Part 35

5.5K 232 28
                                    

  Perempuan dengan segala pemikirannya memanglah sangatlah repot. Darel akan langsung angkat tangan ketika menghadapi itu. Entah itu Mama nya, Cherry, maupun adik bungsu nya.

"Lu tahu filosofi bebek?" tanya Darel melihat Cherry yang hanya diam dengan mulut sedikit maju.

Gadis itu menggeleng. Enggan menjawabi perkataan Darel.

"Bibir bebek itu dulunya sexy kaya punya Kendall Jenner karena kebanyakan dimajuin kaya lu gini makanya monyong abadi."

Clara hanya menoleh sekilas tak menanggapi ocehan Darrel. Sedangkan sepupu laknatnya itu menghela napas. Jalanan yang begitu padat pun menambah kesunyian mereka.

"Ada masalah?" tanya Darel lembut. Biarpun ngeselin ia tak suka melihat Cherry yang biasanya cerewet berubah pendiam.

"Salah nggak sih bang, kalo gue pertahanin Galaksi."

Darel langsung menoleh. Jadi itu yang sepupunya pikirkan dari tadi. Darel mengelus pelan rambut Cherry.

"Adek gue udah gede, njirr," responnya terkekeh.

Cherry berdecak sebal. Disaat gini pun abangnya masih sempat becanda.

"Lagian ngapain lu nanya gitu?" lanjutnya mendapati wajah tak bersahabat Cherry.

"Tadi gue lihat Laura."

"Siapa Laura?"

"Cewek yang dijodohin sama Galaksi."

Darel mengangguk paham. "Terus ngapain lu galau gitu? Kalah cantik apa kalah gemoy."

Cherry langsung menabok pundak Darrel. "Bukan masalah itu, kalau gemoy mah gue udah menang dari lahir."

Darrel terkekeh geli. "Iya percaya, pipi lu kan dulu melar banget, nyampe mata lu sipit ketutupan pipi."

"Gitu-gitu juga lu sayang. Buktinya lu selalu marah kalo ada emak-emak nyubit pipi gue."

Darrel tak bisa mengelak itu. Pipi chubby Cherry akan langsung memerah ketika dicubit. Gemas sendiri melihatnya. Darrel bahkan heran, sampai sekarang pun pipi Cherry masih chubby berbanding terbalik dengan badannya.

"Jadi apa yang bikin lu galauin si Laura?"

Cherry menarik napas panjang. "Gue lihat Nasya sama Laura."

Darrel cukup tercengang. "Laura? Nasya?"

  Cherry mengangguk. "Emang sih Nasya sempet bilang ke gue kalo Galaksi sama Laura dijodohin. Dia juga bilang kalo Laura itu temen nya waktu masih SMP."

"Kalo gitu, nggak aneh kan mereka ketemu?"

"Nasya bilang dia dijemput Mamanya. Keluarga dia udah membaik, tapi yang gue lihat tadi bukan gitu? Kenapa Nasya mesti berbohong? Yang bikin gue sakit hati. Gue chat dia, pengen tahu reaksinya. Tapi... Nasya cuma lihat chat gue dan lanjut ngobrol sama Laura."

"Gue ngerasa dihianatin, Bang."

Darrel tak menyela sama sekali. Tugasnya kali ini hanyalah menjadi pendengar yang baik. Ingatannya pun tertuju pada ucapan Galaksi semalam.

Flashback On

"Nasya? Jangan bilang kalo lu selingkuh. Wah, gue aduin Cherry nih."

Galaksi terlihat sebal mendengar itu. "Dengerin dulu gue ngomong, Nasya itu.... suruhan Laura."

Darrel melotot Kaget. "Selingkuhan lu?"

"Sembarangan kalo ngomong!"

Darrel hanya menyengir. Menampilkan deretan giginya.

"Makanya atuh bang jelasin, biar ngga ada kesalahpahaman diantara kita," jawab Darrel dengan genit.

"Gue nggak tau ini beneran apa enggak. Dugaan gue kalo mereka bersekongkol."

"Lu nggak bisa nuduh gitu aja dong, Al.  Ingat fitnah lebih kejam daripada nggak ngefitnah."

Galaksi hanya menatap dingin. "Gue mau lu selidikin si Nasya."

"Gila ya lo! Udah numpang nyuruh gue lagi. Disini itu lu yang babu bukan gue. Kere kok belagu."

Sontak saja Galaksi menendang tulang kering Darrel. "Sakit anjirr."

Galaksi hanya melihat membuat Darrel meneguk ludahnya susah.

"Lu tau kan Cherry itu nggak tegaan. Gue cuma takut dia pergi ninggalin gue."

Flashback Off

Sekarang Darrel paham, insting Galaksi nggak mungkin salah. Ia menoleh menatap Cherry yang masih melamun.

"Nih ya, gue bilangin, yang namanya sahabat nggak mungkin nusuk lu dari belakang. Toh, kalaupun dia nusuk, itu tandanya dia ngga beneran mau sahabatan sama lu."

"Harusnya lu bersyukur satu sampah ngejauh dari hidup lu."

Darrel benar. Ia jadi teringat quotes di instagram tadi pagi.

Nggak ada sahabat yang sempurna. Kalo pun ada, lu bakalan jadi yang nggak sempurna buat dia.

Terima kekurangan sahabat lu itu. Kalau salah ya ditegur jangan hanya di biarin doang.

Disakiti emang sakit tapi percayalah akan jauh lebih sakit bagi orang yang menyakiti. Entah kapan itu, pasti terjadi.

  Bukankah Karma no has deadl
ne?  Jadi lu harus tetap bahagia tanpa harus memikirkan orang yang buat lu terluka.

  "Udah nggak usah galau gitu. Tampang lu udah ngenes, lihat lu gitu makin nggak tega gue."

Darrel benar. Dengan seperti ini, ia akan tahu mana yang cocok disebut sahabat.

"Mau gue antar ke suatu tempat?"

Cherry menoleh menatap bingung Darrel. "Kemana?"

"Ke tempat yang bikin lu ngerasa bahagia."

  ***

Ehe' makasiih sayang buat 50k readresnya.. Nggak nyangka banget ada yang baca haluan aku ini 😂😂

Ada yang penasaran nggak Darrel ngajak Cherry kemana?

Stay at home sayang 😊 social distancing nya ngga bakalan boring kalo ditemani Babang Galaksi 😚

Satu lagi, selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan 🤗
Marhabban Ya Ramadhan

Sabtu, 9 Mei 2020

CherryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang