BAB #23

2.3K 68 4
                                    

Queen POV

Menyelesaikan pekerjaan rumah dipagi hari sebagai seorang ibu itu sangat aku nikmati. selain memegang tanggung jawab di rumah, aku juga harus mengingat bahwa ada kantor yang harus aku urus.

Bersyukur ada pembantu yang mengurus baju, lantai rumah, kaca, dan lain-lain. kalau untuk makanan putri kecilku, aku tidak ingin orang lain memasakkannya selama aku masih bisa. Aku yang akan memasak.
Seperti saat ini, dengan celemek yang menutup pakaian rapih ku untuk ke kantor. Aku membuatku sarapan untuk alice. Ya, Natasha alice Ardenson.

Pelita kecilku, baru kita bicarakan. dia sudah turun dengan baju sekolahnya yang sudah rapih. "Bunda..! Bundaaaaa!" teriaknya memenuhi seisi rumah. "Iya sayang? Bunda di dapur"

Tak lama aku melihat dia sudah berada di angan pintu dapur, sembari membawa sisir berwarna putih bergambar putri snow white. "Bunda ayo kuncirin aliceee!" Bibirnya mengkrucut sembari menyodorkan ikat rambutnya. "Tunggu di ruang tv ya, biar bunda selesaiin dulu masakannya"

"Jangan kak, biar aku yang lanjutin. kakak kuncirin Alice aja" ujar Bianca yang ikut bicara. Aku mengangguk dan segera menggiring Alice ke ruang tv untuk menguncirnya.

"Bunda, Alice mau ngomong tapi bunda jangan marah ya" Alice menjedanya. "Oke, tapi apa itu sayang?" Alice diam, dia seperti menimbang apakah ingin dikatakan atau tidak.

"Alice.. rindu papa..." deg, aku menahan emosiku ketika putri kecilku bicara kembali. "Alice ga bermaksud buat bikin bunda sedih atau marah, tapi Alice juga mau kayak temen-temen Alice. maaf kalau bunda marah sama Alice"

"Selesai, ambil tasmu dan sarapan ya" aku mengalihkan topik pembicaraan, mencium pipinya. "Baik bunda,"

Aku melihat Bianca yang sudah selesai menata sarapan pagi ini, aku tersenyum padanya. "Ayo sarapan kak"

Dalam sarapan, tidak ada suara selain deting garpu dan sendok. Bianca menatap Alice yang hanya mengacak-acak makanannya tanpa menyuapkan kedalam mulut, matanya beralih kearah makanya yang sangat cantik memakai kacamata tengah meminum cofee sembari membaca sebuah berkas.

"Ekhem" Queen menatap Bianca, yang ditatap justru mendorong piringnya. "Alice, kalau ga mau dimakan. Seenggaknya kamu minum susumu" queen memperhatikan putri kecilnya yang langsung turun dari kursi membawa tasnya pergi keluar. Ia menghela nafasnya lalu mencopot kacamatanya.

"Alice kenapa kak?" Tanya Bianca hati-hati. Matanya mengintegorasi kakanya itu. "Dia rindu papahnya, entah siapa yang mencampurkan racun itu kedalam otaknya. Setelah bertahun-tahun.."

"Setelah bertahun-tahun Kaka sembunyikan siapa papa kandungnya Alice. Alice berhak mengetahui siapa papanya" Queen bangkit dari kursinya sembari membawa berkas dan kacamatanya. "Kamu ga pernah ngerti gimana rasanya jadi kaka bi." Tekan queen yang langsung pergi menyusul anaknya.











💛💛💛











Dalam mobil keadaan hening. Hingga Queen membuka pembicaraan nya dengan putri kecilnya itu.

"Bunda masukin bekal kedalam tas kamu tadi, jangan lupa dimakan" ujar queen sembari fokus menatap jalan.

"Alice ga laper" ketus Alice yang masih membuang mukanya. Queen meliriknya sekilas dan menghela nafasnya kembali, ia harus sangat super sabar menghadapi sifat putrinya yang seperti ini.

"Kamu kenapa sih Alice? kamu mau apa hm?" Mata Alice berkaca-kaca lalu menatap bundanya itu. "Dimana papa Alice bun.." lirih alice. Tepat di depan lobby sekolah putrinya, queen mengerem dadakan.

"Tolong sayang, ngertiin perasaan bunda. Bunda tau ka-" ucapan Queen dipotong Alice yang sudah menangis. "Ga Bun! Bunda ga pernah tau gimana jadi Alice yang selalu iri sama Lea dan teman-teman Alice lainnya yang selalu ceritain soal keluarga mereka yang lengkap! Bunda cuma mau Alice yang ngertiin perasaan bunda tapi bunda ga pernah mau ngertiin perasaan Alice! Alice mau tau siapa papa Alice! Itu aja! Bunda egois!!" Alice turun dari mobil dan menutup pintu mobilnya dengan tergesa-gesa.

"Alice! Hey.." queen mengejar putrinya itu dan menahan tangannya. "Alice benci sama bunda!!!" Teriak Alice dengan air matanya yang sudah bercucuran lalu kembali berlari kedalam sekolahnya. Queen meneteskan air matanya, ia duduk bersandar didepan mobilnya. Tanpa ia sadari, seseorang sudah menatapnya dari tadi. Tatapan itu membuat perasaan rindu itu menguap serta kebingungan di dalamnya.

Langkahnya mendekati queen, ketika sudah dekat. Senyumnya merekah, namun matanya memerah. Tangannya terulur untuk mengangkat dagu queen, sang empu terkejut akan sentuhan itu. Mata mereka bertemua, terkejut, rindu, emosi, senang, lega, semuanya tercampur. "K-kau.." ucapnya kaku. Queen menatap lelaki itu penuh amarah, kecewa dan emosi. Queen menjauh dan segera menaiki mobilnya, tapi belum sempat ia menaiki mobilnya tangannya sudah tertahan.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak queen penuh emosi saat tangan lelaki yang kekar itu menariknya ke dalam mobil. Bukan mobil Queen, melainkan mobil lelaki itu. "A-apa kau tau, aku merindukan mu. aku.. aku.. " Queen meliriknya sinis. "Tapi aku sama sekali tidak pernah memikirkan mu!" Dusta queen.

Rayn baru membuka mulutnya, queen sudah berteriak. "Bisa kau pergi menjauh dari hidupku?!!! Menjauhlah rayn! Bahkan kalau kau bisa, menghilang lah dari bumi ini!!! Aku benar-benar membencimu sekarang! Tidakkah kau malu? Menemuiku sekarang dan berkata rindu?!! KEMANA SAJA DULU KAU?! KAU MEMILIH WANITA ITU DAN MEMINTAKU PERGI!!! HARUSNYA KAU SADAR DAN TAU POSISIMU!!! Aku tidak lagi mencintaimu! Pergi dari kehidupan ku dan putriku!! Aku membencimu rayn! Sangat sangat membencimu." emosi queen menguap.

Rayn mengunci semua pintu mobilnya dan menatap queen. Air matanya bercucuran, ia menatap queen yang membuang muka menatap lingkungan sekolah putrinya. "K-kau.. sudah menikah lagi?" Tanya rayn. Matanya tetap menatap wanita yang ia rindukan itu. "Kau melihat aku mengantarkan seorang anak kecil yang menyebutku sebagai bunda bukan?" Mata Queen menatap rayn dengan emosi dan kebencian, "dia putriku. Dan aku sudah menjalani kehidupanku sehari setelah kau memintaku pergi, sekarang buka kunci mobil ini dan biarkan aku pergi! kau.." kata-kata queen terpotong rayn.

"Kau berbohong. Kau tidak mungkin menikah lagi, aku mengenalmu. dan putrimu tadi, tidak tidak mungkin!" Rayn menarik lengan queen kasar, "aku mungkin memilih dia, tapi hatiku masih untukmu queen! Berhenti memintaku pergi, karna sampai kapanpun. Mulai detik ini. Aku tidak akan menjauh darimu." Queen tersenyum miring, ia melepaskan lengannya dari rayn membuat rayn terkejut. Queen menghapus air matanya dan menatap rayn penuh emosi. "Jangan kemaruk! Pergilah, lanjutkan hidupmu. Kau akan lelah sendiri jika mengejar ku, karna sampai kapanpun. Dihatiku sudah tidak ada dirimu, kau hanya menimbulkan rasa benci dan sakit. Aku, milik suamiku. dan suamiku bukan lah kau!" Tangan cantik itu menekan tombol dibelakang tubuh rayn, untuk membuka kunci pintu mobil ini. "Perbincangan yang hangat mengenai masa lalu yang tidak penting, maaf sebelumnya tapi pergilah. Kau sama sekali tidak pantas berada di hati ini, kau hanya penghancur! Penghancur hidupku"













💛💛💛


Maaf lama bgt aku publish ya,
Ga dpt ide + mager hehe

Skrg baru dpt,
Tapi ga bisa double update krn aku lgi sakit. Yaudh gtu aja ya jangan lupa komen, ksh vote, share dan follow aku

Nikah Sama CEO?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang