Satu Rasa

1K 50 1
                                    

Alzero masih tidak percaya, papanya nekat pulang hanya untuk melihat keadaan Aliciana. Dia tau dari dulu kedua orang tuanya memang menyukai Aliciana, tapi dia sama sekali tidak peduli dulu. Kali ini dia melihat betapa tulus orang tuanya merawat Aliciana, apa mereka tidak tau kelakuan Aliciana yang semena-mena?

"Kalau Cia bangun tanyain apa yang dia mau."Alzero hanya diam pandangannya tak lepas dari Rinda yang masih tidak bergeming di dekapan Aliciana yang tertidur dan Anton papa Alzero yang duduk dikursi belajar sebelah Aliciana dan Rinda.
"Kamu denger Al?"Alzero hanya mengangguk malas.

"Kalian kenapa sih terlalu berlebihan sama dia."Anton dan Rinda kompak menatap tajam Alzero.

"Kamu gak akan ngerti."sinis Rinda sambil mengusap kepala Aliciana.

"Papa gak ngerti sama jalan pikiran kamu Al, padahal kamu sudah kenal Cia dari kecil, tapi kamu seperti baru kenal dia kemaren."Alzero yang duduk disofa hanya mendengus.

"Dia kekanak-kanakan, Al gak suka."

"Dia yang kekanak-kanakan apa kamu?"sanggah Rinda cepat, dia menatap anak semata wayangnya itu penuh permusuhan.

"Dia pasti pura-pura, kalian gak sadar udah dibodohi?"Anton mengeram tertahan, kalau saja Aliciana tidak tertidur sudah dia pastikan vas didepan matanya sudah melayang ke kepala Alzero.

"Dia sudah begitu dari kecil, kamu pasti gak pernah tau kan?"desis Anton tajam.

"Dari kecil?"ucap Alzero memastikan.

"Dia phobia hujan, petir, kilat, puas!"ujar Rinda tajam.

Alzero sedikit terkejut. Pantas saja Aliciana bersikap aneh sedari pulang sekolah, dia sempat ingat pertama kali Aliciana bereaksi ketakutan saat petir yang disertai hujan rintik-rintik kecil melanda. Kalau benar Aliciana phobia hujan pasti ada penyebab nya, tapi apa penyebabnya?

"Papa gak pernah minta apa-apa sama kamu dari dulu selain jagain Cia, tapi kamu gak pernah lakuin itu, malahan kamu yang nyakitin dia."Anton menggeleng lesu, dia tau anaknya hampir setiap hari menyakiti Aliciana, meskipun tidak terima tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu kesadaran Alzero.

"Dia jahat pa, dia suka nyiksa orang, suka foya-foya suka bersikap semau dia."semua itu yang membuat Alzero tidak melukai Aliciana.

"Biarin kalau itu yang buat dia bahagia Al, kesenangan orang itu beda-beda. Kalau dengan begitu dia senang apa salahnya?"

"Membuat orang menderita untuk kesenangan sendiri? Apa itu wajar?"Anton menghela nafas kasar, percuma juga berbicara dengan anaknya ini, dia tidak akan mengerti.

"Biarin aja mas, kalau dia tau pasti nyesel."

★★★

"Kali ini gue berterima kasih sama ketua osis yang meminta kita pergi ke aula."ucap dramatis Aliciana sambil berjalan dikoridor bersebelahan dengan Siren, Aksa dan Fenan yang berjalan dibelakang mereka. Karena ada pentas seni disekolah mereka, maka yang ikut di perintahkan untuk berkumpul di aula.

"Gue tadi hampir dimarahin karena lupa bawa pr, tatapan busuk ngeri amat sumpah."Fenan ikut membenahi, busuk guru killer yang bernama Sukma, kebanyakan mereka memanggil busuk karena tidak suka dengan guru yang satu itu.

"Kita ucap puji syukur kepada tuhan yang maha esa."Siren menampung tangannya ke udara seperti berdoa.

"Arion kemana?"tanya Aksa yang sedari tadi hanya diam.

Fenan menaikan bahunya tanda tidak tau.

"Lilia juga kemana?"ujar Siren yang baru sadar tidak ada keberadaan Lilia dikelas sejak pagi tadi.

"Lo lupa kita tadi nyuruh dia bertanya sama rumput yang bergoyang?"Siren memukul jidatnya tidak habis fikir, jangan bilang Lilia melakukan itu?

Lilia tadi sempat bertanya apa itu cupang, saat Aliciana dan Siren sedang membicarakan itu. Karena kesal dengan ke lemotan otak Lilia akhirnya Aliciana menjawab pertanyaan Lilia asal.

"Teman lo kelewat bego."desis Siren yang membuat Aliciana memutar bola matanya malas.

"Teman lo juga."

"Biarin aja mereka."ucap Aksa yang diangguki semuanya.

"Ini hari terakhir kita latihan ya?"ucap Siren.

"Iya, kita harus memberikan yang terbaik, gak perlu menang juga gak papa kan?"mereka semua mengangguk mendengar ucapan Aliciana, menang dan kalah dalam perlombaan adalah hal yang sama sekali tidak perlu bagi Aliciana, yang penting kekompakan dan kelancaran dalam pementasan, yang paling penting bolos jam pelajaran.

"Gak perlu, hadiahnya cuma uang, gue juga punya uang segitu."sombong Aksa yang membuat mereka semua memutar bola mata malas.

"Gue juga."

"Gue juga."

"Gue juga."

Iya tau semuanya holkay. Alias holang kaya.

"Gue enggak" Siren cengengesan saat mereka semua menatap ke arahnya.

"Tenang ren nanti gue sumbangin uang sama barang gue yang gak pakai buat lo."ujar Aliciana sembari tertawa.

"Sialan lo!"

Bersambung...

My Heart Is BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang