Terima kasih yg sudah menunggu, here's the next chapter :3
Author POV
Pikiran Rose sudah tak waras. Setidaknya itu yang menggambarkan seorang perawan lugu yang kini tengah mengurut penis pria beristri di hadapan gadis lain pula.
Tetapi apalah daya akibat alkhohol dan obat perangsang yang diberikan oleh Jennie memungkinkan semua itu terjadi.
Meskipun masih kaku dan tangannya sedikit gemetar, Rose terus mengurut batang kejantanan Taeyong. "Pegang lebih erat, Rose. Gunakan instingmu," kecap si empunya penis menginginkan lebih.
Rose hanya menatapnya sekilas, manik hitam kecoklatan miliknya beralih pada urat otot pada milik Taeyong yang entah mengapa membuatnya tergoda. Memberi kesan kekar dan menantang.
"A-Apa aku boleh menjilatnya?" Rose menatap Jennie, wajahnya terlalu memerah untuk meminta izin pada Taeyong. Keberaniannya belum cukup.
"Bukan boleh tapi harus. Pokoknya malam ini kau harus membuat daddy klimaks," jawab Jennie yang tengah bersimpuh di debelahnya dengan kepala di atas paha Taeyong.
Rose menelan ludah. Perlahan ia mengarahkan kepala penis itu ke depan mulut. Sasarannya cairan bening yang sedikit lumer menuruni bagian mirip helm itu.
Matanya memejam ketika lidahnya menjilati lubang kencing Taeyong. Bibirnya mengecap beberapa kali namun tak ada rasa yang bisa ia tangkap, selain sedikit rasa asin.
Melihat tingkah polos Rose tak ayal membuat Jennie terkekeh. Dia sudah tahu gadis itu akan bereaksi seperti apa, persis seperti dugaan. "Apa kau pernah melihat sperma sebelumnya, Ro-ssi?"
Rose hanya menggeleng pelan, terlalu malu untuk menjawab.
"Sudah kuduga. Hehe, kau pasti akan terkejut nanti. Apa perlu eonni bantu?" ujar Jennie sembari tangannya meraih.
Meski ia hanya menggoda, Rose menganggap itu sungguhan. Dengan cepat ia menggelengkan kepala. "Jangan eonni, aku ingin yang melakukannya."
"Omo... apa aku tak salah dengar daddy? Rose yang manis cepat belajar, pastikan daddy memberinya sperma yang banyak, oke?" Mata Jennie berbinar, tampak menggemaskan.
Taeyong mengelus kepala Jennie di pangkuannya. "Tentu saja mau, tapi jika Rose belum semahir kamu aku takut hasilnya tak sesuai," cetusnya lirih.
Jennie tahu apa maksud Taeyong, suda ibarat soul mate. "Cobalah mengocoknya dengan kedua tangan, Ro-ssi." Jennie berkedip manis selayaknya dewi pemberi petunjuk.
Awalnya ragu, Rose menyadari bahwa menggunakan kedua tangannya terasa lebih menegangkan. Sensasi lunak namun keras di telapak tangan membuatnya semakin kencang mengocok kejantanan Taeyong.
Saat ia mendongak pria itu tampak memejamkan mata sembari sesekali menahan desahan keluar dari mulutnya. Tak butuh waktu lama napas Taeyong mulai memburu pertanda ia tak kuasa lagi menahan gejolak nikmat.
Merasakan batang penis itu berkedut, Rose tahu upayanya akan segera terbayar dengan sperma kental yang pertama kali akan dilihatnya secara langsung.
Namun dugaan gadis itu salah. Taeyong menjambak rambutnya sembari menekan kepalanya untuk melahap penis pria itu. Kedua mata Rose membulat, ia meronta dengan menarik kedua tangan Taeyong menjauh.
Sayang tenaga mereka berbeda jauh. Bahkan Taeyong berdiri dari sofa kemudian memaju mundurkan pinggulnya, memaksa penis panjangnya keluar masuk mulut Rose.
Saat mata gadis itu mulai berkaca-kaca, Taeyong melenguh diikuti semburan cairan putih kental berbau amis di dalam mulut gadis bersurai pirang itu. Rose terpaksa menelan sperma itu karena Taeyong belum mau mengeluarkan miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Ahjussi
Fanfiction21+ | Terdapat adegan dewasa | Harap bijak dalam memilih bacaan "Aku lebih suka melihatmu menungging di hadapanku, Rosie." Mendengar hal itu Rose tersentak.