Jam istirahat terakhir, aku dan Jena duduk santai di kantin sambil mengobrol, biasalah Jena, yang di omongin ya hanya cowok-cowok kualitas Hollywood. Tidak jauh-jauh dari wajah tampan, charming, western dan bla...bla...bla...
"ok-ok, gue ganti topik-
Potong Jena mendadak keluar dari zona nyamannya. Membuatku sedikit tertarik.
-gimana kemaren lo sama Issabel?" tanyanya mengecilkan volume dia akhir pertanyaan.
Rupa-rupanya topic yang hanya lupa di tanyakannya beberapa hari ini lewat chat karena kami sedang sibuk ulangan. Aku kira dia benar-benar keluar dari zona nyaman.
"ya... gitu, bener tebakan gue, dia suka, mungkin cinta" sahutku sedikit, hanya sedikit enggan.
"huu! Bego lo emang" celetuk Jena meneloyor kepalaku pelan, aku hanya tersenyum. Sebagai sahabat dia memang sudah mengingatkanku akan hal ini, walaupun terkesan tidak bisa di ajak serius, Jena adalah pengamat yang baik.
Dia bahkan tidak bosan-bosan mengingatkanku dengan konsekuensi masalah hati yang tidak bisa di paksakan kalau sudah nyaman, dia sahabat yang baik. Juga tidak butuh waktu yang lama dia menyadari kalau aku menyukai V.
"ya udah terlanjur juga, lagian gue tau kok sahabat gue ini bukan cewek yang jahat-
Jena menarik daguku pelan, memaksa mataku menatapnya.
-gue percaya lo kuat dan nggak bakal ngerebut cowok orang, lo ngelakuin ini Cuma buat nolong orang yang lagi tersesat" lanjutnya sambil tersenyum tulus.
Duh, rasanya aku mau menangis saja. Mana mata sialanku mulai panas lagi.
"mulai deh, keluar cengengnya" ledek Jena.
"enak aja, kemasukan liur lo tau!" kami tertawa bersamaan, Jena sampai mengusap sudut matanya yang berair.
"ngomong-ngomong kita sekelas lagi ya? XI IPS 2? Seneng banget deh" kataku sambil menyendok bakmie, tadi,aku baru melihatnya di papan pengumuman. Mulai senin besok, kita sudah mulai masuk ke kelas baru.
"iya, gue mau duduk di tempat kemaren ah, enak di sana, tapi kita nggak sekelas sama V loh, dia di kelas IPS 1 sama Issabel"
Aku hanya mengagguk.
"itu lebih baik lah Jen"
Sahabatku itu memberikanku senyuman.
"eh, bentar deh, gue lupa sesuatu" sela Jena tiba-tiba.
Aku hanya mengerutkan dahi, heran.
"lo tau berita yang lagi hot-hotnya di SMA International Atletic? Yang tentang tobat-tobat itu loh?!"
Ha? Tobat-tobat? Aku langsung menggeleng, baru pertama kalinya aku mendengar trending topic tentang tobat-tobat, aneh deh.
"ya ampun, ketinggalan jaman banget lo Na! itu loh, cowok yang- adalah dia itu, sekarang udah berubah, sumpah nggak nyangka banget!"
"ha? Berubah? Emang dia power ranger apa pake berubah-berubah?!"tanyaku langsung tertawa ketika melihat wajah Jena berubah masam.
"helooo kim Na yoon!, gue ini nggak bercanda tauk!" aku malah tambah tertawa mendengar ucapan Jena yang di buat-buat dengan dialek korea.
"ok-ok, lanjutin gue nggak nyelak lagi deh" pintaku ketika Jena sudah mulai ngambek.
"awas lo!" aku memberinya jari telunjuk dan jari tengah yang di berdirikan, membentuk lambang peace.
"ok, jadi dia ini, anaknya nakal banget, bukan Cuma nakal main-main doang di kelas, dia panglima tempurnya IA, dia kakak kelas sih, ini tahun terakhir. Dan menurut pusat tukang gosip rahasia kelas elit kaya gue ini, dia mulai berubah dari beberapa bulan yang lalu, nggak tau apa penyebabnya deh, yah, dia kaya dapat pencerahan gitu, mangkanya terkenal banget tentang tobat-tobat, parah gurunya sampai ada yang buat acara syukuran!" jelas Jena sampai lupa bernafas, dia buru-buru kembali memenuhi paru-parunya dengan oksigen.
YOU ARE READING
countless
Romancecountless... Tak terhitung seberapa banyak perasaan yang di korbankan. Karena aku tidak ingin lagi tahu bagaimana caranya menghitung ketika aku tahu bahwa rasa ini tak akan pernah mendapatkan hasilnya Sebuah buku yang menceritakan tokoh yang telah k...