Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum!
"Sesungguhnya takdir kita terjadi untuk takdir yang lain."
❤️Selamat membaca ❤️
Sakilah Rumaisha Zahra, gadis berperawakan mungil itu tersenyum memandangi langit malam dari balik jendela. Punggungnya lalu bersandar dengan helaan nafas panjang. Sesekali ia melirik jam tangannya, pukul 01. 07! Ini terlalu malam untuk pulang.
Baru saja ia sampai di kota kelahirannya, Jakarta. Dua hari yang lalu ia mengunjungi kawannya yang menikah di Surabaya.
"Mohon maaf, Pak. Apa bisa lebih cepat?"Katanya sebisa mungkin untuk sopan, ia ingin segera sampai rumah. Apalagi jalanan begitu lenggang membuat nya di timpa rasa was-was yang hebat.
"Baik, Mbak."Si supir diam-diam menyeringai.
Ruma tersenyum."Terimakasih."
Belakang ini, banyak terjadi pembegalan di sepanjang jalan Jakarta apalagi larut malam. Entah apa tujuannya, tapi para membegal yang mengatasnamakan dirinya 'Geng motor' itu sangat meresahkan warga.
Mereka tak segan-segan menghabisi nyawa seseorang, mengambil barang yang bukan miliknya juga merusak properti warga. Yang lebih miris, rata-rata pelaku adalah anak remaja bahkan ada yang masih sekolah.
Bagaimana bisa mereka yang sekecil itu membunuh seseorang?
Darimana datangnya kekejaman itu?
Keberanian yang tidak patut itu?
Siapa yang bersalah?
Kenapa mereka mau menghancurkan masa depan yang begitu indah di depan?
Ruma menggeleng pelan dengan pemikirannya, ini juga yang menjadi dasar ia menulis sebuah buku baru mengenai fenomena remaja. Ruma ingin tau segala alasan dari tindakan setiap remaja yang melenceng!
Mendadak mobil yang ia tunggangi berhenti di kawasan sepi, ia tidak sadar saat memasuki lokasi ini. Ruma mengerutkan kening, hatinya merasakan sesuatu yang ganjal. Terbiasa menulis membuatnya lebih peka terhadap sekitar, mencoba tenang Ruma bertanya.
"Apa ada masalah dengan mobilnya, Pak?"
Si supir yang sejak tadi tak mau melepas topinya itu mengangguk ringan. "Sepertinya begitu, biar saya cek dulu." ujarnya lalu keluar.
Ruma mencengkeram tas yang ia pangku, kepalanya gatal ingin menoleh ke belakang. Lalu, saat ia melirik kaca spion mobil. Matanya membulat melihat apa yang di keluarkan oleh si Supir.
Sebuah tali, untuk apa? Mengapa jantungnya jadi bertalu-talu dan rasanya tubuhnya menggigil tanpa bisa dikendalikan.
Ruma merasakan si Supir berjalan ke arahnya, seraya tersenyum supir itu membuka pintu penumpang.
"Main sebentar ya, mbak." bisik supir tersebut sembari mendesah.
Sesaat Ruma membeku mendapati sepasang mata penuh nafsu tepat dihadapannya. Raut bengis diwajah laki-laki yang cukup tua itu muncul, membuatnya menjadi tak bisa bergerak sama sekali saking takutnya.
Sampai kemudian, Ruma berteriak sejadi-jadinya kala tangan pria itu memegangi lengannya. Di detik yang sama, Ruma turut menarik pintu di sebelah. Ia melompat dan menarik diri sejauh mungkin.
"Brengsek! Jangan keluar, goblok! Mau dientot aja ribet banget!"
Umpat supir tersebut dengan tampang garang, mengejar Ruma memakai mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted mistresses
SpiritualSakilah Rumaisha Zahra seorang penulis aktif yang mengalami tragedi mengerikan saat kembali ke kota Jakarta. Dari tragedi tersebut, Ruma harus menanggung luka seumur hidup dan terpaksa hidup bersama sosok yang bahkan tak pernah ia kenal, Alresca Gra...