Epilog

546 30 22
                                    

Ia menatap tes pack yang berada ditangannya. Ia menatap beberapa tes pack yang tergeletak dilantai dengan tanda positif. Ia menarik nafasnya dalam dan menghembuskan ya pelan. Sudah terhitung dua bulan ini, ia menunggu kedatangan Aldo untuk meminta maaf kepadanya namun hanya tiupan angin yang datang setiap hari kerumahnya.

Apakah Aldo tidak merasa kehilangan? Apakah Aldo sudah melupakannya? Apakah Aldo melupakan Arion? Apakah Aldo melupakan semuanya?. Semua pertanyaan itu selalu berkecamuk dihatinya dan membuatnya menangis.

Bahkan keluarganya saja dilarang olehnya untuk ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Karena baginya jika ia sudah membina rumah tangga maka ia bukan lagi tanggungan untuk keluarganya dan biarkan dirinya yang menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Bukanya Mamah tidak mau menenrimamu? Mamah senang sekali akhirnya kau hadir dalam hidup Mamah. Namun, maafkan Mamah ya? Kalo misalkan nanti kamu lahir tanpa seorang Ayah. Mamah janji Ayahmu akan menemui mu suatu saat nanti. Karena? Ya, Ayahmu sedang mengejar dan mengabulkan keinginannya terlebih dahulu ya sayang. Pasti nanti Ayah akan datang, Mamah yakin akan hal itu." Ia meneteskan air matanya, rasanya pedih sekali harus melihat apakah anaknya nanti akan tumbuh dengan keluarga yang lengkap atau tidak?.

Ia mengelus perut buncitnya yang sekitar jalan 4 bulan kandungannya.
Ia terus mengelus-elus perutnya dan tersenyum bahagia.

"Sayang! Kau tenang saja, Mamah tidak akan membuatmu haus akan kasih sayang seorang Ayah. Disini ada banyak pamanmu yang akan menyayangimu seperti anak kandungnya sendiri. Mamah janji akan hal itu."

Ia berdiri dan keluar dari kamar mandi, ia berjalan kearah jendela. Berdiri di sana berharap ada seseorang yang akan datang kepadanya dan menanyakan kabarnya hari ini atau apalah itu. Ia menikmati sejuknya angin pagi hari. Ia berbalik menatap foto pernikahannya itu dengan senyum yang mengembang.

"Aldo! Aku hamil! Apakah kau bahagia mendengar kabar ini?" Ia berbicara dengan foto Aldo yang ia pajang dengan besar di Kamarnya. Ia berjalan kearah foto itu dan menyentuh foto Aldo. Salah satunya menyentuh foto Aldo sedangkan satu tangganya lagi menyentuh perutnya dan mengelusnya.

"Begini saja aku dapat merasakan kebahagiaanmu Al. Mual ku terobati hanya dengan menyentuh fotomu. Sangat ajaib bukan?"

"Bagiku kau tetap Suamiku, panutan ku. Aku harap kau bisa menerimaku kembali, apakah kau tidak kasihan nanti dengan anak kita. Aku hamil loh? Kau senang bukan?. Anak yang kita dambakan akhirnya datang juga bukan?" Wajahnya berubah menjadi datar, bahkan terlihat berbeda dari biasanya.

"Aku lelah ditinggal kau selama 3 bulan. Aku bekerja lagi sekarang untuk menyambung hidup. Kau tahu bukan kalau Arion tidak bisa tidur tanpa AC? jadi aku membelikannya. Aku berniat juga akan menjual mobilku untuk modal usaha. Tapi nanti aku mau bekerja dengan apa? Ini salahmu sendiri kenapa tidak menafkahi ku? Aku kan masih istri sah mu? Kenapa kau pilih kasih kepadaku?" Wajahnya berubah menjadi memerah, ia terbakar api cemburu dan marah sekarang.

"Dengar ya? Jangan sampai aku nanti ya berubah menjadi Klan Akatsuki di serial Naruto shimpudden. Anggota Akatsuki yang bernama PAIN, jangan sampai kau merubahku menjadi seperti itu. Jika aku berubah menjadi PAIN maka aku akan menghancurkan hidupmu. Lihat saja nanti!"

***

"Arion mau yang mana?" Tanyaku dengan lembut kepada putraku. Sekarang ini aku bersama dengan Arion sedang berada di pasar malam. Aku sengaja mengajaknya agar Arion tidak bosan berada didalam rumah.

"Arion mau permen kapas, Mamah." Aku mengangguk dan mengajaknya membelinya.

"Pak, permen kapasnya satu ya?" Ucapku kepada pedagang itu.

"Tunggu ya Bu!." Aku menganguk. Selagi menunggu permen kapas Arion jadi, aku menatap sekitar pasar malam ini. Ah, ini mengingatkanku akan sesuatu, seperti dejavu saja.

"Ini, Bu?" Aku mengambil permen kapas itu. Dan mengambil yang uang lalu membayarnya.

Aku melambaikan tangan kepada Vera, ah, ternyata mereka kemari. Vera terkejut melihat Aileen dan Arion berada disini. Ia menepuk-nepuk lengan suaminya itu.

"Aldo, Aldo itu Aileen dan Arion." Aldo menengok namun dia tidak menemukan siapa-siapa di sana.

"Mana? Tidak ada."

"Ada Aldo. Tadi di sana, dan Aileen sepertinya sedang hamil. Dia hamil anakmu Al." Aldo menghela nafas pelan. Istrinya itu selalu saja halusinasi.

"Cukup Vera. Diamlah, aku tau kau lelah. Ayo pulang?" Ia menarik lengan Vera untuk pergi dari sini.

***

Selepas kepergian mobil Aldo, ia menjalankan mobilnya dengan kecewa.

"Kalian bahkan tidak mencari ku, kalian lebih baik pergi dari pada bertemu denganku. Jadi begitu? Maka aku akan seperti itu juga nanti!." Ia menjalankan mobilnya.

"Arion? Nanti adik Arion mau Arion kasih nama siapa?" Tanyaku memecah keheningan.

"Hmmm....apa aja yang penting depannya harus A, ya Mah?" Aku mulai berpikir nama apa yang cocok dengan awalan A?.

"Baiklah, nanti kita cari sama-sama, ya?" Arion mengangguk. Aku mengelus rambutnya sayang dan mulai fokus dengan jalanan didepan.

***

"Wah....benar-benar hebat pasangan pengantin baru ini!" Suara tepuk tangan Manda terdengar sangat keras.

"Ck...dasar wanita tidak tahu diri. Kau bilang mau pergi? Tapi nyatanya kau malah menikah dengan putraku lagi. Cih...dasar mulut sampah." Vera menunduk mendapat makian dari mertuanya ini, ia tahu mertuanya itu sangat membenci dirinya.

"Mamah, diamlah! Vera sedang hamil." Lerai Aldo.

"Ah, Mamah lupa kalau menantu tercinta Mamah sedang hamil Pria lain." Ucapnya dengan nada menyesal.

"Aku mohon berhentilah menghinaku. Aku lelah dengan semua ini." Ucap Vera yang terdengar lemah ditelinga Manda.

"SIAPA YANG HARUSNYA LELAH?" Bentak Manda.

"YANG SEHARUSNYA LELAH ITU DIA BUKAN DIRIMU. KAU HANYA DIAM DI RUMAH, MENIKMATI FASILITAS MEWAH YANG TERSEDIA. KAU TAHU, DIA PERGI BEKERJA, UNTUK MENGHIDUPI ANAK KALIAN. UNTUK MENCUKUPI HIDUP SERBA MEWAH ANAK KALIAN. KALIAN BAHKAN TIDAK MENCARINYA LEBIH DARI TIGA BULAN. KALIAN MALAH BERSENANG-SENANG. Aku? Aku Mamah mu Aldo! Namun, aku sungguh kecewa kepada dirimu. Seumur hidup, Mamah belum pernah se kecewa ini kenapa seseorang."

Manda pergi meninggalkan mereka, malas rasanya melihat anaknya yang brengsek itu dan istrinya yang iblis.
Tinggal Andra sendiri yang berada didalam sana.

"Jika kau tidak bisa adil! Maka tinggalkanlah salah satu dari mereka. Karena, salah satu dari mereka mungkin akan berubah dan menghancurkan hidupmu nantinya. Cobalah untuk berpikir dan rununggilah kesalahanmu. Kau seorang pria yang memiliki tanggung jawab besar untuk dua wanita sekaligus." Andra pergi meninggalkan anaknya dan menyusul istirnya itu.

Aldo terdiam mendengar ucapan ayahnya barusan.

The Widower's Charmer {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang