali santai, sangat tahu gelagat Nael saat marah.

Harsa menghela lega. Jika Nael marah, kesejahteraan perut mereka selama di asrama tentu saja terancam. Karena bisa dibilang, Nael itu satu-satunya dari mereka bertujuh yang masakannya layak dimakan.

Renjana sudah sangat emosi melihat wajah tanpa dosa bocah itu. Tapi, karena sedang terlalu lapar, ia memilih menyusul Nael ke dapur untuk membantu.

"Apa gue bantu Bang Nael masak aja, ya? Biar dia nggak makin marah?" tanya Jidan ragu.

"No, Ji! You just need to sit and eat," cegah Mark---si bule Kanada panik.

"Dia bilang apa, Cel?" tanya penghuni termuda di lantai 2 itu bingung.

"Katanya nggak perlu, ntar bukannya bantu, lo malah bakar dapur kayak minggu lalu." Cello menerjemahkan asal.

Jidan meringis kikuk. Benar juga. Terakhir memasak mie instan, dapur asrama mereka kebakaran karena dirinya.

7llin' in Our YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang