Chanyeol POV.
.
.
."Kenapa aku tidak mendengarmu memencet bel di pintu depan?" Tanyaku setelah mengajaknya duduk di ruang makan.
"Aku.. Ketuk.. Tadi."
"Iya, tapi kau mengetuk pintu kamarku. Aku tanya pintu yang itu" aku menunjuk pintu teras rumah yang ujungnya terlihat dari sini.
"Aku.. Tele-eh-por.. tasi.." Jawabnya. Matanya mengerjap cepat bersamaan saat menjawab, seperti sedang berpikir.
"Aku.. Ambil.. Barangku."
Aku mengangguk, meraih toples dari kabinet dapur. Membawanya pada anak alien disana, menantiku dengan mata bulat.
"Ini.. Dari.. Mama. Harta-eh-keluar.. ga?" Ucapnya ragu. Aku mengangguk saat mengetahui bahwa benda itu warisan.
Aku tertegun saat ia mengibas tangannya didepan tutup toples, ia juga tertegun setelahnya.
Aku terkejut bukan main saat ia berdiri dengan sentakan sampai kursi yang didudukinya tadi terpelanting menghantam lantai. Ia memeluk toples dan mulai memukuli tutupnya.
"Hei! Oy! Berhenti, ini bukan-Oh Ya Tuhan"
Aku dan dirinya berebut toples. Ia bahkan makin gencar menggebuki toples hingga tutupnya menjeblak terbuka karena jarinya tanpa sengaja mencukil tutup.
Ia meraih benda didalamnya lalu hampir membanting toples itu jika aku tidak dengan sigap menahan lengannya.
Aku memohon-mohon. Ini satu dari sekian toples keramat milik Eomma, tentu aku tidak mau telingaku kembali dipertaruhkan jika toples kesayangannya pecah berkeping-keping.
"Jangan ya. Tidak boleh." Aku berusaha membujuk anak alien yang ternyata tempramen ini, menepuk kepalanya ketika dia mau melepaskan toples.
"Mata-mata.. Papa.." Katanya geram.
"Papamu?" Anak alien itu mengangguk. Lalu ia memposisikan dua jari telunjuknya diatas kepala, membentuk tanduk. Lalu berbisik rendah padaku,
"Papa.. Jahat"
Aku tertegun, benarkah apa yang dikatakan bocah ini?
"Papa.. Rebut.. Ini. Kuasai.. Semua"
Mungkin ini saatnya bocah ini bercerita tentang dirinya, menjelaskan kenapa dia bisa nyasar kesini. Kenapa juga pengamat luar angkasa tidak mengetahui pendaratannya, apakah karena..
..tentu saja! Hujan meteor!
Dia memilih Hujan Meteor sebagai tameng untuk memasuki bumi.
"Sekarang ceritakan semua tentangmu, apa yang kau lakukan disini dan darimana-eh? Eh! Hidungmu"
Cairan biru yang menyerupai lelehan gliter itu mengalir deras dari hidungnya. Anak itu menutup hidungnya setengah menengadah. Mengusapnya dengan asal hingga mengotori sebagian wajahnya.
Jika benar itu mimisan versi alien, samakah dengan mimisan versi manusia?
Aku menggapai kepalanya, menundukan wajahnya agar darahnya kembali mengalir. Menyumpal hidung mungilnya dengan tissue setelah menepis tangannya.
"Ini mimisan?" Ia mengernyit bingung. Aku mengulang, sama-sama ragu "darah?"
Alis tebalnya menukik, tapi segera mengangguk. Ia memejamkan matanya erat, aku kehilangan tatapan polosnya.
Aku hampir menarik matanya untuk kembali terbuka ketika tiba-tiba matanya terbuka kembali. Salahkan mata birunya yang benar-benar bulat seperti-ah apa ya? Entahlah, aku terlalu sulit menyederhanakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] My Baby Star
FantasyBerawal dari hujan meteor. Chanyeol pergi ke puncak bukit untuk menikmati fenomena kegemarannya. Sesuatu memaksanya untuk merawat sesuatu yang bahkan mengalahkan mimpi terliarnya tentang luar angkasa. Chanyeol dihadapkan posisi sulit. Perang ant...