|1| Ratna

71 10 2
                                    

#Backsound : It Has To Be You - OST SKY Castle 🎧

#Tekan bintang terlebih dahulu sebelum membaca ya - cuma ngingetin kok :)

Selamat membaca💚



✓✓✓

Sepasang paruh baya berhadapan meninggikan suara dan bersahutan melontarkan berbagai pembelaan dari ego mereka. Nada kemarahan terus bergema memenuhi ruang kamar persegi empat yang menjadi latar perdebatan. Sang suami yang tidak rela dipersalahkan balik menyalahkan sang istri yang terus-menerus membela diri. Sang istri membela diri karena merasa dia benar dan menurutnya suaminya lah yang bersalah.

Di balik pintu kamar yang tak terkunci rapat itu berdirilah Ratna, putri mereka. Bagi Ratna perdebatan kedua orang tuanya ini sudah sangat wajar karena terjadi hampir setiap hari. Ratna adalah anak tunggal yang belum lama memasuki jenjang remaja. Di usianya kini seharusnya orang tua menjadi penuntun jalan untuk masa depan yang cerah. Tapi bukannya menuntun malah Ratna yang pada akhirnya hanya menonton.

Ratna muak, semua ocehan mereka hanya berisi ego semata. Mereka saling menyalahkan, mereka saling membela diri, mereka saling menjatuhkan, dan mereka bahkan melupakan kewajiban mendidik Ratna putri semata wayangnya.

Ratna sudah tidak sanggup berada di dekapan keluarga egois seperti ini. Langkah kecilnya mulai bergerak maju, pintu yang menjadi pelindungnya tadi dia buka perlahan hingga membuat kedua pasangan paruh baya itu menengok bersamaan ke arahnya.

"Ma, Pa, Ratna juga penghuni di rumah ini, Ratna juga manusia yang tinggal disini, Ratna masih hidup di rumah ini. Ratna yakin kalian pasti lupa kan?" Ucap Ratna sembari menahan air matanya dengan bibir yang bergetar.

Ratna pergi meninggalkan ruangan itu setelah dia selesai mengatakan perasaannya meskipun belum sepenuhnya keluar.

Jam menunjukkan pukul 20.40 WIB, sudah hampir larut tapi Ratna memutuskan untuk keluar dari rumah mencari udara segar. Langkahnya terhenti di depan mini market yang berada di perempatan kedua dari rumahnya jika terus berjalan lurus. Ratna duduk di emperan mini market menundukkan kepalanya yang terasa begitu berat dan pusing.

"Ada masalah lagi?" Seorang lelaki sebayanya menyapa dari belakang yang dengan spontan membuat Ratna menengok ke arahnya.

Ratna mengangguk pelan, "Ini buat lo" lelaki itu menyodorkan sekaleng soda untuk Ratna.

Ratna meraihnya dan lelaki itu duduk di sebelah kiri nya, "Udah bisa ditebak kalo setiap lo kesini malem-malem pasti ada masalah di rumah."

Ratna menatap ke arah langit yang begitu kosong tak berbintang malam ini, "Gue juga nggak tau lagi harus kemana,"

"Kalo lo ada masalah, Saka siap sedia 48 jam buat dengerin cerita lo kok." Lelaki itu bernama Arsaka Hanggana, teman Ratna sejak SMP.

"Gue akan simpan cerita ini sendirian." Tutur Ratna dengan sekilas senyum kecil di wajahnya.

"Emang lo kuat?" Ledek Saka serasa tak percaya.

"Gue bahkan nggak tau apakah orang yang akan gue bebanin cerita punya masalah yang lebih berat atau enggak-" Ratna menghela napas pelan, "-Gue takut kalo pada akhirnya cuma nambah beban orang lain."

Melihat Ratna yang begitu terpuruk, Saka menjadi tidak tega jika harus menanyainya tentang masalah yang dihadapi gadis itu. Saka berusaha mencari topik lain agar Ratna bisa berhenti memikirkan masalahnya dalam-dalam, "Lo udah makan?"

Ratna menggeleng pelan, "Belom,"

"Tunggu sebentar," Saka beranjak dari duduknya kemudian berlari kecil ke dalam mini market untuk mengambil dua cup mie rebus.

Delapan menit berlalu dan Saka kembali dengan dua cup mie rebus matang di tangannya. Saka duduk kembali kemudian menyerahkan mie itu ke Ratna.

"Makasih ya, besok gue bayar kok mie ini."

"Siapa yang nyuruh lo bayar? Gue ngasih ini gratis."

"Lo enak ngomong gratis, tapi gue yang dikasih gratis jadi nggak enak hati."

"Anggep aja ini kado ulang tahun dari gue."

"Ulang tahun gue masih setengah tahun lagi,"

"Anggep aja gue nyicil, hehehe" Saka tertawa receh.

-"Terkadang aku berpikir, bagaimana bisa orang lain yang bahkan tidak memiliki hubungan saudara denganku bisa jauh lebih peduli daripada orang tuaku sendiri."-

Saka berada di dalam mini market beberes karena mini market sudah waktunya untuk tutup. Sebenarnya mini market itu milik ibunya, dan Saka yang mengajukan diri untuk membantu di sana sepulang sekolah sampai waktunya tutup. Katanya daripada dia di rumah hanya duduk berdiri dan tidur tanpa menghasilkan apapun.

Aku melihatnya sebagai pribadi yang rajin, terbukti dari jabatannya sebagai ketua OSIS di sekolah. Saka juga masuk ke SMA kami melalui jalur beasiswa karena nilai nya hampir mendekati sempurna. Sebenarnya kadang aku merasa iri dengan Saka, tapi setiap melihat keadaan aku selalu ingat jika setiap orang memiliki jalannya sendiri. Ketika aku memiliki orang tua yang lengkap, Saka hanya memiliki ibunya di sampingnya.

Aku hanya berharap Saka bisa bahagia selalu karena dia adalah orang yang baik.

Aku melihat lelaki jangkung itu berdiri di depan pintu mini market sedang menguncinya setelah mematikan lampu. Setelah mengunci pintu, dia menatap ke arahku dengan senyumannya yang begitu familiar karena selalu dia berikan untukku setiap kami bertemu. Langkahnya perlahan mendekat, matanya yang berkedip setiap tiga detik sekali entah kenapa membuatnya begitu menawan.

Ratna menunduk dan memelototkan matanya, sesekali dia menepuk pelan jidatnya, 'Enggak! Apa yang ada dipikiran gue. Ratna! Sadar! Saka hanyalah teman yang baik sama lo. Kenapa tiba-tiba lo berpikir demikian!'

"Ratna, gue bakal anterin lo pulang." Tawar Saka.

Ratna beranjak dari duduknya, "Enggak usah ka. Gue bisa pulang sendiri, lagipula masih belom mood buat pulang."

"Kalo gitu gue temenin lo disini sampai lo udah bersedia buat pulang." Saka tetiba duduk di emperan toko seperti tadi saat Ratna datang ke mini marketnya.

Ratna tersenyum menatap ke arah Saka yang sudah begitu peduli dengannya. Mereka sudah seperti saudara kandung dibandingkan sebagai teman. Saka yang notabenenya orang sibuk bisa dengan mudahnya meluangkan waktu hanya untuk Ratna yang jelas-jelas hanya temannya sejak SMP.

Ratna ikut duduk di sebelah kanan Saka, "Gue nggak enak jadinya, lo udah baik banget ke gue selama ini."

"Yang penting gue tulus jadi lo nggak perlu ngerasa nggak enak." Saka tersenyum tipis.

'Sekali lagi lo buat gue nyaman, Saka' batin Ratna.






Ratna Ayudia
Arsaka Hanggana

To Be Continued-

#Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tempat, dan kejadian mohon dimaafkan :)







Senyummu yang BerkabutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang