Tangkai satu

27.6K 915 7
                                    

Yuta POV

Akhirnya setelah beberapa minggu hari yang kutunggu tiba. Merenggut wanita dari tangan keluarganya bagiku sangat menyenangkan.

Kebanyakan selalu diisi dengan penolakan dan tangis baik si wanita yang menjadi bahan taruhan maupun pihak keluarga yang lain. Namun sayang mereka takkan bisa berbuat apa-apa karena aku membawa perjanjian sah yang tertanda tangani.

Oh ya, aku sampai lupa memperkenalkan diri. Namaku Nakamoto Yuta, panggil saja Yuta. Aku merupakan orang jepang namun semenjak kecil tinggal di korea bersama kedua orangtuaku.

Ada banyak hal dalam hidupku, penuh kisah pilu dan pahit namun itu semua telah berlalu. Ketika aku bertemu Jaehyun hyung seakan aku menemukan jalan hidupku. Semenjak saat itulah aku mengabdikan diri untuknya.

Saat ini aku tengah menuju alamat kediaman keluarga Park. Semalam dalam keadaan mabuk pria gendut itu menjual keponakannya. Cih, benar-benar bodoh bukan? Tapi aku menyukai orang-orang bodoh seperti dia. Semakin banyak wanita yang Grando Emerald dapat, semakin senang pula Bos Jaehyun.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, sedan hitam yang kutumpangi akhirnya sampai. Aku melangkah keluar setelah bodyguard bertubuh besar membukakan pintu untukku.

Tak lupa kujinjing sebuah tas persegi pipih yang berisikan berkas dokumen 'client' kasino Grando Emerald. Julukan itu terlalu keren untuk cecunguk seperti pak Park ini, tapi tak ada salahnya menyanjung sumber pendapatan kita bukan? Haha.

Park Ming POV

Hidupku sudah berakhir, hal itulah yang kukatakan pada diriku sendiri berkali-kali. Semenjak semalam aku tak bisa tidur membayangkan bagaimana aku akan menghadapi semua ini.

Chaeyoung—satu-satunya ponakan yang kupunya, aku malah menjualnya untuk berjudi. Aku ... Aku ... Aku hanyalah paman bajingan yang tak berguna! Maafkan paman, nak. Meski paman yakin kamu takkan memaafkan paman.

Perasaan bersalah terus menghantuiku. Chae, anak itu masih berada di kamar yang dia kunci rapat-rapat. Sudah tiga jam berlalu tapi setiap kali aku mendekat bisa kupastikan ia masih menangis tersedu.

Waktu berjalan lambat bagiku. Sedari tadi pikiranku tak tenang. Aku berjalan kesana-kemari di ruang tengah selagi memikirkan bagaimana cara menyelamatkan Chaeyoung. Bagaimana pun anak itu tak bersalah, dan dia terlalu baik untuk berada di tempat maksiat itu.

Ting Tong!
Lamunan di kepalaku pecah tatkala suara bel pintu terdengar. Aku merutuk kesal karena pembantuku tengah berusaha membujuk Chae makan dan belum kembali.

"Siang-siang begini siapa—"

Bibirku kelu seketika saat kudapati tiga orang pria berpakaian serba hitan berdiri di depan rumah. Aku tak tahu siapa dua pria berbadan kekar itu, tapi satu orang di tengah, wajahnya tak asing bagiku.

Ya, dia adalah sumber masalahku, dan kini datang untuk mengambil ponakanku. Dia adalah Nakamoto Yuta, pria muda dengan tatapan tajam yang mengerikan berbalut senyum ramah. Shit, Chaeyoung!

"Tuan Park, senang anda punya nyali untuk menemui saya secara langsung. Dari raut wajah yang berseri, saya yakin anda tahu maksud kedatangan saya dan, hehe dua teman saya."

Pria bernama Yuta itu pedas seperti biasa. Aku hanya tersenyum getir. Tubuhku terasa lemas, semua tulangku rasanya mau copot. Aku bahkan tak tahu harus menjawab apa—terkecuali menelan ludah dengan susah payah.

"Tunggu apa lagi, bawa wanita itu," ujar Yuto.

Seperti disambar petir, tubuhku  bereaksi spontan menutup pintu. Namun sayang salah satu bodyguard berhasil menahan usahaku. Kalah tenaga aku pun dibuat terpental hingga terduduk di lantai.

Mataku membulat, tubuhku bergidik melihat kedua pria kekar itu melangkah masuk. Saat ini mereka tampak seperti dua sosok raksasa bagiku. Mustahil aku menghentikan mereka.

"Minyu, bawa Chaeyoung pergi!" teriakku sekencang mungkin. Dengan sekuat tenaga aku bangun lalu berlari menerjang Yuta. Bagaimana pun jika bos mereka berhasil kulumpuhkan, kedua bodyguard itu akan mengincarku dahulu.

Namun saat hendak kulayangkan pukulan, tubuh pria itu berputar dan tanpa kusadari daguku tertohok ke atas diikuti rasa sakit yang mendera.

"Guahkhh...!!" Tubuhku ambruk ke belakang dan terkulai. Kulihat pria itu masih mengangkat kaki kanannya ke udara seperti petarung karate. Sial, aku tak menduga dia akan pandai beladiri. Maafkan paman yang tak bisa melindungimu Chaeyoung.

Yuta POV

Hah, pingsan? Ayolah aku tak menendang sekuat tenaga.

Aku cukup terkejut mendapati tubuh gempal pak Park kandas hanya dengan sekali jurus. Tubuh pria itu benar-benar tidak sehat, aku yakin dia tak pernah berolahraga.

Namun bukan itu yang harus kupikirkan. Aku beranjak dari ruang depan menuju lantai dua tempat wanita bernama Chaeyoung itu. Kedua tukang pukul yang kusewa sudah naik duluan, aku harap mereka  tak menemukan masalah berarti.

"LEPASKAN AKU BAJINGANN!!! LEPASKAAAN!!!"

Rupanya kekhawatiranku berlebihan. Saat aku menapaki anak tangga terakhir kulihat wanita itu berada dalam kendali bodyguard, yah meski dia terus meronta dan berteriak seperti orang kesurupan.

"Berisik sekali, tutup mulutnya!" perintahku yang harus memegangi telinga saking kencangnya suara wanita itu.

Dari segi visual memang bisa dibilang super; lekuk tubuhnya, ramping badannya, cantik wajahnya, bahkan rambut kecoklatannya sangat elegan seperti blasteran orang eropa. Sayangnya mata indahnya tampak sembab, kurasa dia menangis seharian.

Haha jangan khawatir kau akan terbiasa menangis saat bersama bos Jaehyun, nona manis.

"Ah sial, berhenti melawan dasar jalang!" umpatku kesal karena Chaeyoung terus berusaha melepaskan diri bahkan setelah mulutnya dibekap. Malah, tangan bodyguard itu digigitnya hingga berdarah. Setan.

Tak punya pilihan lain, aku mendekatinya kemudian memukul pundak dekat lehernya agak kencang menggunakan sisi telapak tanganku—seperti gerakan memotong. Akhirnya Chaeyoung tak sadarkan diri. Cara ini selalu berhasil.

Aku pun kembali ke Grando Emerald untuk menyerahkan Chaeyoung pada bos Jaehyun.

Chaeyoung POV

Ini dimana? Aku tersadar dalam keadaan duduk pada sebuah kursi empuk. Perlahan pandangan mataku dari kabur semakin jelas, dan bisa kulihat aku tengah berada di sebuah ruangan yang mirip seperti ruangan CEO di drama korea yang sering kutonton.

Aghh, pundakku terasa ngilu saat aku mencoba bergerak. Hal terakhir yang kuingat ... tiga pria asing di rumah! Apa mereka membawaku ke sini?

"Kau sudah siuman rupanya."

Aku terperanjat mendengar suara seorang pria datang dari arah belakang. Kuputar kursiku yang memiliki roda di kakinya, kutatap pria si empunya suara maskulin itu.

Oh my god. Apa ini mimpi?

Aku tertegun saat mendapati pria tampan dengan sorot mata yang tajam seperti elang. Ia duduk di hadapanku dengan sebuah meja penuh berkas yang memisahkan kita.

"Aku memang tampan, berhentilah menatapku seperti itu," ujar pria itu membuyarkan imajinasiku. Yah, untuk sesaat aku berandai jika pria itu pasanganku seperti dalam drama, maksudku pria itu sangat tampan jadi kenapa tidak?

"Siapa kau?" tanyaku padanya dengan perasaan gugup. Aku memang tak tahu sedang berada dimana, bersama siapa, tapi yang jelas ini ada hubungannya dengan nasib hidupku.

"Namaku Jung Jaehyun, pemilik Grando Emerald. Wanita sepertimu biasanya akan menempati bagian bell girl, menjadi waitress atau hostess. Tetapi teruntuk dirimu aku lebih suka kau menungging di hadapanku."

Aku terperanjat mendengar kata-kata vulgar yang keluar dari mulutnya.

[] To Be Continued

Hayo bertemu dengan author yang kece ini #ditimpuk readers

Gimana part kali ini, makin penasaran gak kelanjutannya?

Jangan lupa vote dan komen agar author semakin bersemangat ya! :*

Possesive AhjussiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang