Your Name

901 42 5
                                    

Oktober, 2019.
Odense, Denmark.

"Senyum dong, jangan ditekuk gitu muka lo," tegur Dongping, menyikut pinggang Yilyu.

"Aduh, apaan sih," sungut Yilyu saat merasakan sakit di pinggangnya. "Setelan muka gue emang kayak gini kali dari dulu," lanjutnya sambil melirik kesal ke manusia di sebelahnya itu.

"Halah. Alesan lo itu mulu, basi ah. Kalo mau bete-betean nanti aja pas udah turun dari podium." Dongping mengomel tanpa menatap Yilyu. Tatapannya lurus ke depan, menyunggingkan senyum lebar ke arah kamera.

"Iya, iya," balas Yilyu lalu merapat untuk berfoto. Bilang 'iya' namun tetap saja mukanya tetap datar saat difoto.

"Melati, congratulations ya!" Dongping menengok ke arah Melati, tersenyum. "You too," lanjutnya, menganggukkan kepala ke Praveen saat melihat Praveen ikut menoleh ke arahnya. Yilyu yang berada di belakang Dongping ikut mengangguk-angguk, mengamini ucapan Dongping.

"Thanks banget ya, Ping. You did well too. Sukses buat kita ya."

Melati menanggapinya dengan semangat. Senyum tak lepas dari wajahnya. Wajar saja, gelar ini merupakan gelar prestisius pertamanya. Berbeda dengan enam pertemuan mereka sebelumnya yang selalu dimenangkan pasangan Wang Yilyu dan Huang Dongping, kali ini pasangan asal Indonesia, Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti berhasil pecah telur sekaligus menjadi kampiun Denmark Open 2019. Sebagai tambahan, gelar ini diperoleh dengan menumbangkan peringkat pertama dan kedua sekaligus, tentunya terasa istimewa sekali bukan?

Bisa dibilang, pertandingan berjalan penuh drama. Di saat pasangan asal China sempat tertinggal banyak angka di set ketiga dan membuat penonton berpikir bahwa Indonesia mungkin saja akan memenangkan pertandingan ini, mereka---Wang Yilyu dan Huang Dongping---menunjukkan kepada kita slogan 'Jika belum menyentuh angka 21 maka belum berakhir, apapun bisa terjadi' dan berhasil mengejar ketertinggalan bahkan membalikkan skor dengan mencetak 11 angka berturut-turut. Pendukung Indonesia lemas, tak percaya hal tersebut bisa terjadi.

Setelahnya, kejar-kejaran angka terjadi. Hingga akhirnya, smes tajam Praveen Jordan tak mampu dikembalikan oleh Wang Yilyu yang sebelumnya sudah dalam posisi terjatuh. Kemenangan untuk Indonesia. Praveen dan Melati berpelukan dengan haru, tak percaya. Sedangkan pasangan di lapangan seberang tersenyum lemah, mencoba berlapang dada. Mereka sudah melakukan yang terbaik. Dari awal, mungkin memang nama Praveen dan Melati yang dituliskan dengan tinta emas oleh takdir. Ah, mungkin takdir memang senang bermain-main dengan kita, umat manusia.

"Udah yuk, ah," ajak Yilyu, berbisik di telinga Dongping.

"Tumben, biasanya maunya lama-lama," sindir Dongping, melirik ke sebelah.

"Ngaco. Mana ada anjir." Lalu menarik lengan baju Dongping untuk turun dari podium dengan tak sabar.

"Sabar oi gausah narik-narik, kalo gue jatoh gimana?" Dongping mengikuti langkah Yilyu sambil bersungut-sungut. Kedua tangannya penuh dengan boneka, bunga dan cendera mata.

"Ya tinggal gue tangkep." Yilyu membalas dengan santai.

"Halah. Awas ya lo, Bang. Sayang aja nih tangan gue penuh, kalo gak, udah gue jitak lo."

"Emang sampe?" Yilyu kembali mengejek dengan memasang tampang yang menurut Dongping sangat menyebalkan, dan sangat Yilyu.

"Sialan, gue gak sependek itu ya!" balas Dongping emosi. Boneka yang dipegangnya dilempar ke arah Yilyu, yang sayangnya berhasil dihindari dan berakhir tergeletak di lantai. "Hhh ngeselin lo ya." Dongping berlalu mendahului Yilyu.

Second BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang