Eating With You

648 33 9
                                    

"Balik yuk?!"

"Buru-buru amat iih," sahut Dongping, menatap tajam Yilyu.

"Besok gue tanding pagi, hey!"

"Oh iya lupa hahaha," ejek Dongping. "Bentar ngabisin minum dulu," lanjutnya sambil menyedot es jeruknya dengan rakus.

Yilyu mendengus geli melihatnya, "Kalem, oi."

"Hmm." Dongping mengeluarkan suara gumaman dan otomatis berhenti minum. "Btw, baru sadar gue, kenapa kita tiap makan bareng selalu pas banget abis kalah di final yak?" gumamnya lagi.

"Masa, sih?"

Dongping langsung menggeser kursinya, mendekat ke meja. "Ini kan kita abis kalah di Denmark, terus makan. Kemaren pas di Korea, makan bareng juga."

"Sekali lagi kayak gini bisa dapet piring nih kita," sahut Yilyu asal.

"HAHA, lucu sekali," sindir Dongping.

"Emang obatnya sakit hati ya makan hahaha anggep aja saling menghibur," sahut Yilyu.

"Dih nelangsa bener."

"Tapi terhibur gak?" balas Yilyu cepat.

"Mana ada, wong gue yang bayar," sungut Dongping, mengeluarkan dompetnya dan bergegas menuju kasir.

"Heh, inget-inget makan bareng terakhir siapa tuh yang bayar?" sahut Yilyu agak berteriak, tak mau kalah. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dan bergegas menyusul Dongping.

"Mau taruhan?" cetus Dongping, menengok cepat ke arah Yilyu.

Yilyu terkekeh mendengarnya. "Istigfar woi dosa."

"Iih buat seru-seruan doang tauuu."

"Taruhan apa?"

"Banyak-banyakan medali emas. Yang kalah harus traktir. Gimana? Deal?" seru Dongping, bersemangat.

"Yayaya bebas. Ngikut aja."

"Yes! Gitu dong."

"Yaudah ayo balik," ajak Yilyu, melangkah duluan ke luar. Dongping bergegas mengikuti.

"Wah, ternyata kenceng juga angin di luar. Di dalem ga berasa sama sekali," gumam Dongping. Mengamati dedaunan yang berguguran dan beterbangan tertiup angin.

"Liat kalender makanya, udah musim gugur sekarang. Wajar angin kenceng." Yilyu yang berjalan pelan di sebelah kanan membalas.

"Hmm."

"Mana jaket lo?" todong Yilyu tiba-tiba.

"Di kamar," jawab Dongping santai.

"Kebiasaan, padahal baru juga sembuh badan lo." Yilyu segera melepaskan jaket yang dipakainya dan menyodorkannya ke arah Dongping. "Buru nih pake," lanjutnya.

Dongping yang keheranan lantas menghentikan langkahnya. Fungsi otaknya ikut terhenti juga. Yilyu yang menyadari kalau ia sekarang berjalan sendirian lantas ikut berhenti juga dan menengok ke belakang.

"Heh malah bengong, buruan pake terus ayo balik, keburu badai ini lama-lama anginnya makin kenceng," teriak Yilyu.

Dongping yang diteriaki akhirnya tersadar dan bergegas memakai jaket Yilyu, tak lupa menarik resletingnya rapat-rapat. Ia berlari pelan menghampiri Yilyu sambil menggulung bagian pergelangan jaketnya.

"Wow," seru Dongping saat berhasil menyamakan langkahnya dengan Yilyu. Yilyu menatapnya heran. "Tumben banget lo perhatian gini Bang," lanjutnya, terkekeh canggung.

"Gue dasarnya emang orang yang baik dan perhatian sih."

"Halah, gak perlu deh baik-baik sama gue," ceplos Dongping, berniat bercanda.

Second BestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang