"aduh aw aw!!!"
Ah! Hampir saja aku menjatuhkan miniature globe kesayangan mama, gawat kalau benda yang terbuat dari kaca itu terjatuh , bisa-bisa aku di mutasi ke korea hanya untuk membelinya lagi! Belum lagi bonus ceramah dari januari sampai desember.
Padahal aku sedang buru-buru mencari lipgloss yang semalam aku pakai, padahal aku yakin kalau aku meletakkannya di atas meja belajar, astagah alasan apalagi yang aku pakai kalau terlambat ke sekelah setelah tiga hari berturur-turut membolos padahal aku murid baru?!
Aha!
Ternyata di sini kamu, lipgloss sialan! Gara-gara pelembab bibir ini aku hampir memupuskan keputusanku untuk berangkat ke sekolah!
"Naa!" seru mama dari lantai bawah, aku buru-buru memoleskan lipgloss tipis-tipis pada bibir dan segera berlari turun dari kamar, karena biasanya kalau mama sudah teriak-teriak bagitu berarti papa akan segera berangkat kerja dan aku masih menumpang kendaraan.
You know what I mean...
Hyeerin, adikku yang masih kelas 2 SD tapi belum mendaftarkan kepindahannya itu sampai terhenti dari aktivitasnya yaitu sarapan, matanya mentapku keheranan. Aku hanya membalasnya dengan cengiran paling lebar untuk pagi ini.
"bye-bye Yeerin, oenni berangkat dulu" seruku berlari keluar.
Mama dan papa mentapku sebentar, hah hah, nafasku masih terputus-putus, kelelahan setelah 'olahraga' pagi. Hehehe
"kenapa ma? Pa? nggak ada yang anehkan sama penampilan Nayoon?" tanyaku setelah berhasil mengatur nafas. Cengiran kembali hadir di wajahku. Membuat mama menahan tawanya.
"kamu ini masih pagi sudah cengar-cengir! Mau di ikat nggak poninya?" Tanya mama yang langsung ku jawab dengan anggukan antusias.
Mama berdiri di hadapanku, tangannya dengan lebut mengikat poni depanku, membentuknya menjadi sebuah lingkaran berdiri, bagiku mengikat poni adalah salah satu hal yang harus ku lakukan sebelum keluar rumah, itu sudah menjadi identitas seorang Nayoon. Yah, walaupun setiap aku pindah sekolah hal itu selalu menjadi pemandangan orang banyak dan tentunya menarik perhatian, tapi sekarang aku sudah tidak peduli lagi.
"makasih ma" balasku langsung mencium mama, sekaligus pamit berangkat sekolah.
"Naa, udah ayo berangkat nanti papa telat!" titah papa yang entah sudah sejak kapan berada di balik kemudi. Aku buru-buru meraih tangan mama dan menciumnya.
"bye, Nayoon berangkat!" seruku dari balik jendela mobil. Mama membalasnya dengan senyuman khasnya, yang selalu menjadi sutikan semangat tersendiri bagiku.
Sisa-sisa hujan masih terlihat jelas di sepanjang jalan. Menyisakan rintik air di dedaunan dan beberapa kubangan di jalan yang berlubang. Sepanjang perjalanan aku hanya diam menatap ke luar jendela, papa juga terlihat sibuk berkonsentrasi dengan jalan di hadapannya.
Ternyata, terburu-buru pagi ini membuatku lupa sejenak dengan rasa gelisah yang ku rasakan, dan aku bersyukur.
"hati-hati pa" tanganku melambai ke mobil papa yamg mulai berjalan.
Aku mengeluarkan huft dari mulut. Ini waktunya aku melanjutkan masa SMAku yang selalu terputus-putus, semoga ini menjadi sekolah terakhirku untuk menghabiskan masa SMA, di SMA Abu-Abu –SMabu- ini.
Sekolah ini memiliki gerbang berwarna putih yang sangat tinggi dan besar, pasti agar tidak ada yang membolos, hihihi, dan juga memiliki pos satpam di sebelah kanannya. Mataku memperhatikan semua siswa dan siswi yang kaluar masuk,
Oh, dan aku baru sadar kalau dasi siswa dan siswi memiliki warna yang berbeda. Perempuan berwarna putih berlist abu-abu dan siswa berwarna abu-abu berlist putih, kalau hanya sekilas terlihat mirip.
YOU ARE READING
countless
Romancecountless... Tak terhitung seberapa banyak perasaan yang di korbankan. Karena aku tidak ingin lagi tahu bagaimana caranya menghitung ketika aku tahu bahwa rasa ini tak akan pernah mendapatkan hasilnya Sebuah buku yang menceritakan tokoh yang telah k...