'Yang akan terjadi, biarlah terjadi.'
*
Sejak dulu, Ivaline tak menyukai berada dalam keramaian. Ia juga tak suka terseret dalam keributan. Kepalanya akan terasa pusing dan berdenyut lelah apabila ia terjebak dalam situasi yang membuatnya harus berinteraksi dengan banyak orang. Karena itulah, Ivaline lebih sering membatasi dirinya. Jika sesuatu itu dapat dikerjakan sendirian, Ivaline akan memilih melakukannya seorang diri, betapapun merepotkannya hal itu.
Ivaline sering disebut dingin oleh anak-anak se-divisinya dulu, disebut pendiam dan penurut oleh para guru, dan tidak menyenangkan oleh para Shrain penghuni kuil yang dikelola Rakhlia. Kebanyakan mereka menghindarinya dengan berbagai alasan yang bisa Ivaline pahami. Sekalipun begitu, ia tak berniat mengubah pandangan mereka tentang dirinya.
Ada untung dan ruginya bagi Ivaline dipandang seperti itu. Ruginya, ia jadi sulit berinteraksi dengan orang, apalagi orang baru karena ia jarang berbicara dengan orang lain. Ivaline akan lebih sering diam dan pada akhirnya menghabiskan waktu untuk berpikir apa yang seharusnya diobrolkan daripada memulai obrolan itu sendiri. Keuntungannya, tidak ada yang mau repot-repot mendekatinya. Ia dianggap hampir tak ada, seolah-olah transparan.
...Jadi Ivaline tak perlu kesusahan menjaga rahasia kecilnya.
Berada di kelas Ruby ternyata membuat Ivaline harus beradaptasi. Ia akui mereka agak berbeda dari murid-murid Akademi Vetian pada umumnya. Rhea misalnya, gadis itu selalu berusaha bicara dengannya walau ia masih belum tahu apakah ada maksud dibaliknya. Atau Arinoe yang menganggapnya rival, namun juga terlalu ganjil kalau dibilang benar-benar rival. Singkatnya, mereka seolah tak terlalu memusingkan tentang kekuatan sihirnya yang kadang jadi amat mengerikan. Bisa jadi, itu karena mereka memiliki persamaan nasib—sama-sama memiliki sihir yang amat besar hingga tahap harus belajar menahannya.
Di Mageiya, orang akan dihormati jika memiliki sihir kuat dan kedudukan yang sesuai. Memiliki kedudukan tinggi saja, atau sihir kuat saja akan membuatmu dipandang abnormal, karena menyalahi aturan. Seperti anak-anak Ruby, mayoritas mereka adalah putra-putri keluarga bangsawan yang memang dikenal kuat. Namun bagi yang kurang beruntung, seperti Ivaline yang merupakan anak angkat tanpa asal-usul yang jelas, keberadaannya laksana pengacau keseimbangan, duri dalam daging sistem masyarakat.
Keberadaannya serupa monster tanpa latar belakang. Jika ia berbuat kesalahan kecil saja, atau tak sengaja melukai orang lain dengan kekuatannya, bukan tak mungkin ia akan dikurung selamanya dalam penjara.
Intinya, eksistensi semacamnya itu tidak diharapkan.
"Ivaline, kau dengar tidak?"
"Uh...," Ivaline mengerjapkan mata. Seolah baru dikembalikan ke dunia nyata, gadis itu menatap sekeliling dengan kebingungan.
"Haaah..., sudah kuduga kau dari tadi tidak fokus." Rhea menghela nafas panjang. "Jangan-jangan penjelasan professor tadi kau juga tidak dengar," gumamnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Land Full of Light
FantastikSihir pelindung penjara di Pulau Rakhna mendadak melemah. Segel yang menyelubunginya secara misterius terkikis. Para penyelidik curiga penyebabnya adalah fluktuasi sihir yang tak stabil. Namun, akar permasalahannya tetap tak diketahui. Masalahnya, j...