Seungwan mengumpulkan kesadarannya dan bangkit mendekat pada sang kakak. Diraihnya lengan Yeonsa yang mencekik leher Tzuyu, "Jangan Eonnie. Kau tidak boleh jadi pembunuh." Yeonsa perlahan melunak, layaknya orang kerasukan yang baru mendapatkan kesadarannya kembali, ia segera menjauhkan tangannya dari leher Tzuyu.
Ia pandangi wajah adiknya dengan baik, "Kau tidak apa-apa Seungwan?" Tzuyu terengah-engah karena cekikan Yeonsa yang begitu kuat. Ia sempat berpikir akan mati tadi.
"Siapapun kalian, jika kejadian seperti ini terulang lagi, aku bersumpah tidak akan membiarkan kalian selamat." Tegas dan lantang.
Baek Yeonsa yang terkenal karena kecantikan, kecerdasan, kelembutan dan kebaikan hatinya, sungguh berbeda kali ini. Dia bukannya tidak pernah memukul orang, justru siapapun tahu Yeonsa jago berkelahi. Ia tidak akan segan-segan menghajar orang jahat di sekitarnya. Hanya saja, kemarahannya kali ini seperti tidak bisa dihentikan seperti biasanya. Dan mata itu tadi, terus berkilatan penuh amarah. Bukan hanya Tzuyu dan teman-temannya, bahkan Seungwan dan Wonwoo ikut merinding melihatnya.
Wonwoo mendekat, membantu Yeonsa memapah tubuh Seungwan yang menahan sakit karena pukulan dan beberapa tendangan dari Tzuyu dan teman-temannya tadi. Sementara itu Tzuyu masih mati-matian mengais udara untuk paru-parunya "Dia seperti kerasukan" gumam Tzuyu. "Dia harus membayar apa yang dia lakukan hari ini." Lanjutnya. Namun kali ini, teman-temannya seperti tidak setuju dengan ucapannya.
.
.
.
"Aaaaaakkk, yang itu sakit sekali." Sejak tadi Seungwan terus mengeluh saat Wonwoo memberikan obat pada luka-lukanya.
Mereka memutuskan pulang lebih awal. Seungwan perlu diobati dan suasana hati Yeonsa sedang buruk, itu sebabnya sulung Baek itu memutuskan pulang. Lalu Wonwoo? Tidak usah ditanya, peribahasa ada gula ada semut, mungkin bisa diganti menjadi ada Yeonsa ada Wonwoo.
"Tadi kau tenang-tenang saja saat kena pukul, kenapa sekarang kau seperti bayi?" Sambil mengobati Seungwan, tetap saja mata Wonwoo mencuri-curi pandang pada gadis yang disukainya itu. Sejak sampai dirumah tadi, belum ada satu katapun keluar dari mulut Yeonsa. Gadis itu seperti mogok bicara.
Wonwoo menyikut lengan Seungwan. "Aaa, sakit Oppa." Wonwoo menyengir. Ia hanya bermaksud memanggil Seungwan, tidak bermaksud menyakiti sikunya yang juga terluka.
"Mian." Dagunya ia gerak-gerakkan ke arah Yeonsa yang masih asik diam di samping mereka, tanpa sedikitpun keinginan untuk buka suara pada mereka. Seungwan ikut melihat pada kakaknya. Sejujurnya ia juga merasa bersalah dan takut pada sosok Yeonsa saat ini.
"Eonnie..." tidak ada jawaban dari Yeonsa. Gadis itu entah asik memikirkan apa. Seungwan dan Wonwoo semakin khawatir dibuatnya.
Bagi Seungwan, meski kakaknya itu sering usil dan mengacaukannya, tapi sebenarnya Yeonsa adalah kakak yang sangat mengerti dirinya. Tidak ada yang bisa menggantikan sosok Yeonsa dalam hidupnya.
"EONNIEEEE hiks..." Seungwan merengek. Kali ini bukan hanya ia berhasil membuat Yeonsa menoleh, namun Wonwoo juga sampai terkejut bukan main. Tidak pernah-pernahnya ia melihat bungsu keluarga Baek itu merengek benar-benar seperti bayi.
"Kau kenapa?" Mungkin sejak tadi mereka berdua sudah salah paham. Dengarkan saja suara Yeonsa yang kelihatannya baik-baik saja itu. Tidak ada emosi dalam suaranya. Ia malah terlihat seperti orang yang habis melamun memikirkan gaji bulanan yang tidak cukup untuk hidup sebulan.
"Kenapa kau diam saja dari tadi. Kau membuatku takut." Adu Seungwan. Wonwoo yang masih setia mengobati luka-luka di kaki Seungwan ikut mengangguk.
"HAHAHA, Baek Seungwan takut padaku? Ayo ulangi, biar aku rekam. Jarang sekali anak sombong ini mengaku begitu." Seungwan merengut. Kakaknya yang usil sudah kembali tanpa ia sadari ternyata. Dan tawa itu sungguh memuakkan di telinga Seungwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPERA: It's All About Falseness
FanfictionKebusukan dunia mafia, menghancurkan hidup orang-orang yang bahkan tidak seharusnya terlibat dalam kebobrokan moral mereka. Hati-hati suci makhluk kecil yang tak berdosa, ternodai, dan tergantikan dengan kebencian dan dendam yang begitu mendalam. H...