Hari ini weekend, tetapi SMabu sudah di penuhi oleh siswa-siswi dengan seragam abu-abu putih dan kotak-kotak hitam putih yang sejak pagi tadi sudah berbaur menjadi satu dalam bentuk kelompok atau hanya berdua atau ada juga yang hanya berkeliling sendirian, mungkin terpisah dari temannya.
Kebanyakan dari mereka membawa balon tepuk berbentuk silinder dengan tulisan nama sekolah masing-masing, ada juga yang memakai ikat kepala dengan berbagai macam tulisan dukungan.
Aku membuang nafas sebal ketika melihat mobil imutku di apit oleh dua mobil yeng entah milik siapa, namun mereka terlalu dekat memarkirkannya, untukku yang jarang membawa mobil sendiri akan sedikit kesusahan untuk mengeluarkannya. Padahal aku ingin ke minimarket sebentar. aku ingin membeli salep pemanas, itu sudah menjadi kebiasaanku sebelum berlari.
Setelah pertandingan persahabatan kemarin, aku-akhirnya!-terpilih lagi untuk mengikuti pertandingan penyeleksian. Pertandingan persahabatan itu sudah sebulan yang lalu, dan aku masih ingat bagaimana cowok-yang-lagi-belajar-untuk-jadi-laki-itu tidak muncul bahkan sampai pertandingan selesai! Tapi seperti yang sudah terjadi ratusan kali, pihak sekolah sama sekali tidak mempermasalahkannya.
Keparat! Tapi memangnya dia tidak memikirkan anak klub mendadak kalang kabut ketika ketuanya tidak muncul?! Untung Dony, selaku co kapten bisa di andalkan!
Sekarangpun batang hidung cowok itu belum kelihatan, jangan bilang di juga tidak akan ikut penyeleksian?! Dasar gila!
"Nayoon" aku menoleh pada Jena yang malambai-lambaikan tangannya ke arahku, di sampingnya ada Gigi, iya Gigi. Akhir-akhir ini mereka jadi dekat karena Jena sering menemaniku latihan. Begitu juga dengan anak klub yang lain.
Aku menghampiri mereka.
"aduuh, sohib gue ini keren banget sih?!" puji Jena yang manatapku dari atas sampai bawah.
Aku mengenakan celana parasut berwarna hitam dengan lambang tiga balok yang membentu segitiga yang di padu dengan baju tanpa lengan dengan satu tali di punggung. Rambutku, ya masih seperti biasa, dengan poni yang di ikat ke atas hingga membentuk lingkaran, rambutku yang lain di kuncir kuda.
"ya iya lah, Nayoon! Becanda deh, gue itu pengen banget menang, jadi semua harus maksimal!" kataku mengedipkan satu mata. Mereka tertawa mendengarnya.
"oh, inget nggak lo cowok yang gue ceritain di kantin? Bakal datang nggak ya? Kemaren sih, pas persahabatan dia nggak datang,padahal gue udah muter-muter ke seantreo sekolahan! mana udah gue apus lagi fotonya, lupa gue kasih liat ke lo" celetuk Jena yang mengingatkanku pada power ranger dan tobat. Aku hampir tertawa ketika mendadak teringat sesuatu.
Mataku menyipit ke pada Jena.
"oh, jadi itu alasan kenapa waktu gue selesai tanding dan nyari lo buat minta minum lo nggak ada?! Jadi lo lagi asik-asik traveling huh?" tudingku manatapnya tajam.
"eee- ya,ya gitu lah, fufufu" balasnya pura-pura bersiul polos.
"uh, dasar" aku mencubit pipinya keras-keras lalu berjalan lebih dulu ke ruang lari indoor yang berada di sebelah gedung IPA, Gigi dan Jena yang masih mengaduh-aduh mengekor di balakangku.
Lapangan indoor milik SMabu termasuk salah satu lapangan sekolah terbesar di Jakarta, di dalamnya terdapat kursi penonton yang dapat menampung sekitar 500 orang. Ketika kami masuk ke dalam Jena sudah mengobrol hal yang lain, biar ku tebak, pasti tidak jauh-jauh dari cowok power ranger!
Jena balik mencubit pipiku ketika kami harus berpisah di tangga, tetapi dengan lembut dan terkesan menyemangati. Aku melewati jalan di antara kursi penonton untuk langsung menuju tempat duduk peserta. Di sana sudah ada Dony, co kapten kami, Ronald,yang sebulan ini sudah latihan keras, dan beberapa anggota yang sudah di tunjuk oleh coach.
YOU ARE READING
countless
Romancecountless... Tak terhitung seberapa banyak perasaan yang di korbankan. Karena aku tidak ingin lagi tahu bagaimana caranya menghitung ketika aku tahu bahwa rasa ini tak akan pernah mendapatkan hasilnya Sebuah buku yang menceritakan tokoh yang telah k...