Bulan berada diruanganya terus kepikiran kejadian kemarin dimana dia bertemu Bara lagi.
"Kenapa memikirkan ini sungguh membuat kepalaku pusing" kesal Bulan memijit pangkal hidungnya.
Tok...tok...tok..
Bulan berdecak niatnya ingin beristirahat tapi ia urungkan karena ketukan pintu."Masuk" bahkan tenggorokan Bulan terasa sakit.
"Itu bu...ada orang yang ingin bertemu dengan anda" Bulan mengerenyitkan dahinya bingung.
"Perasaan saya gak punya janji dengan siapapun, jadi suruh orang itu untuk kembali besok karena saya mau pulang istirahat soalnya kondisi tubuh saya kurang sehat" suruh Bulan tidak mau menemui siapapun tamu hari ini.
"Baik bu..." pelayan itu kembali keluar dengan segera Bulan menbereskan barangnya.
Ketika Bulan akan berdiri dari duduknya pelayan tadi kembali lagi dengan kepala tertunduk.
"Kamu ngapain balik lagi" jengah Bulan melihatnya.
"Maaf bu, orang itu tetep keukeh mau bertemu dengan anda" Bulan akhirnya pasrah dan mengisyaratkan dengan tanganya agar pelayan itu pergi.
"Yaudah kamu suruh orang itu buat nemuin saya" Bulan masih mencoba untuk bersabar menghadapi orang yang tidak tau situasi.
Cklek...
Bulan tidak menoleh kepada orang yang membuka pintu dan masih memijit pangkal hidungnya."Bulan.." panggil orang itu membuat Bulan berhenti memijit pangkal hidungnya dan terdiam sesaat.
"Kamu..." kaget Bulan melihat pria dewasa itu di depanya.
"Bagaimana kamu bisa ada disini atau kamu orang yang ingin bertemu denganku" Bulan sungguh tak habis pikir dengan cara pria itu ingin menemuinya.
"Ia aku orangnya, maafkan..." ucapan lelaki itu terpotong dengan suara Bulan.
"Udah sekarang kamu keluar dari toko ku gak ada waktu aku buat ladenin pria seperti kamu buang buang waktu aja" Bara mencekal tangan Bulan agar tidak menghindar darinya lagi.
"Lan aku mohon sama kamu...aku mohon sekali ini aja biarin aku bicara sama kamu" Bulan kaget tiba tiba Bara bersimpu di kakinya.
"Astaga ya tuhan, apa yang kamu lakukan sekarang saya mau kamu berdiri dan pergi dari sini" pekik Bulan kaget dengan tingkah Bara.
"Bara inget kata kataku ini, kamu kesini mau bicarain apa emang ada yang penting gak kan dan urusan kita udah selesai sejak bertahun tahun yang lalu sekarang kamu temuin aku buat apa, oh...atau kamu mau buat aku menderita, sengsara lagi tapi sayangnya kamu harus mengurungkan niatmu itu karena aku sudah tidak perduli tentang mu lagi" Bulan mencoba menahan tangis air matanya agar tidak keluar.
"Nggak Lan...kamu salah, kamu salah aku gak ada niat sama sekali seperti itu lan gak ada bahkan terbesit di hati dan fikiranku juga gak ada...aku hahya ingin maaf darimu lan, maaf dari wanita sehalus kamu untuk pria iblis bajingan ini lan...maafin aku lan" Bara sudah menangis sejadi jadinya membuat hati Bulan teriris melihatnya.
"Pergilah lupakan Bara kalau kamu pernah dihidup aku dan bersikap lha seperti dulu dengan kamu yang tak acuh, kejam, tak berperasaan mungkin lebih baik" Bara menggeleng dia sekarang tak bisa bahkan mustahil bersikap seperti itu kepada orang yang sangat berarti di hidupnya.
"Nggak bisa lan...nggak, orang yang dihadapanmu ini hanya orang yang lemah, brengsek, bajingan tak berguna sama sekali lan aku gak bisa hidup berlama lama lagi dengan rasa kebencian darimu" Bulan pertama kali melihat Bara bisa seperti ini dihadapanya.
"Sebentar bukanya dulu kamu yang benci sama aku dan bilang gak sudi untuk menemui wanita sepertiku, jadi sekarang sama halnya dengan aku Bara" hati Bara sakit mendengarnya.
"Tolong jangan katakan itu lan...aku mohon jangan katakan itu aku sadar sungguh sangat sadar dan menyesal lan pernah mengatakan itu" Bulan tertawa hambar mendengarnya.
"Kenapa jangan...hm...KENAPA BARA" bentak Bulan.
"Aku tau pasti hati kamu perih kan sakit kan saat mendengarnya aku tau itu, aku tau rasanya bahkan kata kata sadis itu keluar dari mulut kamu langsung saat mengatakan itu disaat aku meminta pertanggung jawaban kamu Bara, tapi jawaban kamu apa...sungguh membuat kenangan indah...sangat indah sekali sampai aku terus mengingatnya hingga detik ini" suara serak Bulan mengisyaratkan kesakitan yang mendalam di dirinya.
"Maafin aku Lan...maafin aku, aku tahu maafku tidak akan mengembalikan segalanya lan tapi setidaknya aku sudah sangat terhukum dengan penyesalan yang begitu menyesakan selama ini Lan" hati Bulan masih belum bisa untuk memaafkan Bara hingga detik ini.
"BARA...Udah Bar tolong kamu pergi dari sini...semakin kamu ada di hadapanku semakin sulit aku..." Bulan menggelengkan kepalanya karena pusing yang menyerang dirinya.
Brukk
Ucapan Bulan terpotong karena tubuhnya limbung ke lantai tapi dengan sigap Bara menahanya."Lan...Bulan bangun lan..." Bara menepuk pipi Bulan kaget karena pingsan secara tiba tiba.
"Astaga...Bulan bertahan lan" Bara dengan segera membopong Bulan ketika merasakan suhu tubuhnya sangat panas.
Bara membawa Bulan ke rumah sakit menggunakan mobilnya. Tak lupa Bara menyahut tas milik Bulan.
"Dokter...dok" teriak Bara dengan segera Bulan di baringkan di brangkar untuk di bawa ke UGD.
"Bapak tunggu disini dulu ya pak" Bara menuruti kemauan perawat itu.
"Ya tuhan lindungilah Bulan di dalam sana semoga dia tidak kenapa napa" monolog Bara merogoh tas Bulan dan menemukan ponsel Bulan.
Bara membuka ponsel Bulan mencari nomer yang bisa dihubungi dan terlihat wajah cowok remaja yang pernah ketemu Bara di supermarket sebelumnya.
"Assallamualaikum bunda..." ucap pemuda disebrang sana membuat Bara menitihkan air matanya.
"Waalaikumsalam..." suara Bara membuat orang disebrang sana terdiam sesaat.
"Anda siapa...dimana bunda saya" sentak orang itu terdengar khawatir.
"Bulan ada dirumah sakit, sekarang kamu ke rumah sakit bisa" tanya Bara.
"Bunda dirumah sakit...terimakasih kalau gitu" orang disebrang sana langsung memutus telphone dengan sepihak.
VOTE & COMEENT
KAMU SEDANG MEMBACA
My triplets son
Romance"Bintang bisa ada didunia ini karena bunda, dan bunda adalah cahaya Bintang yang akan membantu langit untuk bersinar" -Bintang Zhivaro Ashera. "Bunda adalah alasan buat Tirta untuk hidup karena laut melindungi isinya dengan ombak badai tapi Tirta ak...