part 1a || {Bagaikan bunga Nasturtium}

6.5K 136 5
                                    

Langit terlihat mendung, se kerumunan orang-orang berbaju serba hitam satu persatu mulai pergi dari tempat pemakaman. Matanya yang merah dan bengkak, wajahnya pucat membuatnya tidak bisa dinyatakan dari baik-baik saja.

Pandangannya kosong menatap makam kedua orang tuanya, baru kemarin Ibunya meninggal sekarang Ayahnya pergi meninggalkannya juga, kenapa duka ini ia rasakan dua hari berturut-turut?.

Ia mengelus kedua batu nisan kedua orangtuanya dan menciumnya lalu pergi dari makan dengan perlahan. Didepan area pemakaman, Kakaknya Alex menunggunya didepan mobil.

Alex membukakan pintu mobil untuk Adiknya itu, ia membiarkan adiknya masuk terlebih dahulu. Lalu setelah itu ia masuk kedalam dan duduk disampingnya. Supir pun menjalankan mobilnya menuju rumah Aileen.

Sepanjang perjalanan Aurel hanya terdiam dan menatap jendela menikmati pemandangan walaupun sebenarnya pandangannya kosong. Ia rasakan Alex mengengam tangannya, ia menengok ke arah Alex, Alex tersenyum kepadanya dan ia membalas senyuman Alex dengan kecil. Alex mengelus tangannya dengan lembut.

"Tak apa, masih ada aku disini." Tak ku balas ucapan Alex. Ku palingan wajahku kembali ke arah jendela mobil.

Setelah kepergian orang tuanya, ia hanya hidup dengan bergantung kepada warisan yang Ayahnya tinggalkan. Sebenarnya Ayahnya meninggalkan warisan yang sangat banyak mungkin mampu menjamin hidupnya sampai ia tua nanti, tapi ia harus berusaha menjadi mandiri dan tidak bergantung kepada harta warisan orang tuanya.

Di umurnya yang baru menginjak tujuh belas tahun, dua bulan yang lalu. Ia baru saja lulus kuliah, ia memang pintar makanya ia bisa lulus dengan cepat dan mendapatkan gelar S1 di usia yang muda.

Ia memiliki seorang Adik berusia 12 tahun yang memiliki mental seperti anak-anak, karena sejak kecil adiknya selalu dimanja membuat sifat itu terbawa hingga ia besar. Namanya Arka.

Arka selalu dimandikan, dipakaikan baju dan disuapi olehnya. Arka pun selalu meminta digendong kepada Kakaknya, namun dia tidak memanggil Kakaknya dengan sebutan Kak melainkan Mamah, aneh bukan? Tapi tak masalah selagi ia merasa nyaman.

Saat ini aku sedang menghadiri pesta acara pernikahan Kakaknya Rimba dan Violet. Ia duduk bersama kedua saudaranya yaitu Alex dan Nathan. Arka bersama dengan Paman Sam dan Bibi Nathalie. Kami berdua bercanda bersama.

Sedangkan Rimba yang sedang menerima tamu dan sedang mengobrol dengan kolega bisnisnya tiba-tiba membahas Aileen.

"Apa dia Adikmu?" Tanya salah satu teman Rimba. Rimba mengangguk.

"Entah mengapa sepertinya ia memiliki aura pemikat, ya walaupun ku akui dia biasa saja penampilannya tapi entah mengapa ia memiliki aura yang tidak biasa." Rimba mengamati adiknya yang sedang bercengkrama dengan Alex dan Nathan.

"Pandanganmu saja mungkin." Bantahku yang tidak merasakan aura yang Aileen pancarkan.

"Kau Kakaknya bodoh jadi kau sudah terbiasa dengannya. Aku sekali melihatnya beberapa detik langsung tertarik dengannya, kau tau bukan setiap orang memiliki aura yang berbeda. Dan adikmu sepertinya memiliki aura yang langka. Tidak semua orang memiliki aura pemikat seperti itu.

Rimba menatap sekelilingnya dan ia menemukan beberapa pria yang juga sama menatap adiknya dengan wajah yang seakan tertarik, apakah benar ucapan temannya itu?.

"Kau yakin Hiro?" Tanyaku memastikan. Hiro menghela nafasnya, "Kau bodoh sekali, aku ini dokter psycholog. Jadi aku tau."

"Mungkin aku bisa membesarkan klan ku bersama dengan dia, kau tau aku sangat possessive kepadanya dan setelah kau mengatakan itu seketika obsesi ku muncul kepada adikku. Terima kasih bung...." Ia pergi meninggalkan temannya dan berjalan menghampiri adiknya itu.

The Widower's Charmer {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang