dixième

241 39 22
                                        

Denting suara jam terus berjalan menelisik masuk kedalam gendang telinga. Malam kian larut membuai semua orang kedalam indahnya mimpi dan dinginnya malam

Malam yang kian larut tak membuat seorang Mino merasakan kantuk, ia justru semakin terbuai dalam lamunannya yang membuat dia sendiri merasa gila

"Arkhhh" geram Mino dengan menyugar rambut hitam miliknya

"Kamu kenapa mino-a?" tanya Irene yang membuat Mino sontak melihat kearahnya

"Ah, tak apa Noona, kenapa Noona tak tidur?"

Irene berjalan mendekat kearah sofa dimana Mino tidur dan mendudukkan dirinya disofa tersebut

"Aku hanya tak bisa tidur saja"

"Oh ya bagaimana kondisimu? Apa masih merasakan nyeri? Dan soal luka dibahumu apa semua sudah membaik?" pertanyaan beruntun dari Mino hanya ditanggapi Irene dengan senyuman

"Aku baik-baik saja kok, dan soal nyeri sepertinya sudah tidak lagi, terus mengenai luka dibahu ya begitulah masih harus sering ganti perban. Oh iya kamu tadi tidak pergi bekerja malam?" tanya Irene saat sadar bahwa malam tadi Mino tak pergi bekerja

"Syukurlah, aku sudah tidak bekerja malam lagi. Tak mungkin aku meninggalkan Noona sendirian saat malam hari"

"Hae?? Ya ampun no kamu tak perlu melakukan itu, aku sungguh tak apa dirumah sendiri" jawab irene merasa bersalah pada mino

"Tak apa, toh aku sudah berjanji dengan kiyong hyung" sargah Mino dengan suara yang sudah seperti orang tak bernyawa, dan benar saja kini Mino tengah memejamkan kedua matanya menuju alam mimpi

Irene hanya mampu berdiam tak ingin membangunkan apalagi mengganggu tidur malam Mino. Hingga Irene merasakan beban sedikit berat pada bahu kanannya, dan tepat saat Irene menoleh Mino tengah menyandarkan kepalanya pada bahu milik irene

"Dia pasti lelah, maaf merepotkanmu mino-ssi" ucap Irene dengan nada lembut dan sepelan mungkin

❄❄❄

Sinar matahari mengusik tidur malam seorang pria yang tengah dengan nyamannya meletakan kepala pada sebidang bahu kecil. Menyadari ada yang salah membuat si pria  berkulit putih langsat ini langsung menoleh dan benar saja ia mendapati dirinya tengah menyandarkan kepalnya pada bahu yeoja cantik yang tak lain adalah Irene

Langkah sehalus mungkin Mino ambil agar tak membangunkan perempuan disampingnya ini. Mino bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk membasuh dirinya dan bersiap untuk pergi bekerja. Saat tengah bersiap Mino mulai mencium bau harum dari arah luar kamarnya

"Apa dia sedang memasak? Bukankah bahunya belum sembuh?" segala pertanyaan muncul dikepalanya hingga ia memutuskan untuk keluar dan melihat apa yang tengah irene kerjakan

"Apa yang kamu lakukan?" Pertanyaan mendadak Mino membuat Irene terkejut hingga tak sengaja pisau yang seharusnya ia gunakan untuk memotong daun bawang berubah menjadi mengiris ujung telunjuknya

"Astaga...maaf aku tak bermaksud mengejutkanmu" ucap Mino saat melihat irene meringis perih akibat pisau yang melukai tangannya

"Tak apa mino-ssi" ucap Irene saat Mino dengan sigap meraih jarinya yang terluka dan menghisap darah yang mengalir

"Ayo ikut" tarik Mino pada pergelangan tangan Irene

"Heh... tapi masakannya belum selesai" jawab irene sambil mematikan kompor yang masih menyala

Keduanya kini duduk disofa depan tv dengan Mino yang memangku kotak p3k miliknya serta perlengkapan dari dokter untuk luka jahit milik irene

Mino dengan telaten mengobati luka gores pada telunjuk Irene, hingga kemudian Mino meminta Irene membuka dua kancing atas baju tidurnya

trois coeurs (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang