Di Neo High School, ada asrama yang bisa ditinggali para siswanya. Sekolah elit berbasis internasional yang hanya berisi murid-murid pintar atau dari keluarga kaya.
Sangat sulit untuk lulus di sana. Karena hal itu, Nael seharusnya tidak berakhir begini setelah bersusah payah lulus sesuai keinginan orangtuanya.
Terjebak di asrama lantai 2 dengan Leo yang lagi-lagi dititipkan padanya. Di hari minggu pagi yang seharusnya jadi hari libur untuknya. Termasuk libur mengurusi bocah yang jelas bukan adiknya ini.
"Leo ... mandi, ya? Ini kamu udah bau banget, Bang Jeano juga belum bisa pulang buat mandiin kamu." Nael meminta penuh sabar.
Biasanya, dia tidak sesabar ini pada yang lain, terutama Harsa. Tapi Leo hanya bocah TK yang perlu dirawat dengan baik.
"Gamau mandi pake air!" tolak bocah dengan bibir belepotan sehabis makan es krim itu tidak logis.
Lalu dia mau mandi pakai apa? Tayammum? Nael benar-benar tidak mengerti.
Karena tidak ingin memaksa dan membuat bocah itu mengamuk lagi, Nael menyalakan televisi---yang dulu memang sengaja Nael beli untuk mengakali Leo agar tidak gampang menangis. Setelah acara kartun kesukaannya muncul, Leo anteng menonton sambil membaringkan kepala di paha Nael.
Sedangkan Nael, memilih membuka handphone dan menyumpah serapahi kakak dari makhluk di pangkuannya.
Nael meletakkan kembali ponselnya begitu menyadari tidak ada sahabatnya yang bisa diandalkan. Akhirnya, cowok itu memilih ikut menonton kartun Pororo bersama Leo.
Salahkan juga dirinya yang tidak punya kegiatan di hari minggu. Alhasil, hanya Nael lah yang tersisa di asrama dan menjadi tumbal untuk dititipi Leo.
"Leo kenapa sih suka ikut Bang Harsa ke sini?" tanya Nael iseng.
Bocah 5 tahun itu mendongak, dengan netra jernihnya yang membuat siapapun tidak tega untuk memarahi. Tidak heran Renjana yang galak bahkan luluh pada bocah nakal ini.
"Suka aja, di rumah bosen. Kalau di sini kan, bisa dijajanin Bang Ael." Leo menjawab di luar ekspektasi Nael.
Ia pikir, bocah itu senang bertemu dengan Jeano atau yang lain. Karena selama ini, hanya Nael lah yang paling jarang mengajaknya berbicara atau sekedar bermain.
Jeano sudah jelas jadi spesialis memandikan Leo yang anti air. Renjana menjelma ibu-ibu cerewet yang mampu 'menjinakkan' bocah itu saat mulai bertingkah. Cello yang suka mengajaknya bermain. Matheo yang suka membelanya meski bocah itu sering merusak barang di asrama. Serta Jidan yang senang mengajaknya ngobrol 'ngalor-ngidul' layaknya bocah seumuran.
Abang kandungnya, si Harsa 'bucin' Dhananjaya tidak perlu ditanya. Bocah tengil itu hanya bertugas memindahkan Leo dari rumah ke asrama. Selebihnya, dia meninggalkan asrama untuk pergi kencan bersama pacarnya yang entah berapa banyak.
Bisa dibilang, Nael hanya kebagian menjajani dan membelikan Leo apa yang bocah itu mau. Atau paling tidak menemaninya bersepeda bersama Bimo di taman komplek. Itupun, Nael hanya duduk di bangku taman sambil memantau asal bocah itu tidak terluka atau hilang.
Notifikasi di ponselnya membuat Nael meraih benda pipih itu lagi. Rupanya dari sang mama.
Begitu membaca isi pesan tersebut dari notifikasi yang muncul di layar depan, lagi-lagi Nael mendengkus sebal.
"Leo ... mau ke rumah Bang Ael nggak?" tanya Nael menawarkan.
"Ketemu Tante Na?" sahut bocah itu heboh.
Nael mengangguk.
"Mau! Ayo, Bang Ael!" seru Leo sambil bangkit duduk.
"Kalau gitu mandi dulu, ya? Ntar kalau kamu bau, Tante Na marah sama Bang Ael," bujuk Nael yang kali ini akhirnya diangguki bocah itu patuh.
Nael pun untuk pertama kalinya memandikan Leo. Karena dia anak tunggal dan tidak berpengalaman memandikan bocah ini seperti Jeano, Nael tidak sengaja mengenai mata Leo dengan sabun.
Dan dengan begitu saja, bocah itu membuat drama lagi seperti biasa. Sesi mandi yang seharusnya tidak lebih dari 15 menit, malah selesai setelah setengah jam.
Padahal, Nael sudah melilitnya dengan handuk. Tapi, karena ngambek, Leo mengulang mandi dari awal. Mulai dari sikat gigi hingga memakai handuk sendiri.
Nael seperti biasa hanya mampu menghela napas jengah. Ingin marah tapi tidak bisa.
Apalagi begitu sesi ganti baju, bocah itu bersikeras ingin memilih baju sendiri. Namun setelah setengah jam memandangi lemari berisi baju-bajunya yang juga dibelikan Nael, Leo mengeluh sebal.
"Bang ... aku bingung. Bang Ael aja deh yang pilihin."
Nael tidak tahu apa ada yang lebih merepotkan dari mengurus anak kecil. Namun yang jelas, sekarang Nael sedang bingung bagaimana cara menyambung kuku Leo yang dipotong Renjana semalam.
"Bang ... kukuku mana? Tanganku jadi jelek nggak ada kukunya! Sambungin lagi kukunya, Bang Ael! Bang Renjana yang ambil kukunya semalam!" teriak bocah itu menangis sambil berguling-guling di lantai.
Beberapa saat kemudian kepalanya terpentok kaki meja karena sibuk berguling. Alhasil tangis bocah itu malah semakin histeris.
Nael hanya bisa berkacak pinggang frustasi.
"Belum nikah aja, gue udah kayak duda beranak satu gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
7llin' in Our Youth
Teen FictionDi asrama Neo High School, Nael tinggal bersama 6 makhluk ajaib. Matheo si bule Kanada yang belum lancar berbahasa Indonesia. Renjana si cowok keturunan China yang hampir setiap saat mengomel. Harsa si bocah tengil yang hampir setiap hari menjadik...