BAB 12

56.1K 3.2K 22
                                    

Bintang, Tirta, Rain dimalam seperti ini harus mencari makan karena bundanya masih dirumah sakit dan memutuskan untuk berjalan jalan dekat rumah sakit untuk mencari makanan.

"Cari makan apa dah" keluh Tirta bingung mau makan apa.

"Udah gak usah bacot mending kita makan bakso aja lha lumayan anget anget buat malam yang dingin kek gini" mereka duduk di gerai bakso dekat taman rumah sakit.

"Bang baksonya tiga sama teh hangat tiga" pesan Bintang.

"Baik den" mereka menunggu pesananya datang.

"Lumayan tuh..." gumam Rain melihat band jalanan.

"Lo mau kemana.." pekik Bintang saat Rain meninggalkan tempat.

"Mau ke tuh nolongi anak anak jalanan" pekik Rain membuat kedua saudaranya langsung melihat arah berjalan.

"Muali lagi jiwa keartisanya" dengus Tirta mereka membuntuti kemana Rain pergi.

"Wehe....selamat malam semua, terutama buat yang punya alat alat musik ini semua gue pinjem bentar dan sekalian saya mau ngetes suara saya kuat nggak pada lagu pacar saya mbak Taeyeon itu yang dengan judul Fine" sambut Rain membuat Bintamg dan Tirta membelakan matanya.

Meski Bintang dan Tirta tidak terlalu mahir bermain musik seperti Rain, tapi mereka tahu betapa sulitnya mencapai nada nada sulit dari penyanyi itu, dan Rain pernah gagal waktu mencoba lagu itu.

"Lo boleh boleh aja nyanyi tapi jangan nyanyi lagu ini goblok..."bisik Bintang yang khawatir.

"Udah kali ini percaya sama gue, kalau suara bagus gue bakal ngehipnotis semua penonton" Tirta yang sedari tadi diam ingin rasanya menenggelamkan Rain ke dalam sumur.

Rain berdiri depan mikrofon sambil membawa gitar juga diringi yang lain.

Jjijeojin jongitjogage
Damanaen naye jinshime
Seonmyeonghaejyeo somethin? bout you
Yeah nareul manhi dalmeun deut dareun
Neon hokshi nawa gateulkka jigeum
Gwaenhan gidaereul hae

Haru han dal il nyeonjeum doemyeon
Seoro dareun ilsangeul saraga

Naneun aniya
Swibji aneul geot gata
Yeojeonhagedo neon nae haruharureul chaeugo
Ajigeun aniya
Babocheoreom doenoeneun na
Ipgae maemdoneun mareul samkil su eopseo
It?s not fine
Ah ah ah ah it?s not fine

Meoril jikkeun mukkeun chae
Eojireoun bangeul jeongnihae
Chatgo isseo somethin? new

Gakkeum ireoke gamdanghal su eopneun
Mworado haeya hal geotman gateun gibune
Gwaenhi umjigigon hae

Haru han dal il nyeon geujjeumimyeon
Useumyeo chueokhal geora haetjiman

Naneun aniya
Swibji aneul geot gata
Yeojeonhagedo neon nae haruharureul chaeugo
Ajigeun aniya
Babocheoreom doenoeneun na
Ipgae maemdoneun mareul samkil su eopseo
It?s not fine
Ah ah ah ah it?s not fine

Uimi eopneun nongdam jugobadneun daehwa
Saramdeul teume nan amureochi ana boyeo
Mudin cheok useumeul jieo boimyeo
Neoran geuneureul aesseo oemyeonhaebojiman

Uri majimak
Geu sungani jakku tteoolla
Jal jinaeran mari jeonbuyeotdeon damdamhan ibyeol
Ajigeun aniya
Babocheoreom doenoeneun geu mal
Ipgae maemdoneun mareul samkil su eopseo
It?s not fine
Ah ah ah it?s not fine oh
Ah ah ah it?s not fine

Rain membuka suaranya dan membuat orang orang kumpul mengelilingnya.

"Rasanya gue pingin lempar baut deh" gerutu Tirta melihat Rain memaksakan diri.

"Gue bisa" batin Rain saat mendekati nada tinggi paling ia takuti.

Rain sampai di nada tinggi dengan sempurna membuat Bintang dan Tirta bisa bernafas lega, begitu juga dengan Rain kali ini dia puas sekali dengan pembawaan lagunya.

"Yash....Kak Bintang, Tirta gue berhasil...yuhu" pekik Rain memeluk kedua saudaranya saat menyelsaikan lagunya.

"Tapi tenggorokan atau pita suara lo nggak masalahkan" tanya Bintang memastikan.

"Nggak kok, yaudah kita balik makan" ajak Rain tapi sebelum itu langkah mereka terhenti karena panggilan seseorang.

"Bang sumpah lo keren banget, btw nih...buat lo" orang itu menyerahkan hasil sumbangan nyanyi dari penonton.

"Udah buat lo aja gue tahu lo juga butuh" jawab Tirta diangguki Rain melihat anak seumuran dia tapi sepertinya anak itu lebih membutuhkan.

"Beneran, tapi gue kagak enak hati" ucap anak itu.

"Bawa aja...elah lumayan buat beli bakso yakan" tutur Rain diangguki lemah anak itu.

"Terimakasih bang kalau gitu" pemuda itu kembali ke teman temanya.

Mereka kembali makan bakso yang sempat tertunda karena acara dadakan Rain.

"Kak Bintang ngerasa gak sih, kalau orang itu kek deket banget gitu sama bunda tapi kek bunda yang kaya gak kenal gitu" celetuk Tirta tanya ke Bintang yang di sampingnya.

"Mungkin dulu dimasa lalu bunda pernah ada masalah atau apa dan ya... seperti awal pemikirian kita jangan nyuruh bunda buat cerita apapun kalau bunda sendiri yang cerita" tutur Bintang melahap baksonya.

"Tapi kak...kita kan tahu bunda itu gimana dia gak bakal cerita apapun yang menyangkut anak anaknya bakal sedih dan kepikiran oleh masalahnya" sahut Rain yang mendengarnya.

"Ya juga sih...apalagi bunda rela lakuin apapun agar anak anaknya bahagia" celetuk Tirta yang tahu bundanya lebih memprioritaskan anak anaknya.

"Ya maka dari itu kita harus sabar dan yang pasti bunda akan cerita apapun kalau bunda udah siap" jawab Bintang diangguki mereka.

"Apalagi soal dia bunda seolah olah menutup rapat tentang itu" mereka terdiam dengan ucapan Rain yang mengatakan Dia adalah ayah mereka.

"Lagian buat apa kehadiran dia yang dari dulu bahkan wujud dan suaranya aja kagak pernah tahu kayak makhluk halus" celetuk Tirta.

"Bener...buat apa kehadiran dia kalau dia aja kagak nerima kita hidup" sahut Rain marah jika dulu pernah bertanya tentang dia.

"Udah jangan bahas ini lagi akh..." Bintang berdiri dari duduknya. Untuk membayar bakso pesanan mereka.

VOTE & COMEENT

My triplets sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang