Galaksi💜
Jalan yukCherry menatap pesan yang muncul di layar ponselnya. Padangannya beralih pada Nasya yang tengah make up. Sejujurnya ia ingin pergi bersama Galaksi. Namun, ia tak boleh egois. Nasya jauh membutuhkan dirinya saat ini.
Cherry
Sorry. Gue nggak bisa 😔
Gue mau jalan sama Nasya.Galaksi💜
Kmna?Cherry
Nonton.
Lu tau kan? Nasya lagi butuh gueCukup lama Galaksi membalas pesannya. Sempat terlintas di benaknya. Apakah cowok itu marah? Childish sekali jika Galaksi seperti itu. Tak lama ponselnya bergetar. Senyum tipis tersungging dibibirnya.
Galaksi💜
Gue paham.
I miss you so bad."Anjirr kan kalo gini!" teriaknya begitu membaca pesan yang masuk. Jarang sekali pacarnya itu bersikap semanis ini. Hatinya berdegup semakin cepat.
"Kenapa lu?" tanya Nasya heran dengan teriakan Cherry yang begitu tiba-tiba.
Cherry tersenyum lebar. "Jomblo mana tahu!" ledeknya menghasilkan dengusan Nasya.
"Udah dandannya?" tanya Cherry melihat penampilan rapi sahabatnya itu.
Nasya mengangguk senang. "Cantik kan?" Cherry mengangguk setuju. Soal beauty and fashion Nasya lah jagonya.
"Kuy berangkat. Gue yakin jomblo bakal mangap liat elu."
***
Galaksi menatap layar ponselnya dengan kecewa. Katakanlah ia cemburu dengan sahabat pacarnya itu. Ingin sekali ia memonopoli Cherry agar selalu ada untuknya. Apalagi perkataan papanya kemarin membuat pikirannya kalut. Jangan sampai perasaan nyaman itu tergantikan. Galaksi menggeleng. Ia yakin perasaannya tidak sedangkal itu. Segera ia ketika balasan.
Galaksi
Gue paham.
I miss you so bad.Pemuda itu menutup ponselnya. Matanya terpejam. Semakin kita dewasa maka akan semakin rumit juga kehidupan yang kita jalankan.
"Galaksiiii!!!!" panggilan nyaring seorang perempuan blasteran indo-jerman itu membuat Galaksi menutup telinganya erat.
"Budek gue denger lu ngomong!"
Bukannya tersentak, cewek itu justru memeluk manja lengan Galaksi.
"Jauhan! Jijik gue!" usirnya seraya menghentakkan tangan cewek itu. Ia bahkan mengusap-usap bekas pegangan cewek itu seperti kuman.
"Kamu nggak boleh gitu. Papa kan nyuruh kita jalan."
Galaksi memutar mata malas. Dengan cuek ia berjalan keluar membawa kunci motornya.
"Galaaksiiii ikutt!" Teriakan itu membuat Galaksi mempercepat langkahnya. Ia segera menaiki motornya. Menstarter lalu melaju cepat. Galaksi merasa lega bisa menjauh dari spesias gila itu.
***
"Abis ini kita kemana?" tanya Cherry begitu mereka keluar dari bioskop.
"Makan yuk, laper."
Cherry mengangguk saja. Menyusul Nasya memasuki tempat makan.
"Double cheese burger sama orange juice... lu mau apa , Sya?"
"Gue sphagetti sama potatto aja.. Minumnya lemon tea."
Waiters tadi mengangguk. Dan kembali menyebutkan pesanannya. Setelah itu pamit undur diri.
"Sya, sampai kapan lu mau lari dari masalah?" tanya Cherry seraya menunggu pesanan datang. Bukannya ia keberatan. Namun, serumit apapun masalah itu enggak bakal selesai kalo kita nggak bertindak.
"Lu keberatan ya, gue nginep di rumah lu?" Cherry menggeleng langsung. Ia memegang tangan Nasya diatas meja.
"Bukan gitu, tapi setidaknya lu bisa kan bilang ke ortu kalau lu di rumah gue. Mereka pasti khawatirin elu. Masalah lu juga nggak akan selesai kalo lu nya ngehindar terus."
Nasya tak menjawab. Kepalanya tertunduk. Cherry menghela nafas panjang.
"Pikirin baik-baik. Mereka pasti khawatir sama lu."
Entah apa yang ada dibenak Nasya. Cewek itu justru memainkan ponselnya. Tanpa Cherry tahu ekspresinya berubah begitu mendapat pesan dari nomor yang sering menghubunginya akhir-akhir ini.
"Gue kamar mandi dulu, Cher." pamitnya membuat Cherry mendengus kesal. Ia tahu sahabatnya itu mungkin menganggap ucapannya tadi sebagai angin lalu.
***
Ngantuk gue 😥🤤😴
Ahaad, 5 April 2020..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry
Teen Fiction"eh, sorry nggak sengaja," ucapnya setelah menabarak lelaki bertubuh tegap itu. "Mata buat dipake ! Wajah doang cantik mata buat pajangan," jawab cowok itu dengan suara dinginnya. Cherry melotot kesal "Gw udah minta maaf. Wajah doang ganteng kelak...