Part 9

1.1K 67 17
                                    

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلا ً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

"Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah"
.
.
.

________

Zaara's POV

Akhirnya abi udah jemput, pengen cepet cepet setoran ini. Pengen liat abi seneng pas liat aku pamer hafalan hehe, akhirnya bentar lagi aku kaya abi.

Ucapku dalam hati ketika melihat motor Abi parkir didepan gerbang pondok ku. Aku lari lari tak peduli dengan Lela yang menertawaiku.

"Abi..." Ucapku keras memanggil Abi yang sedang duduk di ruang tunggu. Abi dengan parasnya yang ganteng -menurut ummi ku hehhe- dan aura nya yang adem menoleh melihatku berjalan dengan kecepatan tinggi sambil menyodorkan tangan.

Hap...

Aku langsung menyalami Abi, mencium tangannya dan memeluknya. Walaupun sudah hampir 5 tahun mondok tapi setiap ada abi atau ummi ke pondok pasti heboh. Maklum ya anak satu satunya ini. Hehe.

"Abi.. Tunggu Zaara ya, Zaara mau ambil tas dulu di kamar. " Abi mengangguk mengiyakan. Tak lama setelah itu Lela datang dari ketertinggalan nya tadi langsung membungkukkan badannya sedikit untuk menghormati abi yang ada disana.

"Zaar, kaya biasanya ya abi nya anti keliatan karismatik gitu" Ucap Lela yang mengantarkan ku ke kamar mengambil tas.

"Hehe, jangan naksir ya. Abi udah punya ummi sama ana loh" Ucapku becanda.

"Coba anti punya kakak laki laki pasti kaya abi nya anti. Eh" Ucap Lela yang kemudian menutup mulutnya.

"Hehe sayangnya ana ngga punya tuh,  yaudah ya ana kebawah dulu kasian abi nungguin lama. Anti hati hati yaa dijalan. "

"Na'am sayang. Ma'assalamah" Aku cuma menjawabnya dengan senyuman.

Aku membawa baju cuma satu set dari atas sampai bawah, jadinya tas yang aku bawa tidak terlalu berat. Ali melihat Abi kayanya lagi seneng banget. Nanti pokoknya harus tanya. Hehe. Kayanya sih karena aku perpulangan hari ini -pede-.

"Abi, sampe jam berapa tadi? Udah nunggu lama kah? Tumben abi kayanya seneng banget hari ini" Tanyaku sambil berjalan menuju motor setelah bersalaman dengan ustadzah.

"Nih pake helm dulu" Ucap Abi memakaikan ku helm.

Ctaaak... Helm sudah terpasang. Aku pun sudah naik dibelakang Abi.

"Bii, kenapa bi? Kok Abi keliatan seneng banget"

"Kamu tadi dari mana aja sholihah nya Abi?? Abi ngga nunggu lama kok, pinter kamu punya feeling kalo abi udah dateng. " Jawab abi satu persatu dari pertanyaanku tadi.

"Hehe beli bubur ayam bi di depan tadi. Abi tumben keliatan ceria banget hari ini. Kenapa bi? "

"Iya dong abi seneng, kan sholihah nya Abi pulang kerumah. Selain itu alhamdulillah abi udah siapin sesuatu dirumah buat anak perempuannya Abii yang paling sholihah. "

"Ih.. Abii. Sesuatu apa bii? "

"Pokoknya insyaallah bermanfaat buat putri abi"

Aku hanya mengangguk dan tersenyum dibalik cadar ku sambil menerka menerka sesuatu apa yang abi siapkan dirumah. Abi masih fokus pada jalanan, satu demi satu pohon dijalan terlewati, satu per satu motor juga melewati abii dan aku.

Dan tanpa sadar aku terbangun dari tidurku yang mungkin hanya sejenak. Aku melihat kaki orang orang yang berlarian ke arahku lalu aku menggerakkan tanganku untuk bangkit, namun yang aku lihat malah Abi yang berdarah darah dibelakang ku, matanya yang memberikan ketenangan kini tertutup, senyumnya mengembang seolah berkata padaku 'Abi baik baik saja'. Bagaimana ini?

Aku membaringkan tubuhku lagi, berusaha bangun dari mimpi yang buruk ini, tapi setelah dua tiga kali membuka mata masih saja aku berada ditempatku sekarang. Air mataku bercucuran jatuh. Cadar ku sudah terlepas, tapi untung saja kerudung ku hanya kesingkap. Aku berusaha menghampiri Abi dengan meraih tangannya. Aku masih tidak bisa bangun. Bahu dan kaki ku terlalu sakit. Bagaimana ini, aku tidak mau kehilangan Abi.

Orang orang berbaju serba putih mengangkat abi keatas Stretcher semacam tandu beroda lalu dimasukkan ke dalam mobil putih, saat itu aku menjerit dalam hati, isak tangisku lebih kencang dari yang tadi. Abi dibawa mobil putih itu dengan kecepatan diatas rata rata. Apakah ada sesuatu dengan abi?. Sedangkan aku sudah pasrah dengan hidupku, aku masih menangis disana.

Seseorang mengangkat ku, dia membawaku kedalam mobil, aku tak sanggup melihat bagaimana orang itu atau siapa saja yang ada di mobil itu yang aku tau aroma mobil itu seperti lavender. Aku terlalu takut pada kenyataan bahwa Abi sedang dalam keadaan bahaya.
_______

Zaara membuka matanya setelah 16 menit yang lalu tidak sadarkan diri karena lelah menangis. Ia menangis lagi lantaran menyadari bahwa dirinya tidak benar benar mimpi. Dia melihat dirinya ada di rumah sakit, ruangan serba putih dengan aroma khas rumah sakit ditambah suara samar televisi.

Mendengar isakan Zaara seseorang masuk di ruangan Zaara yang hanya berbatas tirai besar yang menggantung di besi. Zaara yang tadi menangis menyempatkan membuka matanya untuk melihat siapa yang datang. Namun, kedatangan orang itu tidak membuat Zaara menghentikan tangisnya malah semakin keras.

"Ustadzah.. Dimana abi ana" Tanya Zaara kepada seseorang yang datang tadi. Ternyata ustadzah Fatimah.

"Zaara yang tenang ya, abi lagi sama umi nungguin Zaara bangun" Jawab ustadzah Fatimah dengan suara getar setelah diam beberapa detik.

"Zaara mau ketemu abi sama umi ustadzah" Rengek Zaara seolah dia tak sadar dengan umurnya dan dengan siapa dia berbicara.

Ustadzah Fatimah hanya mengangguk, menguatkan diri untuk berbicara pada Zaara yang sesungguhnya.

"Sekarang Zaara sama ustadzah dulu ya, kata Umi setelah Zaara minum dan tenang Umi bakalan kesini" Ucap ustadzah Fatimah sambil mengusap air mata Zaara.

Hening, yang terdengar hanya suara isakkan

"Zaara sekarang kita baca do'a yuk, biar semuanya nanti dimudahkan oleh Allah" Ucap ustadzah Fatimah. Zaara masih sesenggukan sambil mengikuti bacaan do'a ustadzah Fatimah.

اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلا ً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْن إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

"Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah"

"Zaara pengen ketemu abi... Abi... Abii.. Hiks hiks"

Ustadzah Fatimah sudah kehilangan akal untuk membujuk Zaara supaya tenang dan tidak abinya lagi.

"Zaara tunggu disini sebentar ya" Zaara hanya mengangguk, menurutnya ustadzah Fatimah akan memanggil kan abi.

Beberapa menit setelah ustadzah Fatimah keluar, Zaara akhirnya minum air putih karena terlalu kelelahan menangis. Merenung dan mengingat apa yang dia lihat tadi, kemudian menangis lagi.

"Assalamu'alaikum.. "
_______

Alhamdulillah part ini usai, dilanjut besok yaa teman teman.

Maaf banget kalau mimin buatnya lamaaaaa banget...

Tiba tiba lupa alurnya hehe, kalo lagi inget insyaallah mimin lanjutkan kok.

Dukung cerita mimin yaa, biar mimin semangat buatnya.

Jazakumullah khayron katsiron 💕

I Love You Mr. UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang