Pukul 10.15 pagi. Kawasan Federal Plaza di New York sunyi senyap. Tidak seperti biasanya. Tidak ada para pekerja, polisi, ataupun agen federal yang berkeliaran di sana. Tidak ada yang mengintai satu sama lain ataupun berkejar-kejaran. Tidak ada pula keramaian. Kecuali, di depan gedung FBI New York. Itu tidak disebabkan hal yang menarik atau menyenangkan. Justru, itu sebuah bencana.
Ya, tepatnya di bagian lobi gedung, segerombolan orang telah dikepung oleh para alien bersenjata. Mereka adalah B-Team, tim yang terdiri atas Hamdi, seorang pilot pesawat antariksa NASA dan teman-temannya yang berasal dari berbagai pekerjaan dan tempat. Kini, Hamdi sedang menggigit jarinya sambil dikelilingi teman-temannya yang berusaha melindunginya. Ia menggigit jarinya bukan karena alien itu, melainkan ia tidak mendapat satu senjata pun!
“Bos, alien-alien itu memiliki senjata yang dapat menyetrum, lho!” Bisik Fikri.
“Berhenti memanggilku bos atau kau yang akan kutendang dari sini!” Bentak Hamdi.
Fikri langsung mengatupkan bibirnya dan mengalihkan pandangannya dari Hamdi. Memangnya apa salahku? Tanya Fikri dalam hatinya. Sebenarnya, Hamdi tidak marah. Tapi karena ia berada dalam masalah, ia cepat naik pitam.
“Serius deh, di. Kau benar-benar nggak mendapat senjata? FN Five-seven or anything? Coba dicek lagi.” Kata Nelson tanpa mengalihkan pandangannya dari alien sambil menembakkan FN Five-sevennya pada mereka.
Hamdi membuka kotak kardusnya untuk keratusan kalinya. Tidak ada apapun di sana. Namun, matanya baru saja tertuju pada sebuah bungkusan kertas berwarna putih. Apa itu senjatanya? Pikir Hamdi di dalam hati. Dengan hati-hati, Hamdi mengambil dan membuka bungkusan itu. Apa yang ia dapat membuatnya hampir terkena serangan jantung. Begitu pula dengan teman-temannya yang membelalakkan mata.
“Hamdi, itu...”
Hamdi mengangkat senapannya. Itu bukan senapan biasa. Itu Quad Blasters. Senjata yang mirip senapan dengan laser di dalamnya, dengan cat berwarna hitam dan merah yang mengkilap. Semuanya langsung menggigit jari mereka dengan iri. Kenapa dia saja yang mendapat senjata itu? Pikir semua orang dalam hati.
“Hamdi, dengan mendapat senjata seperti di film Guardian of the Galaxy itu, kau bukannya justru mengusir alien itu. Kau membuat mereka semakin mendekat!” Kata Amelia dengan setengah panik.
Yang benar saja, para alien itu melangkah maju dengan gontai dan berbelok-belok. Entahlah apa gaya berjalan mereka lebih mirip seperti zombie atau seorang pemabuk. Mereka seperti terhipnotis ketika melihat senjata itu diangkat. B-Team mundur dengan perlahan, sambil mengencangkan pegangan mereka pada senjata masing-masing.
“Seraaangzzzz!!”
Seorang alien mengomando mereka, menyerang Hamdi dan kawan-kawannya. Dengan sigap, B-Team segera menangkis serangan itu. Amelia mengeluarkan Berreta 92-nya dan dor! Ia menembak para alien dengan sebisa mungkin. Linda menarik anak panahnya dan melontarkannya ke arah para alien. Nash menembaki para alien itu dengan gila memakai shotgun terbarunya.
Semuanya berjuang melawan serangan itu. Kecuali, Hamdi. Yang masih setengah melamun dan memegangi Quad Blasters-nya. Ia mulai menggaruk rambutnya, berusaha untuk mencari ide agar keluar dari sana. Tentu saja, karena dialah yang memimpin dan mengambil keputusan dalam tim itu. Tiba-tiba, lampu ide di dalam otaknya segera menyala.
"Hei, Jimmy, kau bawa mobil pick up-mu?" Tanya Hamdi. Jimmy masih sibuk menembak alien yang berada di dekatnya.
"Ya! Ya! Ada di sana. Memangnya ada apa?" Tanyanya sambil menunjuk ke arah barat.
"Kalau begitu, minggir semuanya!"
Hamdi mendorong Nelson yang melindunginya. Dor, dor, dor! Hamdi menembaki semua alien yang ada di depannya dengan cepat sambil berjalan menuju mobil Jimmy. Ia menembakkan Quad Blasters-nya dengan lihai. Semuanya terjadi dalam hitungan detik, hingga semua alien tumbang dalam tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New York, We Have a Problem
AdventureHamdi hanyalah seorang pilot NASA biasa yang menjelajah antariksa demi pekerjaannya. Semua itu berjalan dengan lancar. Hingga suatu saat dua alien setengah manusia yang misterius masuk ke dalam kehidupannya, dan mulai mengacaukan seluruh hidupnya. H...