12. Hidup yang Dibayar Mati

168 11 2
                                    

'Hidup atau mati, semua itu selalu punya konsekuensi, entah untukmu atau orang sekitarmu.'

*

Saat Avi menitahkan seluruh orang yang berjaga untuk berpencar dan mengamankan keadaan, pemegang komando langsung membagi mereka dalam kelompok-kelompok kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat Avi menitahkan seluruh orang yang berjaga untuk berpencar dan mengamankan keadaan, pemegang komando langsung membagi mereka dalam kelompok-kelompok kecil. Ivaline digabungkan dengan dua orang kesatria dan bertugas memeriksa daerah yang agak dekat dengan perbatasan. Seingat Ivaline pula dari peta yang sempat dilihatnya, tempat itu juga termasuk daerah yang paling dekat dengan pemukiman—meski hitungan dekat itu pun masih tergolong jauh.

Beruntungnya, mereka hanya menemukan satu atau dua Nighefiir yang kebetulan lewat. Dua kesatria yang bersamanya membereskannya dengan sekali serangan sihir. Bisa dikatakan Ivaline tak berperan apa-apa selain mengikuti mereka.

Lalu, saat memastikan sekeliling mereka sudah bersih, akhirnya mereka memutuskan untuk berpencar sedikit lebih jauh, dengan asumsi mereka akan aman-aman saja karena daerah itu sudah cukup bersih. Jadilah, Ivaline yang bisa terbang dan bergerak lebih bebas menawarkan diri untuk pergi ke tempat yang lebih jauh dijangkau.

Ivaline terbang melewati pepohonan. Sesekali ia terbang rendah, menyelip di antara rimbunan pepohonan agar tidak terlihat mencolok. Matanya menangkap naungan awan hitam dari Nivhiall yang mulai menjamah area sekitarnya di sisinya. Di ujung jangkau pandang matanya, Ivaline bisa melihat atap rumah-rumah penduduk yang nampak nyaris seragam semuanya.

Gadis itu tercekat mendadak saat merasakan aura yang ganjil di sekitarnya. Dengan cepat gadis itu bermanuver dan menelusuri kumpulan pepohonan yang rimbun, mengikuti aura ganjil yang dirasakannya. Saat ia merasa hampir menemukan sumber hawa tak menyenangkan itu, Ivaline mendengar sayup-sayup suara seseorang.

Ivaline kemudian turun diam-diam dibalik jajaran pohon dan semak lebat yang mampu menyembunyikan tubuhnya. Ia memutuskan mengendap-endap dan mengamati terlebih dahulu saat mendengar ada suara manusia di sana.

Setelah memasang tudung jubahnya yang sempat terbuka, ia mengintip tanpa suara ke balik pohon. Seketika bola matanya membesar saat mendapati sesosok Nighefiir yang memegang sesuatu seperti kapak bergagang panjang dan ... seorang anak kecil yang ketakutan dan kebingungan. Ketika sang Nighefiir hendak mengayunkan kapaknya bahkan tanpa sang anak kecil memahami apa yang terjadi padanya, Ivaline langsung keluar dari persembunyian.

Gadis itu mengibaskan tangannya kencang-kencang. Dengan sihir kendalinya, sang Nighefiir bersenjata itu terhempas hingga menabrak salah satu pohon. Ivaline menghampiri sang bocah laki-laki yang masih membeku di tempatnya.

"Ayo, cepat pergi." Ivaline segera menarik tangan sang bocah yang termangu. Langkah bocah itu tertatih mengikutinya sambil tetap dengan tatapan takut dan termangu. Namun, tiba-tiba anak kecil itu memberontak, berusaha melepas tangannya dari Ivaline hingga gadis itu sedikit terdorong mundur.

A Land Full of LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang