Part 5

971 50 0
                                    

'Saat kamu sadar; bahwa bagian terbesar dari mencintai adalah sabar, maka kamu akan mengerti kepada siapa kamu harus bersandar.'
.
.

______
"Afwan ustadz tadi ana salah makainya." Aku malu dan langsung masuk kedalam kantor ustadzah.

'Aduh Zaara kok kamu nggak sadar sih itu ustadz Azzam. Kenapa kamu deg deg an sih Zaar. Tenangin dong hati kamu tenangin istighfar Zaar. Astaghfirullah.' Monolog ku. Dalam hati juga beristighfar.

Ustadzah Fatimah masuk lagi ke kantor, aku terkesiap sambil mengelus dada.

"Astaghfirullah." Ucapku sedikit kaget karna ustadzah Fatimah tiba tiba duduk di depanku.

"Kenapa Zaar?"

"Tidak apa apa us. Kaget" jawabku sambil meringis sehingga terlihat sipit kedua mataku.

"Kok bisa anti ketuker sandal sama ustadz Azzam?" Selidik ustadzah Fatimah.

"Aduh itu.. anu ustadzah.. itu.. gimana ya.."

"Tapi sandal kalian mirip sih pantesan ketuker."

'Alhamdulillah. Ustadzah Fatimah kan juga yang tadi menyuruhku kekantor pusat' batinku, lalu aku mengiyakan juga pemikiran ustadzah Fatimah.

"Yasudah dilanjutkan tasmi' nya"

"...."

"Tadi sampai surat apa ayat berapa?"

"Surat al Hadid us ayat 9"

"Yasudah yok diteruskan dari ayat 9"

"...." aku masih diam saja, gerogi bercampur takut dan masih ingat bagaimana kejadian tadi.

"Loh kok diem aja."

"Afwan ustadzah ana lupa semua, nge blank." Ucapku menunduk, merasa malu bercampur sedih.

"Padahal kurang 2 lembar loh Zar. Yasudah ustadzah kasih kesempatan buat muroja'ah. Dan nanti malam ba'da isya ustadzah tunggu disini ya. Diulang dari awal lagi."

Aku sedih. Bagaimana tidak? Padahal sayang tinggal 2 lembar saja. Kenapa sih aku ini? Apa karena tadi aku ketemu sama ustadz Azzam? Masa iya karna itu saja hilang hafalanku. Yaa Allah maafkan hamba.

Sambil berkaca kaca, "Syukron us." Ustadzah Fatimah hanya mengangguk.
.
.
Author's POV
Zaara duduk disamping pohon, tempat yang menjadi rebutan santriwati untuk hafalan. Kali ini Zaara bisa duduk disini duluan. Tempatnya memang enak dibuat hafalan. Maka dari itu banyak sekali yang menjadikan tempat ini tempat favorit untuk menghafal.

Zaara merenungi perbuatannya tadi sesekali mengusap air matanya yang tanpa disengaja terjatuh.

Entah kenapa Zaara merasa berdosa sekali telah melihat bahkan menatap mata ustadz Azzam tadi. Karena itu dia lupa bahkan gerogi dihadapan ustadzah Fatimah.

Dia takut bahwa ustadzah Fatimah marah atau bahkan cemburu ketika tadi Zaara mendekat ke ustadz Azzam. Zaara masih berpikiran bahwa ustadz Azzam adalah suami ustadzah Fatimah.

"Zaara." Laila menepuk pundak Zaara dengan keras.

"Astaghfirullah. Ittaqillah yaa ukhty fillah." Kaget Zaara, sambil mengusap sisa air matanya.

"Anti kenapa Zaar? Abis nangis ya?"

"Hehe biasa Lel susah ngafalinnya." Jawab Zaara sambil menunjuk surat Al Hadid.

"Kemarin perasaan anti udah setoran ke ana surat ini deh Zaar terus anti juga udah setor ke ustadzah Fatimah" ucap Laila setelah melihat Al Qur'an milik Zaara.

"Iya lel tadi nge blank pas mau tasmi' padahal tinggal 2 lembar aja." Ucapku berkaca kaca lagi.

"Nggak biasanya anti kaya gini Zaar. Kenapa? Cerita dong." Desak Laila.

"Nggak apa Lel mungkin karna lagi kangen sama abii ummi dirumah."

"Nggak karna ustadz Azzam kan." Gurau Laila yang sontak membuat Zaara gelagapan. Untung saja wajahnya masih tertutupi oleh cadar.

Semenjak mengawasi penjemuran pelanggar kemarin, Laila memang suka sekali meledeki Zaara dengan ustadz Azzam. Yaa walaupun Laila tau kalau katanya ustadz Azzam itu suaminya ustadzah Fatimah. Tapi apa salahnya kan jadi istri kedua. Hihi.

"Yaudah Zaar anti muroja'ah lagi dan jangan lupa sholat 2 rakaat buat nenangin hati anti. Biar ngga kepikiran ustadz Azzam lagi. Eh salah, biar nggak kepikiran rumah terus." Ucap Laila.

Dia tau bahwa temannya ini butuh waktu untuk sendiri dulu, maka dari itu dia meninggalakan Zaara sendirian.

Ba'da isya Zaara pasrah dengan hafalannya itu, setelah dzikir dan berdo'a Zaara langsung menuju kantor ustadzah untuk tasmi' 1 juz ke ustadzah Fatimah. Seperti biasa Zaara melambatkan langkahnya sambil me muroja'ah hafalannya.

Di kantor ustadzah hanya ada ustadzah Fatimah dan ustadzah Ziyaa yang kebetulan ingin bertemu Zara.

"Eh Zaara jangan lupa nanti dicatat santriwati yang tidak pulang yaa" ucap ustadzah Ziyaa setelah Zaara dipersilakan masuk untuk bertemu ustadzah Fatimah.

"Na'am ustadzah."

Setelah itu damai tidak ada suara kecuali alunan nada Al Qur'an yang indah dari mulut Zaara.
.
.
.
Hari ini adalah hari yang paling ditunggu tunggu santri. Yap, hari perpulangan.
Jadi, hari kamis minggu kedua adalah hari dimana santri perpulangan. Perpulangan santri itu 2 bulan sekali, tapi sekali pulang hanya 3 hari dari hari kamis ba'da ashar sampai hari ahad ba'da ashar.

Tasmi' semalam adalah oleh oleh Zaara untuk diberikan pada Abii nya. Karena Abii, Zaara jadi semangat hafalannya. Abii adalah segalanya buat Zaara, dan tentunya abii adalah lelaki pertama yang Zaara cintai.

Pokoknya malam ini Zaara harus setor tasmi' pada abii nya. Jadi Zaara tasmi dua kali. Pada ustadzah Fatimah dan Abinya.

"Zaara, ada berapa santri yang tidak pulang?"

"10 santri lel. Biasa yang jauh jauh ngga pulang."

"Oh iya kata ustadzah Ziyaa kita suruh ngga pulang Zaar sehari ini berarti sampe jum'at sore baru boleh pulang."

"Lah terkurangi dong." Ucap Zaara dengan muka kusut.

"Tak apa Zaar, seenggaknya kita bisa bantuin bu dapur masak, terus masakannya kita kasih ke santri yang tidak pulang deh biar mereka jadi juri nya. Hehehehhe"

"Oke deh lel"
______

Afwan yaa kalau cuma sedikit aja up nya. Hehe 😂

Besok lagi insyaallah up banyak deh

Jangan lupa vote yaa😄

Syukron jazakumullah khayron

I Love You Mr. UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang