" gwencanha, terimahkasih sudah menolongku" kata Miji ketika kami keluar dari Rumah sakit. Semilir angin menyambut kami, terasa sejuk. Mungkin angin musim gugur.
" kau yakin? "
" aku baik baik saja, aku bisa jalan sendiri. Sepertinya aku harus pulang, Eomma menyuruhku pulang. Sayang sekali liburanku kacau "
" apa aku boleh minta nomer telephone mu?"
Miji mengangguk dan mengetikan nomernya di phone cell ku. Aku berniat mengantarnya kembali ke kabin tapi ternyata dia sudah dijemput. Aku menyapa wanita paruh baya yang tersenyum hangat pada kami. Aku yakin dia Ibunya Miji, wanita itu memeluk Miji dan menuntunnya masuk ke mobil. Tidak lupa dia berterimahkasih padaku dan Felix.
Dia mengucapkan terimahkasih, dan memeluk kami berdua sambil menepuk nepuk bahu kami. Aku merasa dia sedang menahan tangis, mungkin dia sedang sedih karena Miji sakit. Tapi kan Miji sudah sehat, kenapa Ibunya harus sedih? Mungkin Ibunya terlalu sayang pada Miji.
.........
Sejak hari itu aku tidak bisa melupakan Miji barang sekalipun. Aku sering berkirim pesan dengannya, ternyata dia anak yang menyenangkan. Terkadang kami sering ngobrol lewat telephone, ada kalanya aku tidak mengerti dengan yang dia katakan. Dia selalu mengatakan kata andai saja dan misalnya.
Maksudku kenapa dia harus berandai andai bahkan hanya untuk hal sepele. Dia pernah berandai andai jika saja bisa menikmati musim gugur dengan hamparan daun maple di hutan, andai saja dia bisa camping dan hal hal sepele yang lain.
Dia merasa seperti tidak mampu untuk melakukan hal itu, aku merasa ingin membantunya. Setidaknya supaya dia tidak berandai andai.
Hampir satu bulan ini hidupku dipenuhi Miji, mungkin aku menyukainya. Atau aku memang jatuh cinta padanya. Dia memang gadis yang baik. Aku sering tersenyum sendiri jika mengingat Miji. Haruskah aku bertemu dengannya?
..........
Sudah hampir tiga minggu Miji tidak ada kabar. Aku selalu menghubunginya tapi dia tidak membalas dan juga tidak mengangkat telephoneku. Sebenarnya ada apa dengannya? Apa aku melakukan kesalahan? Ku rasa aku tidak melakukan kesalahan apapun. Tiba tiba saja dia diam, aku hanya takut jika terjadi sesuatu padanya lagi.
Aku memutuskan mengunjungi Miji, Miji pernah memberi tahu alamat rumahnya padaku. Tidak jauh dari tempat tinggalku, sekitar 12 km kurang lebih.
Pagi itu aku mengendarai mobil Ibuku menuju alamat Miji, aku melintasi jalan sound wood untuk bisa sampai ke private drive. Tepat di tikungan pertama aku sampai di private drive. Aku mulai mengurangi laju kendaraanku.
Jalanan tampak lengang, di kanan kirinya banyak pohon tua bahkan rumah disini juga cukup tua tapi gaya vintage itu keren kan.Aku melewati area pemakaman yang tampak gelap, pohon pohon di sekelilingnya menghalau sinar matahari masuk. Aku yakin banyak batu nisan yang berlumut disana.
Lebih baik aku fokus mencari rumah Miji daripada memikirkan batu nisan yang berlumut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Autumn: Huang Renjun ( END )
RomanceAwan yang sama seperti hari itu. Awan yang pernah ku lihat sebelumnya. Aku mendengar melodi di telingaku, diantara kicauan burung dan gemerisik daun tertiup angin musim gugur.