🌺 • 4

1K 66 2
                                    

Hei kalian aku balik🤗
Kalok ada typo plis benerin

🌺🌺🌺

"Aku ke kelas ya," ujar Raja yang diangguki oleh Salsha sembari tersipu.

Raja melambaikan tangannya lalu berbalik dan berjalan menuju kelasnya yang tak terlalu jauh dari kelas Salsha. Sungguh Salsha ingin melompat dan berteriak kegirangan mengingat beruntungnya dirinya memiliki seorang pacar seperti Rajawali.

Saat ia hendak memasuki kelas, kepalanya terhantup pada sesuatu yang ia yakini bukan orang. Aneh, padahal ia sudah hafal bahwa di belakangnya tidak ada tembok ataupun pintu.

Sambil mengelus jidatnya, ia melihat benda apa itu dan siapa yang menaruhnya di situ. Sebuah buku paket sejarah melayang di depannya membuat Salsha hampir berteriak kalau saja seseorang tidak muncul di belakangnya.

"Teriak mah teriak aja gak usah ditahan kayak gitu," ujar orang itu membuat Salsha ingin menghajar wajah sok kerennya itu. Yah, siapa lagi orangnya kalau bukan Alvaro Maldini.

"Bisa gak sih Lo sehari aja gak ganggu hidup gue?" Ujar Salsha sembari berlalu begitu saja memasuki kelas membuat Aldi yang masih diambang pintu terkekeh.

Salsha dudukkan dirinya di meja kepunyaannya dan melirik ke arah Steffi yang sedang mengorek-ngorek tasnya mencari sesuatu menjadi Salsha mengernyit.

"Nyarik apaan?"

"Buku tugas gue sal!! Gue gabawa!!" Ucap Steffi histeris sambil kembali mengorek-ngorek seluruh isi tasnya berharap bukunya terselip tapi hasilnya tetap nihil.

Sementara Salsha masih menatap Steffi sedikit bingung harus berbuat apa karena tidak mungkin pulang untuk mengambilnya karena 10 menit lagi bel pasti berbunyi sementara rumah Steffi sedikit jauh dari sekolah.

"Aduhhh sal gimana ni? Gue gamau hormat di tiang bendera. Lo tau kan gue gak kuat panas?" Benar juga ucapan Steffi dan mana mungkin Salsha tega temannya pingsan lagi.

"Duhh stef kok bisa lupa sih? Sekarang gue juga bingung harus gimana. Eh iya Lo mau salin tugas gue gak?" Akhirnya jalan satu-satunya adalah itu tapi nampaknya Steffi sangat ragu mengingat kelas mereka pernah mendapat pujian sebagai kelas terjulur yang pernah ada dari seluruh kelas 11 dan itu bisa dibuktikan.

"Gue gamau merusak reputasi kelas kita sal,"

"Stef gue lebih gak tega Lo pingsan gara-gara tugas nyebelin ini,"

"Alah ngapain ngurusin reputasi kelas? Salin ya tinggal salin. Begok banget," ujar Aldi yang kini tengah melewati bangku mereka membuat Salsha menggeram.

Jelas sekali Salsha lebih peduli reputasi kelas dibanding dirinya sendiri. Tapi sepertinya si anak baru itu tidak tau apa-apa mengenai solidaritas.

"Shut up," ujar Salsha dengan nada tegas membuat seluruh isi kelas menengok sementara Aldi hanya mengendikkan bahunya.

"Emang segitu pentingnya ya sebuah reputasi?" Tanya Aldi tapi kali ini dengan nada yang lebih serius.

Salsha kini berdiri dan menatap Aldi dengan mata tajamnya, "jelas. Bagi gue reputasi lah yang bikin hidup kita damai. Dan gue rela ngorbanin diri gue buat berjemur di lapangan demi nyelametin reputasi kelas. Kelas kita bisa kayak gini itu semua karena reputasi yang kita ciptakan melalui solidaritas. Lo gatau apa-apa tentang itu," ujar Salsha.

Reputasi? solidaritas?
Kata-kata yang paling Aldi benci dalam hidupnya. Karena kata-kata itulah yang berhasil mengubah dirinya menjadi seperti sekarang.

Aldi tak berkata lagi, ia kini duduk tenang di bangkunya sembari menggulir layar ponselnya dan berusaha menulikan telinganya dari bisikan makhluk gaib di kelas ini.

Sementara Salsha kini berhasil mengontrol emosinya lalu ikut duduk di bangku kepunyaannya dan menatap iba pada sang sahabat yang kini penuh dengan keringat dingin.

"Stef," panggil Iqbaal yang datang dengan tergopoh-gopoh, sepertinya dia terlambat.

"Kenapa bal?" Ujar Steffi dengan nada gemetar.

"Tadik gue nemu buku tugas Lo di koridor kelas 10. Mungkin jatoh," bisa dilihat kini Steffi bernapas lega mengingat ia tidak akan jadi dihukum.

"Huh makasi banget bal. Lo udah nyelametin gue hari ini," ujar Steffi sembari memberi senyum yang paling manis pada Iqbaal membuat yang disenyumi emmm entahlah sepertinya dia salah tingkah mengingat Steffi memang gadis yang imut.

🌺🌺🌺

Jam istirahat Salsha dan Steffi gunakan untuk mengobrol seputar kehidupan mereka. Mereka sedang malas untuk ke kantin toh mereka sudah sarapan. Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu kelas membuat penghuni kelas yang ada dikelas menoleh termasuk Salsha dan Steffi.

"Misi kak mau nyarik kak Salsha," ujarnya. Ternyata itu Ade, adik Salsha.

Salsha dengan senang hati menghampirinya lalu mengajaknya duduk di bangku depan kelas karena kurang sopan jika adik kelas masuk seenaknya ke kelas kakak kelas.

"Kenapa dek?" Ujar Salsha.

"Kata Bu Yemi mintak tanda tangan kakak aja kalok ibuk gamau ngasik," ujar Ade dengan nada muram. Bisa dibayangkan bagaimana sakit hatinya melihat tingkah sang ibu.

Salsha dengan senang hati pula menandatangani formulir kemah untuk kelas 10 itu lalu memberinya lagi pada Ade dengan senyum yang cerah membuat bibir Ade ikut menyunggingkan senyuman.

"Makasi kak. Love you," ujar Ade sembari beranjak lalu berjalan menjauhi kelas sang kakak.

"Love you too," ya jujur Salsha tidak akan pernah malu berucap seperti itu pada sang adik karena ia sungguh menyayangi adiknya.

"Kamu ngapain masih di luar Salsha?" Ujar Bu Tuti sang guru sejarah dengan kacamata tebal mungkin efek membaca buku sejarah setebal batu bata itu.

"Lah udah masuk kelas ya buk?" Ujar Salsha dengan nada polos membuat Bu Tuti menggelengkan kepalanya.

"Sudah masuk Salsha," ujar Bu Tuti membuat Salsha lekas masuk kelas lalu duduk di bangkunya.

Hari ini berjalan flat baginya. Hanya ada perdebatan kecil antara Salsha dan Aldi selain itu sudah, datar seperti tembok berlapis cat.

Hingga bel pulang berbunyi dan itu membuat semua siswa seolah ingin berteriak tapi mana berani mereka. Setelah berdoa bersama dan mengucap salam, seluruh siswa berhamburan menuju tempat parkir atau gerbang depan menunggu jemputan.

Salsha? Dia tentu pergi ke parkiran untuk mengambil motor beat miliknya. Walaupun ia sudah punya pacar, ia tetap menjadi gadis yang mandiri dan melarang keras sang pacar untuk mengantar jemput dirinya dan untungnya Raja memaklumi itu.

Seperti biasa ia mengarahkan sepeda motornya menuju restaurant tempatnya menghabiskan siang sampai sore karena ia memang bekerja pada sift itu dan sang boss pun memakluminya.

Sampai di restaurant, Salsha segera berjalan ke belakang untuk mengganti seragam sekolahnya menjadi seragam kerja lalu membantu Syifa yang sedang sibuk melayani pelanggan.

Ada seseorang yang tampaknya memanggil dirinya dari meja paling pojok yang jarang terjamah. Ia mengenakan seragam SMA dan sepertinya Salsha mengenali pria itu.

"Mau pesan apa mas?" Ujar Salsha yang sepertinya membuat pria itu terkejut lalu menoleh.

"Salsha?" Kejutnya dan begitupula Salsha.

🌺🌺🌺

Udah ya guys
Tar kebablasan hehe
Btw kalian gaada yang komment mau update kapan waktu itu
Nah sekarang aku mau kalian komment kapan kalian mau aku update
Okey
Harus komment
Kalok gak, aku gabakal update hehe
Babay💕

ANYELIR (SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang