"Selamat sudah menjadi juara olimpiade, Bapak Yilyu."
"Selamat juga atas emas olimpiadenya, Ibu Dongping."
Lalu mereka tertawa bersama.
"Anjir, masih gak nyangka gue, berasa mimpi," bisik Yilyu di sela-sela sesi foto bersama di podium juara.
"Sama. Juara olimpiade, di Tokyo, ngalahin Siwei sama Cici Yaqiong. Gila, masih merinding gue sampe sekarang," sahut Dongping di sebelahnya. Matanya tak bosan-bosan menatap medali emas di genggamannya.
"Gausah berkaca-kaca gitu deh."
"Ngaca! Siapa tadi yang nangis sambil meluk gue?" Dongping mencibir.
Yilyu melengos. "Gak tau. Gak kenal."
.
.
.
"Selamat sudah merebut gelar juara National Games 2021, Bu Dongping."
"Setelah juara di nomor ganda putra, selamat menikmati emas dari nomor ganda campuran ya, Bapak Yilyu," balas Dongping. "Untung gue gak kena tabok kayak Bang Liu Cheng," celetuk Dongping.
"Heh!"
Setelahnya hanya terdengar suara tawa.
"Pas ketinggalan jauh tadi gue udah mikir yang jelek-jelek aja, jangan-jangan emang jatah kita menang dari Siwei-Yaqiong cuma setahun sekali doang, dan udah kepake pas final olimpiade kemaren, eh ternyata bisa menang juga kita!" Yilyu mengeluarkan unek-uneknya sembari mereka menunggu penyerahan medali.
Dongping mendengus. "Pesimis banget deh lo ah. It's now or never sih, daripada nyesel ya kan."
"Keren lah, jago nikung ya lo sekarang, bangga gue," puji Yilyu. Ralat, pura-pura memuji alias mengejek Dongping.
"Tinggal nikung pacar orang aja nih yang beloman," jawab Dongping asal.
Yilyu melirik tajam, selanjutnya hanya bisa menghela napas. "Astaga, mulut lo itu ya, enteng banget."
Dongping cengar-cengir.
.
.
.
Poin terakhir yang dicetak oleh pasangan ganda putri, Chen Qingchen dan Jia Yifan, memastikan kemenangan bagi tim badminton China atas Jepang. Mereka berhasil mempertahankan gelar sekaligus menjuarai Sudirman Cup untuk yang ke-12 kalinya. Rekor baru.
"Selamat atas gelar Sudirman Cup keduanya, Pak Yilyu."
"Terima kasih atas kerja kerasnya, Bu Dongping."
Mereka berdua yang mengintip dari balik tembok lantas berjabat tangan layaknya pejabat. Tawa berderai di antara mereka. Dongping secepat kilat berlari ke arah tengah lapangan dan berpelukan dengan Qingchen, Yifan, Yufei, dan bahkan dengan siapa pun anggota tim yang kebetulan berada di sekitarnya. Tawanya bercampur haru. Semua anggota tim dan pelatih pun berkumpul di tengah lapangan, membentuk lingkaran dan berputar-putar bersama, berteriak suka cita. Matanya bersirobok dengan Yilyu, saling terpancar rasa bangga tanpa perlu bertukar kata. Hatinya terasa penuh. Momen ini akan ia ingat dalam waktu yang lama, bahkan mungkin selamanya.
.
.
.
"Baris yang rapih, woi," teriak Yifan dari depan.
Menunggu penyerahan piala dan medali memang saat-saat yang mendebarkan sekaligus merepotkan. Tidak percaya? Lihat saja mereka. Sibuk ke sana ke mari, mencari-cari jersei. Hanya satu orang yang tampak tenang, Yufei.
![](https://img.wattpad.com/cover/198811749-288-k734218.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Best
FanfictionIn any universe, Wang Yilyu and Huang Dongping are vowing to do the best for each other.