"Akhirnya kaki gue pulih juga."Aliciana bisa sedikit berjalan normal meski masih ada rasa nyeri.
Deluna duduk di kuris yang disediakan didepan kelas, tersenyum kecil menatap Aliciana yang berdiri dihadapannya sambil menggoyangkan kakinya pelan.
"Karena kaki lo udah sembuh, ayo kita mulai rencana kita."Aliciana menatap Deluna sekilas dan setelah itu duduk disebelah Deluna.
"Oke, pertama-tama kita mulai dari sebar menyebar."ujar Aliciana.
Deluna mengerinyit bingung."maksud lo?"Aliciana menghela nafas kasar.
"Maksud gue tu, sebar berita."awalnya Deluna tidak mengerti, tapi setelah lama berfikir akhirnya otak cantiknya itu berjalan juga.
"Ciaaaa!" Aliciana dan Deluna kompak menatap kearah teriakan itu. Terlihat Siren yang berlari ke arah mereka dengan senyum menawan nya.
Siren langsung duduk disebelah Aliciana sambil menggandeng lengannya."Cia, gue besok ikut olimpiade matematika, terus ya olimpiade nya dilaksanain di aula kita, bangga gak lo sama teman lo yang pinter ini."ucap Siren dengan semangat yang luar biasa.
"Bangga banget gue, selamat."ucap Aliciana sambil memeluk Siren. Siren membalas pelukan Aliciana dengan erat. Merasa sesak Aliciana memukul punggung Siren pelan."gue sesek bego!"kesal Aliciana.
Siren melepas dekapannya sambil cengengesan. Sementara Deluna hanya menatap datar Aliciana dan Siren, Deluna tidak habis fikir, kenapa Aliciana masih bisa bersikap biasa saja disaat hati dia teramat sangat kecewa?
"Kalau gitu gue sama Deluna mau ngantin dulu, belum makan dari tadi. Kita duluan ya ren."Siren menatap kepergian Aliciana dan Deluna. Siren dapat melihat perubahan Aliciana akhir-akhir ini, apa karena dia sudah berteman dengan Deluna? Karena itu Aliciana melupakannya.
"Kesabaran gue udah gak ada lagi cia."gumam Siren pelan.
~••~
"Udah?" Deluna mengangguk mantap, setelah itu Deluna dan Aliciana bertos ria. Deluna dan Aliciana, mereka berdua berjalan dengan santai di koridor sekolah, tepat didekat Mading, Aliciana dan Deluna berhenti karena ramainya murid sekolah yang berkumpul disana.
"WOI!"teriakan Aliciana membuat keributan di sekelompok orang itu berhenti, mereka kompak menatap Aliciana. Ada beberapa dari mereka takut karena kedatangan Aliciana dan Deluna. Dua gadis yang dikenal dengan ke antagonisannya."ada gosip apa nih rame-rame."
Terjadi keheningan beberapa saat."ini nih ada berita terbaru."ucap salah satu murid dari kerumunan itu.
Aliciana berjalan mendekati mereka."ada berita apa sih, jadi kepo gue. Minggir."Aliciana menghalau beberapa orang yang menghalanginya.
Aliciana merubah raut wajah bingungnya seperti terkejut. "Oh my God! Ini? Melda kan?" Ucap Aliciana sambil menutup bibirnya tidak percaya.
"Minggir-minggir, ada apaan sih? Woilah! Ini seriusan?"Deluna sama terkejutnya dengan Aliciana, mereka sama sama menatap ke arah Mading dengan raut wajah syok yang dibuat buat.
"Gue gak percaya itu Melda."ujar salah satu murid disana.
"Gue apalagi, dia kan orang yang selalu gue bully, mana kelihatan lemah, tapi baik. Gak mungkin ini dia kan?"ucap Aliciana yang di angguki Deluna.
"Ini gak mungkin dia nih."ucap Deluna menimpali.
Murid-murid yang tadinya kembali heboh karena Aliciana dan Deluna kembali diam melihat kedatangan orang yang mereka bicarakan.
"Ada apa rame-rame?"tanya Melda polos, namun semua yang ada disana tidak berani menjawab karena ada Alzero disebelah Melda. Melda dan Alzero yang hendak ke aula karena para guru meminta semua murid kesana untuk menonton olimpiade murid sekolah ini melawan sekolah lain.
"Aduh orangnya Dateng. Mel, ini bukan lo kan?"Aliciana mendekati Melda sambil membawa satu foto yang terletak di dalam Mading.
Melda menegang, sialan.
Dia tidak menyangka Aliciana bakal berbuat seperti ini."Ini bukan aku."ucap Melda dengan suara bergetar, air matanya hampir luruh.
"Tapi ini muka lo kan?"Melda menggeleng.
"Bukan pasti aku difitnah."Aliciana menatap datar Melda."pasti kamu sengaja kan, kamu dendam karena kejadian di rooftop waktu itu kan?"Melda menatap Alzero yang terdiam mematung.
"Zero percaya sama aku, itu editan."Alzero menatap foto porno yang menampakkan wajah Melda dengan pria tua disana. Tidak mungkin itu Melda, Melda bukan perempuan seperti itu.
Alzero menatap tajam Aliciana. Dia mendekat, berdiri tepat dihadapan Aliciana."mau sampai kapan lo ganggu cewek gue. Gua udah berapa kali nolak lo, setalah apa yang gue lakuin lo belum sadar juga?"Aliciana mendongak menatap Alzero yang lebih tinggi darinya, seutas senyum kecil terbit dibibir Aliciana yang membuat Alzero membeku.
"Karena kejadian itu gue sadar, kalau lo memang gak pantes buat gue."Alzero semakin membeku mendengar ucapan Aliciana. "Dulu gue tutup mata, semua kata busuk yang keluar dari mulut lo gue anggap angin lalu. Tapi kali ini gak bisa, kata-kata itu udah terlanjur nusuk hati gue."Aliciana mundur beberapa langkah memberi jarak diantara mereka.
Aliciana melempar asal foto yang dia pegang,"sekarang kalian boleh gak percaya sama foto ini, tapi nanti kalian semua akan tau kebenarannya."Aliciana menatap Melda yang bergetar ketakutan, senyum jahat terbit di bibir Aliciana melihat ketakutan Melda.
"Jahat dibayar jahat meldat."ucap Aliciana dan setelah itu pergi dari dana.
Prok prok prok.
Semua orang yang awalnya melihat kepergian Aliciana beralih menatap Deluna karena tepukan tangannya.
"Melda, Melda. Waktu itu kan kita udah bilang, Aliciana maupun gue bukan tandingan lo, meskipun lo berlindung di bawah ketiak Alzero juga lo akan tetap kalah."Deluna tertawa kecil. Dia beralih menatap Alzero yang diam seribu bahasa karena ucapan Aliciana tadi.
"Cia gak sebodoh yang lo pikir Melda, selama ini dia tau segalanya, tapi dia cuma diam. Karena apa?"Melda hanya diam menatap Deluna tajam."Karena perempuan berkelas itu cukup diam dan lihat hasilnya, bukan cari perhatian demi dilindungi kayak lo."
Melda mengepalkan tangan erat, Deluna berbalik pergi dengan senyum kemenangan diwajahnya, Melda menunduk dengan isakan yang terdengar memilukan bagi orang yang tidak mengenal betul siapa Melda.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Is Broken
RomansaDisebuah rumah megah nan besar bak istana ada seorang putri yang menginginkan kebahagiaan. Namun, apa yang dia inginkan tidak pernah dia dapatkan. Kedua orangtuanya membencinya, rumah pertama yang dia harapkan malah menghancurkan mentalnya. Istana i...