02 Februari 2016
Kyuhyun memberikan salam hormatnya pada Presdir Han. Ini kali pertama dirinya bertemu dengan pimpinan BYS itu sejak ia resmi diterima sebagai karyawan di perusahaan ini. Tidak seperti bayangannya, Presdir Han yang ia lihat secara langsung, jauh lebih bijak dan bersahaja. Suaranya tegas namun terkesan begitu ramah. Wajar kiranya jika seluruh karyawan sangat menghormatinya.
"Aku dengar kau sudah bekerja tiga hari termasuk hari ini." Tanya sang presdir berusaha seramah mungkin untuk membuat karyawan barunya itu nyaman.
"Ne, malseumnida Sajangnim." Jawab Kyuhyun sesopan mungkin.
"Bagaimana? Kau nyaman berada disini?"
"Ya, saya sangat nyaman."
"Syukurlah, awalnya ku kira kau akan kesulitan karena terbiasa tinggal di Amerika."
Pria paruh baya dengan posisi tertinggi di perusahaan itu terus Kyuhyun pandangi dengan tatapan yang sulit diartikan. Senyuman yang terpatri di wajahnya tidak menjelaskan apapun. Sekilas hanya seperti bawahan yang menaruh hormat pada atasannya, tapi tidak dengan seringaian tipis yang perlahan menggantikan senyuman di bibirnya. Yang mungkin tidak akan disadari oleh Presdir Han.
.
.
.
Ujian hari kedua ini juga berjalan lancar seperti hari sebelumnya. Setidaknya bagi orang-orang selain Wonwoo. Entah kapan anak laki-laki keluarga Jeon itu bisa tersenyum lega begitu keluar dari ruang ujian. Baginya, ujian Sosiologi hari ini sama gilanya dengan sejarah kemarin. Dan besok pasti akan menjadi hari terburuk dari semua ujian yang ada, karena Matematika sudah bersiap menghantuinya dengan sederet angka-angka dan perhitungan yang memusingkan kepalanya.
Kalau sudah begini, dia pasti akan terus berucap ingin kembali ke masa sekolah dasar saja, saat dimana ujian Matematika hanya seputar penambahan angka-angka sederhana atau yang terberat mengalikan dan membagi bilangan tidak lebih dari angka ribuan. Wonwoo menyerah jika harus diminta untuk mencari turunan dari sebuah persamaan, apalagi menghitung peluang dari sekian banyak kejadian.
Yeonsa yang juga tengah bersamanya di kantin sekolah, sedikit menaruh prihatin pada teman absurdnya itu. Pria kelebihan kalsium itu terlalu malas belajar dan lebih aktif bermain. Yeonsa juga paham sekali, dibandingkan Sejarah kemarin dan Sosiologi hari ini, Matematika besok pasti lebih menakutkan untuknya.
Yeonsa pelan-pelan menempelkan kaleng minuman dingin tepat di pipi kanan Wonwoo, membuat pria itu tersentak bangun dari meja kantin. Begitu matanya bertemu pandang dengan Yeonsa, rengutan-rengutan di wajahnya seketika berubah menjadi senyuman hangat yang hampir menyerupai senyuman bodoh, seperti yang biasa ia tunjukkan.
"Hehe... kau sudah pesan makanan." Cengiran bodohnya yang membuat Yeonsa sering kesal itu datang lagi.
Simpati yang beberapa saat lalu Yeonsa berikan tiba-tiba lenyap berkat cengiran Wonwoo. "Ck... aku tidak percaya aku harus memesankan makanan untuk seorang pria."
"Yeon-ah, maaf ya, aku pastikan ini terakhir kali kau melakukannya. Dimasa depan, akulah yang akan selalu memesankan atau membelikan apapun yang kau butuhkan."
"Dwaeseo, besok itu ujian matematika, aku pastikan kau akan lebih menyedihkan dari ini." Rengutan masam singgah lagi di wajah Wonwoo, tapi hanya sepersekian detik sebelum cengiran bodoh itu ia pamerkan kembali.
Yeonsa memutar bola matanya bosan. Ajaib sekali ia bisa bertahan menjadi teman pria ini selama 6 tahun. Diletakkannya kaleng soda tadi di depan Wonwoo. "Minumlah... setidaknya bisa mengurangi keteganganmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OPERA: It's All About Falseness
FanficKebusukan dunia mafia, menghancurkan hidup orang-orang yang bahkan tidak seharusnya terlibat dalam kebobrokan moral mereka. Hati-hati suci makhluk kecil yang tak berdosa, ternodai, dan tergantikan dengan kebencian dan dendam yang begitu mendalam. H...