Part 7

1.1K 59 5
                                    

Pandangan pertama tidak mengapa bagimu, namun yang kedua dan seterusnya terhitung dosa
.
.

_______
Azzam's POV

"Syukron mi" ucapku yang membuat gadis bercadar itu membalikkan badannya, aku tak tau bagaimana perasaannya sekarang saat tau bahwa ini adalah kamar ustadz. Tapi aku yakin bahwa sebelumnya dia tak tau ini adalah kamar ustadz.

Tak sengaja aku melihat matanya, haha rasanya ingin tertawa saat itu juga, karna apa? Walaupun dia bercadar tapi tetap saja terlihat kaget.

Sebelumnya aku sudah tau kalau yang mengantar makanan bukan ummi. Karena ummi khawatir soal gadis itu akhirnya ummi memberi tahu ku via chatting.

Berhubung aku juga mau menyiapkan barang yang akan dibawa uatadz Kamal, direktur pondok pesantren, jadi sekalian saja aku minta bantuan dia membawakan koper.

"Eh anti, disuruh ummi nganter makanan ini kan. Sekalian bantuin ana yaa." Ucapku

"Em ada apa ya ustadz?" Jawabnya masih menunduk.

"Sebentar." Aku masuk sebentar lalu keluar membawa koper dan tas besar. Dia hanya melihat tas super besar yang aku bawa.

"Bantuin ana naruh tas sama koper ini ke mobil sebelah sana ya." Ucapku sambil menunjuk mobil silver milik pondok lumayan jauh dari kamarku. Dia berpikir sejenak.

"Na'am ustadz, tapi afwan sepertinya ana tidak kuat mengangkat tas besar ini." Ucapnya sambil menunjuk tas besar yang baru saja aku keluarkan dari kamar.

"Tak apa anti bawa kopernya aja." Ucapku, dia mengambil koper dan menariknya.

Aku masih kesusahan membawa tas super besar ini, sesekali aku menyeretnya, mengangkat lagi, menyeret lagi.

Sesekali gadis itu berhenti menarik koper dan menoleh ke belakang. Mungkin karena merasa tidak enak dia memulai pembicaraan lagi

"Ustadz tas nya di tumpangin keatas koper aja nanti ana tarik." Ucapnya mungkin merasa iba padaku.

"Oh iya." Benar juga ya, kenapa tidak terpikir olehku. Aku mengangkat tas itu dan meletakkan di atas koper yang dia bawa.

Sekarang jika dikerjakan bersama terasa ringan. Dia menarik koper nya dan aku memegangi tas besar yang diatas koper. Sesekali dia menoleh ke belakang untuk mengecek tas besarnya miring atau tidak.

Dan saat dia menoleh ke belakang saat itu aku spontan melihatnya, dia juga tak sengaja melihatku yang melihatnya, aku tau mungkin dia malu dibalik cadarnya. Lalu kuucapkan istighfar dan menepuk ringan kedua mataku.

Aku pernah membaca hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Ali bin Abi Thallib radhiyallahu'anhu:

يَا عَلِيُّ لَا تُتْبِعْ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الْآخِرَةُ

"Wahai Ali, janganlah engkau ikutkan pandangan pertama dengan pandangan yg lain (berikutnya), sesungguhnya pandangan yang pertama (diampuni) bagimu dan tidak (diampuni) dengan yang berikutnya."

Pandangan pertama tidak mengapa tapi pandangan kedua dan selanjutnya tidak diampuni. Padahal aku dan gadis didepanku sudah lebih dari 1 pandangan. Maafkan kami Yaa Allah telah mensia sia kan nikmat-Mu. Kami benar benar tidak sengaja bertatapan.

Sesampainya dimobil aku langsung menurunkan tas besar itu dan memasukkannya ke dalam bagasi tak lupa juga dengan kopernya.

"Sudah yaa ustadz ana kembali." Ucapnya sambil membungkuk.

"Na'am jazakillah." Ucapku santai.

Belum juga dia beranjak, ustadz Kamal memanggilku, aku dan gadis itu menoleh ke sumber suara.

"Loh itu ustadzah Fatimah ya?" Ucap direktur menunjuk gadis bercadar didepanku.

Setahu direktur kakak sepupu ku itu bercadar, mungkin karna gadis di depanku ini bercadar dikira kakak ku.

"Bukan ustadz, ana tadi minta tolong sama dia yang kebetulan disuruh ummi antar makanan." Ucapku. Dia masih menunduk.

"Oh ana kira kakak antum. Udah siap semua kan barangnya."

"Ustadzah Fatimah baru pulang kemarin ustadz dengan suaminya, ustadz Ridho. Kemarin kan izin ke ustadz. Alhamdulillah sudah semua ustadz barangnya." Jawabku disertai anggukan direktur

"Ehm, afwan ustadz ana permisi." Ucap gadis itu.

"Tafadholli," ucapku dan direktur.
_______
Author's POV

Zaara lagi lagi menunduk saat menyusuri jalanan menuju dapur. Sesampainya di dapur, Laila masih memasak bersama ummi. Zaara langsung duduk dikursi, merasakan lemas pada lututnya. Ummi yang menyadari Zaara kembali langsung menghampirinya.

"Sudah sampe nak? Kok lemes gitu? Perasaan cuma nganter makan aja." Tanya ummi. Zaara hanya menyipitkan matanya tanda ia tersenyum dibalik cadar.

"Tak apa ummi." Zaara takut membicarakan kejadian tadi. Takut ummi ngadu ke ustadzah lain. Takut jika ummi marah. Dan takut menjelekkan nama baik nya walaupun dalam hatinya merasa senang.

"Yaudah istirahat dulu aja."

"Ummi tak apa? Zaara jadi ndak bantuin ummi masak"

Ummi menggelengkan kepala, "ndak apa nak, ummi mau ambil nampannya dulu yaa."

"Aduh ummi maaf yaa nampannya jadi ketinggalan tadi." Ucap Zaara sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Udah ndak apa ummi aja yang ambil. Zaara kalau mau itu bantuin Laila masak yaa."
_______

Ummi berjalan menuju kamar ustadz untuk mengambil nampan. Kamarnya tertutup sedangkan nampan berisi nasi yang tadi dibawa Zaara masih ada diluar, untung saja ummi segera mengusir kucing yang akan menerkam ikan lele diatas nampan.

"Assalammu'alaikum, ustadz." Ucap ummi yang langsung dijawab oleh ustadz yang didalam.

"Ummi, tumben baru dateng makannya." Ucap seorang yang baru saja membuka pintu.

"Loh tadi sudah diantar sama santri tadz, tapi nampannya masih disini."

"Oh iya udah mii sini saya bawa kedalam dulu nasi sama lauk nya." Ucap ustadz Zaki sembari memasukkan nampan dan kembali keluar bersama nampan kosong.

"Afwan mi saya tadi barusan pulang dari ngajar. Ndak merhatiin ada makan disini. Apa mungkin ustadz Azzam yaa mi tadi yang nerima ini tapi kelupaan bawa kedalam."

"Ndak apa apa ustadz, yang penting nyampe makanannya." Ucap ummi yang sudah tau bahwa ustadz Azzam yang menerima makanannya.

"Assalammu'alaikum."

"Wa'alaikummussalam." Jawab ummi dan ustadz Zaki serentak.

"Eh ada ummi." Ucap ustadz Azzam yang baru saja kembali dari menyiapkan barang direktur yang akan mengisi kajian di luar kota.

"Nah ini ummi orangnya dateng. Tadi ente yang nerima makanan ini yah? Kok ndak sekalian dimasukin aja."

"Hehe afwan ana lupa tadz" jawab ustadz Azzam dengan wajah tanpa dosa.

"Tadi ana sebenernya buru buru juga buat nganter koper sama tas nya ustadz Kamal."

"Yaudah ndak papa ustadz. Ummi balik dulu yah ke dapur." Ucap ummi yang kemudian berjalan menuju dapur.
_________

Alhamdulillah sudah up lagi😄

Ini sedikit banget sih kata katanya.

Tapi gimana yaa kalo jadi Zaara, pasti dia terkejut banget banget banget. Wkwk.

Tunggu part selanjutnya yaa, jangan lupa vote 😄

Syukron jazakunnallah khayron

I Love You Mr. UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang