Happy Reading
🍀🍀🍀
"Mantel? O-oh, kupikir." Irene tersenyum, mengerutkan hidung. Paru-parunya yang tadi kosong selama menahan napas, akhirnya terisi lagi dengan udara. Irene lega.
"Ya. Setelah itu yang lain juga. Semua," lanjut Ace. Suaranya yang berat dan serak, terdengar seakan-akan mereka membayangkan hal yang sama.
"Ace, please... Jangan bercanda!" seru Irene panik. Bulu tengkuknya meremang. "Aku tahu aku berhutang padamu. Karena itu aku datang untuk---"
"Membayarnya? Tentu saja. Sudah seharusnya. Bukankah ini alasanmu kemari? Aku tidak keberatan dengan sesuatu seperti itu."
"Sesuatu seperti itu?" Irene melotot. "Memangnya aku gila!"
"Ruanganku kedap suara. Tidak akan ada lagi yang mengganggu," goda Ace.
Astaga. Irene ingin mendorong Ace menjauh. Tapi tangan pria itu belum lepas, masih memegang sikunya. Mereka berdiri terlalu dekat.
"De-dengar," cicit Irene gugup ketika napas hangat Ace membelai wajahnya. "Apa aku sudah memberitahumu kalau aku baru membanting seseorang dua hari lalu?"
Bahu Irene mengkerut. Kemudian hening.
Ace bergeming cukup lama. Itu adalah peringatan untuknya. Reaksi Irene sungguh tidak terduga, ekspresinya yang ketakutan tampak lucu. Ace menyeringai, berusaha keras mengendalikan diri. Namun kekehannya tetap keluar.
Walaupun lirih, Irene merengut kesal.
"Kau tertawa? Aku serius," erangnya.
"Hm, baiklah. Anggap saja begitu. Ternyata kau wanita yang menakutkan. Sepertinya aku salah. Bukan kelinci yang kutangkap, tapi rubah."
"Kau tidak percaya? Aku benar-benar membanting orang ke lantai sampai punggungnya hampir patah, Ace!" jelas Irene frustrasi. Membuat kerutan samar muncul di kening Ace begitu teringat sesuatu.
"Kapan?" tanya Ace serius, mulai curiga. Jika dua hari lalu, itu berarti saat Irene mabuk di ruang latihannya.
"Yang penting bukan 'kapan', tapi aku menjatuhkan bajingan kurang ajar itu hanya dengan satu gerakan!"
"Dia pria?!"
"Tepat sekali. Bajingan itu adalah pria. Jadi jangan macam-macam! Atau kau akan bernasib sama sepertinya."
"Apa yang terjadi malam itu? Irene, kau bertemu siapa?!" geram Ace.
Irene mendongak. Menurutnya Ace bersikap agak aneh. "Wait... Malam? Bagaimana kau tahu?"
"Kau berkata 'malam dua hari lalu'," kelit Ace tegas di hadapannya.
"Benarkah? Kurasa---"
"Jawab pertanyaanku! Apa yang terjadi? Kau tidak mungkin melakukannya tanpa alasan," tuntut Ace dengan dada bergemuruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The ACE Rules
Romance#2 ARCHER SERIES Tentang kisah cinta seorang bintang musik klasik terkenal dan seorang mantan atlet panjat tebing dari latar belakang keluarga konglomerat. ♠ Irene Jasmine adalah harpist elite yang sangat dikagumi dunia, namun penuh rahasia. Sementa...