2

1.5K 170 3
                                    

Yuma kembali 15 menit sebelum mentari memancarkan sinar lembutnya. Remaja kelas satu sekolah menengah atas itu memanjat balkon dan masuk menewati jendela kamarnya. Mata gelap itu menatap sekitar yang sama kelam. Untuk beberapa saat ia terduduk sebelum kembali bergerak membereskan semua hal yang perlu ia bereskan.

"Aku perlu menyingkir dari sini." Yuma menarik koper dari bawah tempat tidur. Satu per satu pakaian kemudian keperluan penting lainnya Yuma masukkan ke dalam bagasi setinggi pahanya. Peralatan elektronik ia masukkan ke dalam Ransel. Barang barang lain yang tak muat Yuma susun di atas tempat tidur.

Selesai menyusun semua keperluannya untuk kabur, Yuma memutuskan untuk mandi. Tak pernah ia mandi sepagi ini. Tapi apa boleh buat. Ia ingin segera pergi dari tempat ini.

Yuma melewati kamar Yuya. Samar-samar masih tercium bau pheromone kakaknya dan Aran yang petang kemarin bercinta. Yuya berdecak jijik. "Aku tak akan memaafkan kalian."

Yuma selesai mandi saat ibunya baru naik ke lantai dua. "Pasti mau membangunkan Yuya." Banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh omega 33 tahun itu, terlihat jelas dari matanya. Namun Yuma bahkan tidak menatap sang ibu. Ia hanya melewatinya begitu saja dan membanting pintu.

Tak lama Yuma berpakaian. Setelah memastikan semua hal yang ingin dibawanya. Ia keluar dari kamar, membawa serta koper dan ranselnya. Ia ingin pergi secepat mungkin sebelum ia melihat Yuya.

"Aku ingin keluar dari rumah ini." Tak ada sinar di mata Yuma. Ia sudah mencapai batasnya. Jika tak dibolehkanpun Yuma akan tetap pergi bagaimanapun caranya. Itulah yang ia pikirkan.

"Kemana kau semalam, Yuma? Kau tau kami mencarimu kemana-mana." Wanita yang telah melahirkannya itu menatap Yuma kalut. Terlalu banyak yang ia hadapi kemarin. Pulang dari belanja menemukan anak sulungnya selesai berhubungan saat sedang heat dengan kekasih Yuma. Kemudian anak bungsunya menghilang tanpa jejak.

Sang Ibu juga sudah tak sanggup lagi menghadapi kejutan.

"Kemanapun aku semalam, itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah aku ingin keluar dari rumah ini. Tak peduli bagaimana tanggapan kalian." Yuma menatap Ibu kemudian Ayahnya bergiliran.

"Apa yang kau pikirkan Yuma? Kemana kau akan pergi? Setidaknya beri kami satu alasan bagus." Ayah Yuma akhirnya berbicara. Tak jauh berbeda dengan ibunya. Ayah Yuma juga sudah pusing menghadapi kejutan ini. Belum lagi semalam ia tak bisa menemukan anak bungsunya dimanapun ia mencari. Kantung matanya bahkan terlihat jelas.

"Aku akan mengirimkan alamat baruku nanti. Aku mohon tolong kirimkan sisa pakaian dan perlengkapan di atas kasur ke alamat tersebut. Kemudian, aku mohon untuk mengurus surat pindah sekolahku. Dan tak usah pedulikan aku lebih dari itu. Permisi." Yuma membungkuk sopan dihadapan orang tuanya.

Saat berbalik ia menemukan Yuya dengan wajah pucatnya. Sepertinya heat kembarannya itu belum selesai. Atau ia terlalu khawatir bertatapan dengan adiknya.

Yuma tak tau.

Yuma hanya menatap datar Yuya. Dan mulai berbicara kembali.

"Oh, dan untuk alasanku." Yuma mengendikkan bahu seolah tak terjadi apa-apa.

"Aku hanya tidak ingin bertatapan apalagi satu rumah dengan binatang yang dikendalikan oleh tubuhnya."

Ucapan kasar Yuma seolah memberi efek lumpuh pada orang tua dan saudaranya.

Saat mereka tersadar,
Yuma sudah menghilang.

[~]

Omegaverse: GenesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang