1

3.2K 197 10
                                    

Senja itu Yuma melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. "Hari yang melelahkan." begitu pikirnya selagi menutup pintu.

Dengan langkah tenang, Yuma berjalan menyusuri lorong menuju ruang tamu. Pacarnya sudah berjanji datang hari ini. Mereka berencana mengerjakan tugas bersama.

Mata gelapnya menyusuri seisi ruang tamu. Namun ia tak menemukan siapapun disana.

"Mungkin Aran belum datang." Yuma berpikir positif lalu menuju ruang makan. Tangan yang masih gemetaran itu meraih gagang lemari pendingin lalu mengambil sebotol cola dari sana.

Perlahan Yuma menyesap cairan bersoda tersebut. Tangannya pun mulai mantap seiring cairan itu masuk membasahi tubuhnya dari dalam. Tapi tubuhnya masih berkeringat. "Panas." Yuma mengipas dengan kerah bajunya.

"Sekarang mandi." Remaja 16 tahun itu segera berjalan menuju ke ruangan tersebut. Kamar mandi dilantai dua berada di ujung lorong, melalui kamarnya dan kamar Yuya, kakak kembarnya.

Perlahan Yuma berjalan. Samar-samar ia mendengar suara aneh yang berasal dari kamar sang kakak. Yuma terhenti di pintu kamar Yuya.

"Jika aku melanjutkan ini, aku tak akan bisa kembali lagi." Yuma membatin kalut. Bulir keringatnya kembali muncul.

Yuma begitu khawatir dengan kenyataan yang akan dihadapinya. Sejenak ia berpikir untuk mengurungkan niat.

Namun Yuma tak sanggup harus berpura-pura tidak menyadari.

"Jika aku harus kalah, aku harus membuat pemenang menyesali kemenangannya."

Begitulah prinsip Yuma selama ini, juga untuk kedepannya.

Tangan Yuma yang tadinya gemetar bimbang, kini mantap menggenggam gagang pintu. Perlahan dirinya membuka gagang pintu.

Disana, saudara kembar dan pacar Yuma sedang behubungan dengan panasnya. Mereka tenggelam dalam irama yang mereka ciptakan sendiri.

Yuma tercekat. Ruangan itu terasa pengap. Napasnya sesak. Entah sesak karena gejolak emosi yang ia rasakan, entah sesak karena sudah tercemar campuaran pheromone milik dua orang itu.

Aran bersiap untuk menandai Yuya sebagai miliknya. Namun ia terhenti saat menyadari seseorang yang tengah menatap. Ia tersadar seketika dan menoleh ke arah pintu yang terbuka. Tidak ada siapapun disana.

Aran terlambat. Yuma sudah berlari keluar. Menjauh sejauh yang ia bisa.

Yuma tak ingin ditemukan. Kenyataan yang ia terima ini sudah lebih dari cukup untuk membuat hatinya terluka.

Yuma ingin tenggelam saja. Tenggelam hingga tak harus bertemu dengan kenyataan pahit lagi.

[~]

Omegaverse: GenesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang