05

419 34 0
                                    

Happy Reading

Buru-buru Aza menuntutnya berjalan ke arah sebuah taman,dan cowok itu pun masih terus menerus merintih kesakitan, badannya sangat lemas. Hingga darah dari pelipisnya pun mengenai pakaiannya.

"Sebentar,gue beliin Betadine sama kapas dulu"

Aza berlari ke sebuah apotek yg jaraknya tidak terlalu jauh dari taman itu, setelah ia membelinya. Dia kembali menghampiri cowok brandalan yg sekarang sudah tiduran di kursi taman,menselonjorkan kakinya sambil menutup wajahnya dgn satu tangan, kepalanya juga di kasih bantalan dgn tas Aza.

"Awas tangan Lo" ujar Aza sambil membuka bungkus kapas.

Jaemin melirik sebentar ke arah wanita itu,"enggak" dia terus menutup wajahnya dgn tangan. Seakan tidak ingin menunjukkan wajahnya di depan Aza.

"Ish ayo dong nurut,susah banget sih Lo jadi cowok" keluh Aza.

Kali ini Jaemin nurut, begitu tangan itu menjauh dari wajah si cowok,sudah banyak lebam biru tidak karuan, pelipisnya juga berdarah dan sedikit robek. Dengan perlahan-lahan Aza mengobatinya.

"Ah sakit" cowok itu terus meringis kesakitan,lalu ia bangun dan langsung membenarkan posisinya untuk duduk.

"Lagian sih,pakek acara tauran segala" kata Aza seraya memasukkan Betadine dan kapas kedalam tasnya. Aza sebenarnya cuman nebak, menurutnya ini cara paling ampuh untuk mendengar si cowok bercerita,bagi Aza pribadi sih.

Kenapa dia bonyok begitu? Pikiran itu sudah muncul ketika Aza terkejut tak percaya saat melihat Jaemin tersungkur di pinggir gang sempit tadi.

"Gak usah sok tau Lo!" Kali ini suara si cowok lebih terdengar meninggi, sepertinya dia tersulut emosi saat ini. Tentu saja,Aza terkejut mendengar hal itu.
Okey, seperti nya Jaemin bukanlah tipikal cowok yg dgn mudahnya menceritakan permasalahannya kepada orang lain. Aza terima itu.

Aneh,tidak jelas. Kenapa juga harus bertemu lagi dgn brandalan ini? Sudah 2 hari Aza dipertemukan dengannya,dengan muka yg sama. Hingga kini masih sama seperti hari kemarin,bau rokok dari tubuhnya kembali mencekat.

"Seharusnya bilang makasih kalau diajarkan etika sekolah"cibir Aza.

Pria itu tidak mengulangi perkataan Aza,dia hanya mengambil sebungkus rokok dari saku celananya, lalu dinyatakan pada salah satu rokok. Ini tergolong kekanakan yg sudah 'klasik'. Semua pria pasti akan mengambil tindakan ini seketika dirinya ditimpa beribu masalah.
Aza kesal, seharusnya Jaemin berterima kasih dengan dirinya yg sudah meluangkan waktu untuk mengobati. Bersusah payah berlari membeli Betadine. Kalau Aza cewek yg perhitungan mungkin dia sudah mintak ganti duit yang ia belikan obat tadi.

Memang ya, brandalan seperti itu mana bisa dikasih tau? Sekalipun mulutmu berbusa pun di tidak akan pernah mendengar ataupun diingat. Gumam Aza.

_Brandalan_
_

BRANDALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang