"Buruan, katanya mau foto," ajak Yilyu.
"Oi, oi, kan tadi lo yang ngajakin," protes Dongping tidak terima.
"Siwei itu mah." Ya, Yilyu dengan kegengsiannya.
"Oh gitu ya," balas Dongping kalem. Matanya mencari-cari keberadaan Siwei. "Siwei, sini!!! Ayo foto sama gue," teriak Dongping.
"Haish, bener-bener deh nih anak, udah ayo foto sini." Yilyu menarik Dongping mendekat, tangan kirinya meraih ponsel yang ada di saku celananya dan mengarahkan kamera depannya tepat ke mereka berdua. Klik. Hasilnya, foto selfie dadakan terjadi.
Dongping merebut ponsel yang berada di tangan Yilyu. "Oi, gue belom siap! Liat nih rambut gue masih berantakan!" semprot Dongping, kesal setelah melihat hasil foto selfie mereka.
"Begini nih baru berantakan haha," tawa Yilyu sambil mengacak-acak rambut Dongping, gemas. Eh, iseng.
"Apaan, sih." Dongping mendorong tangan Yilyu menjauh, salah tingkah. "Berantakan beneran nih sekarang mah gara-gara lo," lanjut Dongping kesal sambil merapikan rambutnya dengan berkaca di layar ponsel Yilyu.
Sok jaim buat selfie berdua, rambut diacak-acak gemas, jadi ini sebenernya yang baper siapa?! Ada yang bisa bantu jawab?
Ah, sepertinya semesta yang baper melihat mereka.
.
.
.
"Wah wah wah, mesra amat lo berdua, awas yang ketiganya setan," celetuk Siwei yang muncul tiba-tiba-cengengesan.
"Iya lo setannya, Wei." Yilyu menjawab dengan muka datar.
"Sialan, kok jadi gue?!" seru Siwei tak terima.
"Ya lo muncul tiba-tiba kan jadi bertiga kita sekarang," jawab Yilyu kalem.
"Oh iya juga ya," sahut Siwei tanpa sadar. "Eh tetep aja masa gue dibilang setan! Sialan lo!" Siwei kembali berkoar-koar tak terima.
"Kan lu yang mulai, dasar bocah pengganggu," seru Yilyu tak mau kalah.
"Eh tadi kan gue dipanggil Dongping. Eh, Ping, belain gue lah, malah bengong aja." Siwei mengadu dengan mencolek-colek lengan Dongping.
"Eh? Apaan?" jawab Dongping gelagapan. Matanya beralih dari layar ponsel Yilyu ke arah mereka berdua yang sejak tadi bersilat kata.
"Marah-marah mulu nih Bang Yilyu. Mending lo jauh-jauh deh, Ping. Terus, ya-"
Siwei terus mencerocos. Namun Dongping malah semakin tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ponsel yang ada di genggamannya kembali bergetar. Pesan baru lagi.
3 Pesan Diterima
From: Ibu Negara
"Siwei, stop. Bawel banget sih, lo." Yilyu tak tahan mendengarkan keluh kesah Siwei. Hanya mendengarkannya saja terasa melelahkan, Yilyu heran dengan Siwei yang tak henti-hentinya berbicara, apa tenggorokannya tidak serak?
"Eh Bang, hape lo nih, berisik banget dari tadi."
Dongping mengembalikan ponsel Yilyu, berusaha terlihat santai. Yilyu menerima dengan raut muka seolah bertanya 'ada apa?', lalu tak lama mengecek layar ponselnya. Sedikit cemas---akibat terpengaruh omongan Siwei tadi---Yilyu pun segera menengok ke arah Dongping untuk memastikan keadaannya, namun malah menemukannya sibuk mengobrol santai dengan Siwei. 'Damn, Siwei dan bacotnya beneran bikin overthinking.'
"Eh, Ping, itu Koh Tang kan? Panggil yuk!" Terdengar suara Siwei berbicara dengan penuh semangat ke Dongping. "Koh Tang!!!" teriak Siwei, melambai-lambaikan tangannya ke arah Shi Tang---salah satu fotografer yang sering terlihat wara-wiri di setiap turnamen bulutangkis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Best
FanfictionIn any universe, Wang Yilyu and Huang Dongping are vowing to do the best for each other.