'15'

56 6 3
                                    

01.40 PM.

Hari ini seluruh sekolah di Jakarta di liburkan karena ada rapat penting yang sangat mendadak, rasanya seperti mendapat kulkas di tengeh padang pasir, apalagi hari ini ada pelajaran ekonomi. Dan aku hampir menjerit saat melihat lingkaran berwarna pink pada kalenderku! Hebat, rupanya aku terlalu pikun sampai lupa kalau besok adalah valentine!

"wah, nggak punya cowok gue, ngasih temen aja dah." Gumamku sambil merebahkan diri di atas tempat tidur. Aku memejamkan mata sambil menghiting teman-teman dekatku, ah juga anak klub tentunya. Karena saat di Bali, aku juga melakukan hal yang sama bersama teman-temanku.

Ah, aku jadi teringat saat aku jalan dengan Ciel waktu itu, dia benar-benar membuktikan kalau dia bisa di percaya, belum lagi aku sangat menyukai sifatnya yang humoris dan apa adanya, kelihatannya Ello juga berpikiran hal yang sama denganku, karena tanpa di suruh, anak pendiam itu berani bertanya duluan pada Ciel.

Handphoneku bergetar, dengan mata terpejam aku meraba-raba kasur dan langsung mengangkatnya ketika menemukan benda pipih itu.

"halo" aku bersuara.

"berasa cium pipi gue" suara Ciel, namun bukan itu yang membuatku terkejut, melainkan perkataanya. Apa sih maksudnya?

"lo ngomong apa?"

"berasa cium pipi gue" jawabnya, aku yakin dia sedang tersenyum.

Dengan heran aku mengangkat handphoneku dan langsung menutup kameranya saat melihat ada wajah Ciel di layar handphonku. Sialan! Ini pasti karena nada deringku hanya getaran! Aku jadi salah angkat!

Astagah! Aku benar-benar malu ketika mendengar tawa cowok itu pecah, pasti kaget melihat wajahku yang seperti korban tanah longsor! Aku ini memang ceroboh!

Tamat riwayatku, besok cowok ini pasti pura-pura tidak kenal!

"woi, kenapa di tutup sih kameranya?" Tanya Ciel, aku memperhatikan dirinya yang sepertinya sedang berada di café, atau tempat hang out yang lain.

"gue belum mandi" akuku lalu menyentuh gambar video yang di jeda, pegal tanganku menutup kamera terus.

"belum mandi? Wah, belum pernah nih pasti gue liat, nyalain dong kameranya, gue mau liat. Masa lo doang yang melototin muka gue?" celetuknya yang membuat wajahku sepanas wajan di atas kompor. Dia ini!

"eh, siapa yang melototin lo? gue ini lagi tidur!" balasku tidak mau kalah. Dia tertawa.

"ya udah kalau nggak boleh liat sekarang, berarti besok harus liat live"

"ha?" kagetku, besok? Maksudnya apasih dia ini?!

"besok? Gue pikir lo banyak acara" pancingku, kalau tidak begini mana aku tahu cowok ini maunya apa. Bisa-bisa aku jadi GR-an!

"banyak sih, but, kalo paduka yang meminta, hamba siap melayani" sahutnya sok kalem, tawa langsung meluncur dari mulutku, sama sekali tidak cocok. Anaknya tidak bisa diam gitu!

"kalo besok ingkar janji, berarti siap dapat hukuman ya?" ancamku.

"siap yang mulia"

Aku kembali tertawa, sepanjang panggilan itu, aku lebih banyak tertawa dan rasanya seperti ada sesuatu yang kembali dari diriku.

???

Aku berjalan santai menuju supermarket sambil memasang headset di telinga. Tadi mama memintaku untuk membeli beberapa kebutuhan dapur yang habis juga bahan untuk membuat kue, sekalian aku ingin mencari coklat untuk besok.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

countlessWhere stories live. Discover now