Sudah kebiasaan bagi Cherry menginap di rumah Darel ketika orang tuanya ke luar negeri maupun ke luar kota. Seperti saat ini, ia tengah berbaring manja di kamar Thalita, adik Darel yang berumur tiga tahun.
Selepas bermain barbie tadi, Thalita telah tidur pulas di ranjangnya. Cherry ikut berbaring di sampingnya. Bosan, ia memilih ke kamar Darel yang terletak disampingnya.
Terdengar gelak tawa serta berbagai umpatan dari luar. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia nyelonong masuk begitu saja.
"Halah anjirr, harusnya gue yang ngekill. Orang gue yang nyerang duluan," sungut Farel tak terima.
"Rejeki anak soleh," sahut Reyhan dengan santainya.
"Backingin gue di mide line," ucap Darel, masih fokus dengan ponselnya.
"Cepu lu, masa iya ngga berani sendiri."
"Bukan nggak berani,lu itu tank ya tugasnya jadi babu gue lah," sahut Darel tak terima.
Cherry hanya melongo ditempatnya. Mereka berlima sibuk dengan ponselnya masing-masing, namun begitu berisik. Cherry mengintip ponsel Darel, bahkan laki-laki itu tak sadar Cherry disampingnya.
Iseng, Cherry meniup telinga Darel hingga sang pemiliknya terlonjak kaget. "Anjirr!" umpatnya dijawab kekehan geli Cherry.
"Lagi ngapain sih lu?" tanyanya sambil merebut ponsel Darel. Darel melotot kesal, ia langsung merebut kembali ponselnya. "Jangan ganggu elah, sono lu main barbie aja sama Thalita!"
"Bosen gue, Thalita tidur," adunya lalu berbaring diranjang king size Darel. Cherry menoleh, kaget melihat Galaksi disampingnya. Mata mereka bertemu, hanya sebentar karena Galaksi kembali fokus memainkan game mobile legends di ponselnya.
"Anjir... anjirr maniac !!! savage !!!" Heboh Farel, membuat Galaksi melemparkan botol kalengnya. "Berisik!" ucapnya dingin.
"Mampus, kan, lu? Lagian Galaksi yang savage lu yang heboh," ejek Reyhan, senang sekali ia melihat temannya itu menderita.
Begitu permainan selesai, tangan Galaksi terulur mengelus surai Cherry disampingnya, ia bahkan menekan-nekan pipi Cherry seperti squishy. "Lu punya pipi elastis banget sih?" tanya Galaksi masih memainkan pipi chubby Cherry. "Dikira karet, elastis," jawabnya tak terima lalu menyingkirkan tangan Galaksi. "Abis gemes banget, pengen cium," ucap Galaksi membuat seisi kamar terbengong.
"Anjirr, ini beneran lu Al?" tanya Dhika tak percaya. Selama ia mengenal Galaksi, temannya itu sosok yang dingin dan irit bicara. Bahkan, ke teman-temannya sekalipun.
"Lu pacaran sama Galaksi?" tanya Darel dengan tatapan intimidasinya. Cherry bingung menjawab apa, ia menatap Galaksi meminta bantuan, tak seperti harapannya, Galaksi hanya tersenyum dan mengacak rambutnya gemas.
Cherry merasa kecewa akan hal itu, perasaan cinta memang telah tumbuh di hatinya. Entah sejak kapan, dirinya membiarkan perasaan nyaman itu bersarang dihatinya. Perasaan nyaman yang membuat dirinya merasa ingin lebih?
Memang sih belum ada kata cinta terucap. Belum juga ada kata pacaran, jadian, taken, atau apapapun itu. Tapi, melihat dari tingkah mereka tak bisa juga kan dikatakan teman biasa.
Cherry mengangkat bahunya acuh, kemudian pamit ke kamar Thalita dengan alasan ngantuk. Galaksi sendiri bingung dibuatnya, ia menatap datar punggung Cherry yang menjauh.
Cherry menghembuskan nafas kasar, Bukankah seorang perempuan itu butuh kepastian?
***
Banyak yang bilang Teman Rasa Pacar itu menyenangkan. Tapi bagi aku this full of bullshit. Hello?? Cewek itu butuh kepastian guys 😚Senin, 23 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry
Teen Fiction"eh, sorry nggak sengaja," ucapnya setelah menabarak lelaki bertubuh tegap itu. "Mata buat dipake ! Wajah doang cantik mata buat pajangan," jawab cowok itu dengan suara dinginnya. Cherry melotot kesal "Gw udah minta maaf. Wajah doang ganteng kelak...