04

437 47 0
                                    

Happy Reading

"Kamu tau, identitasmu apa?" Sang kakek bertanya kepada cucu semata wayangnya ini.

Pagi harinya,Jaemin mendapatkan panggilan dari salah satu sekretaris kakeknya. Ia menyuruh cucu kesayangannya itu untuk datang ke sekolah milik ayahnya yang akan dipegang oleh kakeknya.

"Oh sangat jelas,ahli waris penerus mu" jawab Jaemin enteng. Dengan tenang ia melawan kakek yang dihadapannya itu.
"Cih,gk tau diri!" Sang kakek berkacak pinggang. "Cucu macam apa kamu?cucu seorang ahli waris itu gak se berandal  ini,memangnya kamu siapa? Panglima tempur? Kolonel? Sok jagoan". Ucap kakek acuh tak acuh.
"Jelas saya memang jagoan kek. Bukan anak kecil yg dgn gampangnya nangis begitu aja. Saya sudah dewasa,saya bakalan menghargai orang kalau dia juga memperlakukan saya dgn pantas "kata Jaemin tak mau kalah.
"Lagi pula kakek ini sebetulnya mau apa sih? Ayah bahkan sudah mau mengganti posisinya untuk diserahkan sama kakek!" Timpal Jaemin.

"Kurang ajar"

PLAK

Satu tamparan melayang dgn tepat di wajah cucunya itu. Wajah Jaemin terhempas ke kiri. Emosi Jaemin sudah memuncak kali ini,tapi dia tau diri. Yang dihadapinya skrng ini adalah kakeknya,dia tidak mungkin menampar kakeknya. Yang hanya bisa ia lakukan adalah mengepalkan tangannya sendiri, menghempaskan semua amarahnya dgn mengepalkan tangan.

Kali ini sang cucu tidak mau kalah,dalam arti bukan berarti Jaemin membalas kakeknya dgn kekerasan. Mungkin karena geram dan suara pecahan vas bunga itu terdengar keras hingga satu ruangan menggema. Vas bunga itu dipecahkan tepat di kepala Jaemin sendiri.

"PRAKSA!"

Tak lama setelah itu,Jaemin pergi keluar dari ruang itu. Dengan pelipis yang sudah mengeluarkan banyak darah yang kini setetes demi setetes jatuh ke lantai, guru-guru dan para murid yg melewatinya hanya terkejut tak percaya. Yah.... sebetulnya agak risih, takutnya laki-laki itu lebih membahayakan dirinya sendiri. Jaemin pergi dgn kepala yg tak memungkinkan, hingga ia jatuh terkapar dipinggir gang yang setiap hari ia lewati.

Siang hari dibawah matahari yg terik,Jaemin masih tersungkur di atas tanah. Tidak ada tanda-tanda warga sekitar yg masih melewati gang tersebut. Sudah terhitung sejak 1 jam lebih Jaemin terkapar berharap ada seseorang yang membantunya untuk bangun dan pergi dari gang itu lalu mengobatinya.

"Ah surga" Jaemin mengigau "yah kali ini gue bakal pergi ke surga!" Lirihnya dgn tangan yg sudah memegangi kepalanya itu.

"Tolong!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Eh?! Pria brandalan?"

Tepat waktu, disaat sang brandalan itu melemas dan hampir pingsan,seorang Aza Lee datang dgn penampilan biasanya. Memakai hoondie dan earphone yg menggantung di telinganya.

"Gue mintak tolong sama Lo,buat bertahan. Gue batu sebisanya" ucap Aza, kemudian menuntun pria itu ke lokasi yg terbuka.

_Brandalan_
_

Hargai tangan yg mengetik.
Terimakasih

Bonus buat kalian yg udh pada baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus buat kalian yg udh pada baca.

BRANDALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang