Bulan kini memegangi tangga yang digunakan Bintang untuk naik ke atas genteng rumahnya.
"Hati-hati kak awas kepleset," seru Tirta membawakan genteng yang baru.
"Mana gentengnya," Tirta menyalurkan gentengnya ke Bulan sementara Bulan memberikanya ke Bintang.
"Kak Tirta bantuin kak Bintang megangin tangganya, biar bunda bantuin adek kamu," Bulan melihat Rain yang sedari tadi hanya bermain main dengan tanah, tidak mengerjakan tanaman yang roboh itu.
"Adek seneng main mainya," Bulan menggelengkan kepalanya sementara Rain hanya memperlihatkan gigi putih rapinya.
"Hehe maaf bunda Rain lupa," Rain menggali lagi tanahnya agar bisa membantu memindahkan tanaman yang roboh.
"Kamu gali tanahnya biar bunda yang ngasih pupuknya," Rain mengangguk dan segera menggali tanamanya.
"Nih udah bun seginikan?" tanya Rain kemudian Bulan mengangguk dan meletakan tanaman kedalam galian itu, tak lupa memberikan pupuknya.
"Kak Bintang sama kak Tirta udah?" tanya Bulan melihat kedua anaknya itu.
"Udah bun" seru keduanya.
"Ok sekarang ayo kita masuk tapi jangan lupa cuci kaki sama tangan, biar bunda siapin cemilan" mereka berlari secara berlomba-lomba.
Bulan membuka kulkasnya tapi yang ia temukan hanya minuman kecil dan buah buahan saja.
"Kapan ya motor gue balik" keluh Tirta pada kedua saudaranya.
"Derita situ derita lo sendiri," senandung ngasal Rain berdiri dari duduknya dan masuk ke dalam kamar.
"Salah siapa ikut balapan," sahut Bulan yang mendengar percakapan anak anaknya.
"Ekh...bunda," kaget Tirta ternyata bundanya mendengar keluhanya.
"Iya bunda larang kak Tirta balapan karena bunda sayang sama anak-anak bunda, dan bunda gak mau terjadi hal yang tidak di inginkan nantinya," cerca Bulan entah sedang menyiapkan apa.
"Huft...ok sekarang lupakan soal motor kak Tirta, terus sekarang bunda tanya sama kalian ini ada nggak yang punya niat ikut bunda ke supermarket?" tanya Bulan menatap satu persatu anaknya yang mengalihkan pandanganya.
"Ok...gak ada yang jawab awas nanti kalau bunda bikin makanan, kalian nggak usah minta," ancam Bulan seakan marah dengan anak-anaknya.
"Bintang aja bunda iya Bintang aja yang nganterin bunda," Bintang langsung beranjak dari sofa dan menyambar kunci mobil.
"Ok kalau gitu, cepetan," Bulan keluar lebih dahulu.
"Huh...awas lo pada," gerutu Bintang sementara Tirta dan Rain yang sedang di kamar
mentertawakan Bintang.Bintang mengendarai mobilnya hingga sampai di supermarket, sungguh Bintang males harus muter muter supermarket.
"Bunda," rengek Bintang membuat Bulan mengerenyit.
"Bunda boleh nggak kalau kakak disini mobil aja gak usah keluar," rayu Bintang dengan rengekan.
"Huft...yaudah kalau gitu, tapi kamu mau pesen apa saat bunda masuk ke dalam" tanya Bulan mengerti karena anak-anaknya tidak ada yang betah jika di ajak belanja, katanya kelamaan muter-muter mulu bikin capek, maka dari itu kadang Bulan berpikir kenapa dulu dia tidak melahirkan satu bayi perempuan saja, tapi sudahlah.
"Beneran kalau gitu kakak mau pesen minuman bersoda, sama keripik kentang," usul Bintang diangguki Bulan turun dari mobil.
Bulan mengingat akan membeli apa nantinya.
"Tepung, susu manis, soda, sauce coklat," gumam Bulan mengambil barang belanjaanya.
"Itu buah buahnya seger buat puding aja nanti," Bulan melihat buah buahan yamg terjajar rapi.
"Astaga sereal jangan lupa siapa tahu sewaktu waktu anak anak gak mau makan," Bulan kembali mencari rak sereal.
"Tinggi banget, petugasnya mana lagi," gerutu Bulan tanganya belum sampai mengapai barang yang ia inginkan.
"Nih," Bulan kaget tiba tiba seseorang memberikan sereal itu kepadanya.
"Terima ka...." ucapan Bulan tercekat saat melihat siapa orang itu.
Keduanya membeku di posisi masing masing.
"Bulan," lirih orang itu langsung mencekal tangan Bulan sangat kencang hingga membuat Bulan kesakitan.
"Sakit..." rintih Bulan pada cekalan erat orang itu.
"Lepaskan tuan," pekik Bulan mencoba melepaskan genggamanya tapi orang itu tetap mengenggamnya.
Bruk...
Bulan kaget tiba tiba orang itu memeluknya sangat erat."Lepasin...saya...jangan sentuh saya...hiks...says mohon...lepaskan saya," isak Bulan ketakutan membuat orang itu kaget.
"Bulan ini...aku lan, Bara..." orang itu Bara dia merasa sesak saat melihat wanita yang ia cari selama ini ternyata ketakutan melihatnya.
"Lepasin saya...hiks...jangan sentuh saya tuan, saya akan pergi dari hidup anda sekarang tuan tapi saya mohon jangan sentuh saya atau bertemu saya," tubuh Bulan merosot sungguh dia ketakutan karena ingatanya tentang beberapa tahun yang lalu terlintas dipikiranya yang membuat Bulan takut dan sakit hati.
"Aku nggak akan melepaskan mu lagi Lan gak akan Lan, jangan pergi dari hidupku Lan," Bara memeluk Bulan dengan air mata yang sudah tak tertahan.
Bara bersyukur bisa menemukan Bulan dengan cara kebetulan seperti ini.
"Tolong...hiks...tolong," pekik Bulan dengan kepala yang tertunduk.
"BUNDA!" teriak kaget Bintang yang sedari tadi menunggu di mobil dan menyusul Bulan karena lama, tapi Bintang malah melihat bundanya yang kacau seperti ini.
"Bunda...bunda kenapa" Bintang langsung memeluk bundanya sementara Bara terdiam ditempat.
"Anda siapa?" tanya tegas datar Bintang memancarkan aura tak bersahabat.
"Rain" batin Bara seperti melihat Rain tapi ada yang berbeda dengan anak remaja di depanya.
"Maaf kalau saya lancang sebaiknya anda pergi dari sini dan cari tempat lain," tutur Bintang kembali menenangkan bundanya yang ketakutan.
Hati Bara merasa sesak saat melihat sorot mata kemarahan dari anak remaja di hadapanya ini.
"Sebaiknya kamu tenangkan ibu mu dulu nak," seru Bara setelah itu pergi dari situ.
"Ya tuhan apa dia anak ku, dan tadi dia memanggil...Bulan dengan bunda...astaga ya tuhan maafkan kesalahan hamba sudah menelantarkan mereka" batin Bara memukul dadanya yang terasa sesak dan menangisi betapa takutnya Bulan bertemu denganya.
"Bunda...bunda kenapa hm, sekarang bunda tenang ok karena disini ada Bintang," tutur Bintang menenangkan Bulan.
"Ayo kita pulang setelah ini," Bulan mengambil belanjaanya dan berjalan menuju kasir.
"Bunda biar Bintang yang bawain," Bulan tersenyum dan menghapus air matanya.
"Nggak usah kamu siapin mobil aja, dan ini cuma tinggal bayar kok," Bintang menuruti dengan pasrah dan berjalan keluar meski ia khawatir dengan bundanya.
VOTE & COMEENT
KAMU SEDANG MEMBACA
My triplets son
Romance"Bintang bisa ada didunia ini karena bunda, dan bunda adalah cahaya Bintang yang akan membantu langit untuk bersinar" -Bintang Zhivaro Ashera. "Bunda adalah alasan buat Tirta untuk hidup karena laut melindungi isinya dengan ombak badai tapi Tirta ak...