Bintang tidak berani menanyakan hal yang membuat bundanya ketakutan seperti ini, bahkan hingga sampai rumah Rain dan Tirta dibuat bingung.
"Kak bunda kenapa tadi?" tanya Tirta kini mereka sudah ada di kamar untuk membicarakan bundanya.
"Kakak gak tau, tadi kakak nemuin bunda udah nangis ketakutan terus ada lelaki didekatnya" jelas Bintang sungguh dia lelah hari ini.
"Apa ada yang mencurigakan dari lelaki itu kak, atau kaka pernah ketemu gitu sebelumnya" tanya Rain bingung.
"Nggak ada, lelaki itu seperti lelaki biasa hanya sweeter dan celana trining gitu dan gue tadi sempet kaget karena matanya warna biru sama seperti Tirta, rambutnya yang keluwes ngacak kayak lo Rain, apalagi bibirnya huft...kayak gue" lesu Bintang karena mengingat orang tadi ada bahkan persis kemiripan dengan saudara saudaranya.
"Udah gak usah bahas ini lagi lha, takutnya kedengeran sama bunda" lerai Tirta merebahkan dirinya di ranjang kecil minimalis bertingkat itu.
"Bintang, Tirta, Rain...keluar gih ini ada makanan mau nggak" teriak Bulan membuat Tirta mengacak rambutnya kesal.
"Udah ayo turun bunda ratu udah manggil" Rain menuruni anak tangga ranjangnya.
"Ia bunda" pekik Bintang ikut keluar.
"WoW....puding" antusias mereka melihat puding buatan Bulan dimeja yang adalah kesukaan mereka sama seperti Bulan.
"Terus ini dia" Bulan membawakan minuman kreasinya dengan float tebal sebagai hiasan.
"Makasih bunda" mereka dengan sigap langsung memeluk Bulan.
"Um...bunda Bintang boleh tanya gak" ragu Bintang sontak tatapan Tirta dan Rain menghadap ke Bintang.
"Sure emang kamu mau tanya apa" Bulan mendengarkan Bintang yang ingin bicara seperti ragu ragu.
"Bunda yakin gak bakal marah" tanya Bintang memastikan.
"Bunda gak bakal marah, lagian ngapain bunda marah tanpa sebab sama anak anak bunda" Bulan tersenyum manis dan meletakan irisan puding di piring anak anaknya.
"Gini bun...um tadi bunda di supermarket kenapa seperti ketakutan gitu" tangan Bulan yang semula mengiris puding itu terhenti.
"Nggak...papa cuma bunda keinget masa lalu" alibi Bulan memaksakan senyumnya.
"Bunda bukan teringat masa lalu, tapi bunda takut bertemu masa lalu bunda... dan bunda masih belum siap untuk menghadapi masa lalu bunda untuk datang kembali" batin Bulan menundukan kepalanya tapi dengan cepat Bulan mengusapi air mata yang sempat turun.
"Bunda are you ok" tanya Tirta berdiri dari duduknya dan mengelus pundak Bulan.
"Sekarang kalian makan pudingnya dulu bunda mau ke kamar buat telphone mbak Fristy" Bulan langsung berlalu menuju kamarnya.
"Gue gak suka dan benci lihat bunda meneteskan air matanya seperti itu" geram Rain yang jelas bisa tahu kalau bundanya meneteskan air mata.
"Hanya orang bodoh yang membuat bunda mengeluarkan air matanya" desis Tirta.
"Gue tahu ini lancang tapi gue pingin tahu siapa yang ngebuat bunda mesti sedih" Bintang berdiri dari duduknya di ikuti Tirta dan Rain.
Terdengar dalam bundanya kalau Bulan sedang menangis, sungguh mendengar tangisan bundanya membuat mereka benci sama orang yang udah berani buat bunda mereka menangis.
"Kenapa kamu kembali...kenapa, entah kenapa aku takut saat melihat mu kembali dengan membuka luka lama lagi membuka lembaran lama yang sudah aku tutup lalu kamu buka lagi itu sakit..." monolog Bulan masih di dengar mereka bertiga.
"Sakit...teringat kamu menolak kehadiran anak anak mu yang adalah darah dagingmu sendiri, sakit saat kamu merenggut paksa mahkotaku dan kamu pernah bilang akan...tanggung jawab tapi kamu malah ingin aku melakukan perbuatan keji itu" mereka jelas kaget mendengarnya dan ternyata sesuai dugaan mereka kalau mereka adalah anak hasil di luar nikah.
"Dan jujur aku mencoba membencimu tapi entah kenapa perasaan itu tak pernah ada dihatiku, yang ada aku hanya berdo'a semoga tuhan memberikan anak anak ku kebahagiaan meski kehadiranya tidak di inginkan olehmu..." perasaan mereka hancur saat mendengar semuanya.
"Kita sekarang tau kenapa bunda sembunyiin semua" Bintang terduduk di kursi meja makan lagi.
"Dan gue gak nyangka kalau kita...ternyata dugaan kita selama ini benar" ucap Tirta yang bersandar di tembok seraya mengusap wajahnya kasar.
Rain hanya mampu menundukan kepalanya tak mampu menjelaskan semua yang baru saja ia dengar sendiri.
"Kenapa....meski dia gak mengingkan kehadiran kita, tapi seengaknya jangan pernah datang kepikiran bunda yang buat bunda selalu menangis menyembunyikan luka hatinya bertahun tahun"
Rain menatap satu persatu saudaranya yang terlihat marah, muak dan benci.
"Gue gak nyangka dan paling gue jijik benci sekarang adalah kenapa gue terlahir dari benih pria brengsek bajingan itu" umpat Tirta.
"Udah....jangan sampai bunda tau apalagi buat bunda sedih karena kita, inget di dunia ini kita hanya punya bunda" Bintang tau kapan dia akan bersikap sebagai teman ataupun kaka tertua yang melindungi keluarganya.
"Tapi apa lo tau kak siapa pria itu" tanya Rain mendongakan kepalanya.
"Gue gak tahu siapa pria itu bahkan wajah dan namanya gue gak tahu" lirih Bintang, selama ini bundanya tidak pernah bercerita atau mengatakan apapun.
"Bagus mending kita gak usah tau siapa dia atau dari mana dia" sinis Tirta.
VOTE & COMEENT
KAMU SEDANG MEMBACA
My triplets son
Romance"Bintang bisa ada didunia ini karena bunda, dan bunda adalah cahaya Bintang yang akan membantu langit untuk bersinar" -Bintang Zhivaro Ashera. "Bunda adalah alasan buat Tirta untuk hidup karena laut melindungi isinya dengan ombak badai tapi Tirta ak...