Ku tatap wajah Pak Aldo dengan tak bersahabat, tanganku selalu dicekal oleh Pak Carlos. Membuat aku tidak bisa menerkam Pak Aldo sama sekali.
See.
Dia tersenyum mengejek kearah ku, menjulurkan lidahnya serta sorot matanya yang terlihat merendahkan.
"Apa liat-liat?" Tanyaku galak. Carlos semakin mendekatkan tubuhnya. Kenapa lift ini lama sekali?.
"Hey, jaga sopan santun mu, dia bos kita." Bisik Carlos dengan suara yang ditekan.
Carlos menarik Aileen keluar dari dalam lift, "Pelacur."
"HEI...." teriakku tak terima saat Pak Aldo mengatai ku pelacur, bahkan ia sempat menjulurkan lidahnya bersamaan dengan pintu lift tertutup.
Aku ingin memukulnya namun Pak Carlos menarik lenganku agar cepat masuk kedalam kantor, "Ya...Pak, lihat dia? Dia mengejekku lagi. Lepaskan."
"Sudahlah, ia hanya ingin menggoda mu."
Ku tarik lengannya dengan kuat, Aileen masih menatap pintu lift dengan tidak bersahabat. Sepertinya ia akan memiliki dendam kesumat kepada Aldo.
"APA?" Carlos terlonjak kaget saat mendengar teriakan Aileen yang tepat berada di sampingnya, badannya yang membungkuk serta nafas yang tak beraturan.
Ia mengerutkan kedua alisnya, "Apa?"
Tiba-tiba Aileen dengan kasar mengangkat kepalanya ke atas, membuat dia mendongak. Menyentuh lehernya dan mengelusnya lalu setelah itu mencubitnya dengan keras membuat ia memekik kesakitan.
"Ya, Kakak bermain lagi?" Aku menggelengkan kepalaku menolak tuduhannya itu.
Sialan. Dia tahu padahal aku sudah menutupnya dengan rapi tadi.
"Kenapa tidak menikah saja? Kakak tau tidak sih, ini bahaya. Kakak bisa terkena HIV/Aids. Bisa tidak Kakak itu menurut dengan Aku sekali saja."
"Hahahaha....Aileen sayang, Adik Kakak yang cantiknya melebihi Kak Loren. Ini hanya Kakak terlalu capek bukan karena Kakak bermain." Ku sandarkan tubuhku ke kursi. Ia masih berdiri dengan tatapan yang curiga.
"Aku adukan kepada Tante Ella." Dia sudah membuka ponselnya, sudah berarti dia akan memberitahu perihal ini kepada Mamah.
"Jangan lah Leen. Kamu engak kasihan sama saya?"
"Makannya pak, cari istri dong. Bapa umurnya udah tua loh." Sindir ku mengenai umurnya yang akan menginjak usia 33.
"Aku masih muda, lagian aku masih mau bersenang-senang dulu." Ku letakan kedua tanganku dibelakang kepala.
"Mau bersenang-senang apa lagi? Semua sudah bapa lakukan. Tinggal menikah dan memberi Tante Ella cucu, bapa tau Tante Ella juga ingin melihat anak-anak bapa dengan istrinya itu." Lihat, dia menceramahi ku bersamaan dengan membalas pesan Mamah. Aku bisa melihat apa yang mereka bicarakan karena aku menuntunnya agar duduk di sofa.
"Iya, Saya masih mencari yang tepat dulu."
"Bapa Bukan Gay?"
"Sialan. Kau pikir wajahku seperti itu? Aku masih suka wanita." Wah kurang ajar sekali anak ini, menuduh ku Gay. Bahkan rasa panas di tubuhku langsung menjalar saat dia menuduhku seperti itu.
"Kalau begitu, Menikahlah denganku." Ku tatap dia. Aileen malah tersenyum saat mengajakku menikah. Ku singkirkan wajahnya dengan satu jariku.
"Jangan mengarang cerita. Aku tidak mau wanita modelan seperti mu. Bisa gila nanti aku hidup bersamamu."
Kamu saling berpandangan dan lalu akhirnya tertawa terbahak-bahak bersama. Aku sudah berjanji kepada Aileen akan menjadi Kakak yang baik untuknya. Walaupun orang berkata kami adalah sepasang kekasih tapi aku tidak memiliki rasa itu hanya rasa sayangku sebagai adik kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Widower's Charmer {Revisi}
Teen FictionMaaf ya kalo ceritanya masih acak, soalnya masih tahap revisi.....tenang aja aku lagi usahain revisi berlanjut dengan cepat Kok....jangan lupa vote dan follow akun cerita aku Lahir dalam keluarga yang berada tak membuat ia manja kepada orang tuanya...